Deisya pov
Sebuah koper sedang dengan warna biru laut telah bertengger manis di depan pintu rumahku. Jam sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi ketika aku pamit kepada kedua orang tuaku dan tentu saja dengan abangku tersayang. Pelatihan ini akan membuatku jauh dengan mereka, seketika kesedihan menyerbu diriku. Kupeluk erat Bunda sebagai salam terakhirku sebelum berpisah selama seminggu.
"Syasya pasti akan kangen sama Bunda. Bunda jaga kesehatan ya!" pesanku ke Bunda dengan lirih. Astaga, rasanya aku nggak akan sanggup pisah sama bunda.
"Harusnya Bunda yang ngomong kayak gitu! Kamu jangan lupa makan karena keasyikan belajar. Tidur juga jangan kemaleman" Bunda mengusap wajahku penuh sayang, air mataku pun jatuh juga. Bagaimana pun aku nggak pernah pergi jauh dari Bunda sebelumnya. Aku akui, aku memang anak yang manja, yang masih ga bisa hidup sendiri tanpa ada sang Bunda disisi.
"Loh? Malah nangis, udahlah sayang! Kamu kan cuma seminggu disana, kamu juga bisa vc-an sama Bunda. Sekarang hapus air mata kamu, ntar kecantikkan anak Bunda berkurang lagi" aku terkekeh mendengar perkataan terakhir Bunda. Kugerakkan kepala mengangguki perkataan Bunda.
"Yang rajin disana ya! Jangan mau kalah dengan sekolah lain" ucap Ayah sambil mengelus kepalaku sayang.
"Iya yah" beralih ku peluk Ayah. Ayah membalas pelukanku sambil mengusap punggungku pelan.
"Abang ga dipeluk nih?" aku melirik Bang Zico yang merentangkan tangannya memintaku untuk memeluknya. Aku pun terkekeh dan memeluk abangku yang kalau jujur sangat aku sayangi, walau pun rada rada brengsek.
"Hati-hati disana ya" aku melepaskan pelukan kami dan mengangguk mengerti. Tak lama mobil Lando masuk kehalaman rumah, sosoknya pun terlihat setelah keluar dari pintu mobil. Aku tersenyum senang melihat lelaki itu, tapi senyumku luntur ketika seorang cewek yang tak ingin kutemui juga turun dari mobil itu. Hatiku tiba-tiba bergemuru hebat, dadaku seketika sesak, dan kepalaku rasanya ingin mengeluarkan magma emosi. Aku menatap sosok cewek itu tajam, kekecewaanku terhadapnya sangatlah besar. Aku sudah menganggap dia sebagai sahabatku tapi sekarang apa? Huft, aku tak habis pikir melihatnya.
"Halo Ayah, Bunda!" sapa Lando dan segera menyalami orang tuaku, diikuti oleh Lia dibelakangnya.
"Hallo tante! Saya Lia, teman sekelasnya Deisya" dia memperkenalkan diri kepada Bunda dengan senyum yang sangat tidak ku sukai.
"Oh Hay! Kamu Lia yang sering diceritakan Deisya ya? Bule Australi itu kan?" tanggap Bunda dengan binar kekepoan. Aku memang pernah bercerita tentang Lia ke Bunda, ternyata Bunda masih ingat. Aku melirik ekspresi cewek itu, dan percaya atau tidak. Ekspresinya menunjukkan bahwa dia sangat terkejut, tapi aku tak peduli. Aku membuang muka agar tak melihat kelakuan palsu mantan sahabatku itu. Tapi mataku bertemu dengan mata Lando yang sepertinya memperhatikanku dari tadi. Aku tersenyum lembut kearahnya dan dibalas juga dengan senyuman yang menurutku sangat menenangkan. Dia mendekat ke arahku dan mengambil alih koper yang dari tadi ku pegang.
"Ga ada lagi yang ketinggalankan?" tanyanya memastikan. Aku menggeleng dan jalan bersisian dengan Lando yang membawa koperku ke bagasi mobil. Dia mengangkat koper itu dan dan segera meletakkannya dengan hati-hati karena di dalam koper ada Laptop, setelah menutupnya kembali dia mengusap kepalaku lembut, aku tersenyum mendapatkan perlakuan seperti itu darinya.
"Kayaknya aku bakal kangen nih sama kamu" ucapnya pelan supaya tak kedengaran oleh yang lainnya.
"Kayaknya aku juga bakal kangen deh sama kamu" balasku. Dia terkekeh dan menarik pipiku pelan.
"Jangan nakal disana, inget ada aku disini yang masih kamu miliki" rona merah kembali memenuhi pipiku. Astaga, dia sangat pandai membuatku blushing. Aku menunduk dan mengangguk kecil sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...