20. PERMINTAAN EMI

1.4K 78 8
                                    

Ting... Tong.....

Kaki Arlando bergerak menuruni anak tangga ketika bell rumah berbunyi. Seragam telah melekat ditubuh atletisnya, bahu kanannya tersampir sebuah tas hitam. Mengangkat pergelangan tangan kirinya dimana terpasang sebuah jam tangan hitam. Sekarang masih jam enam, siapa juga yang bertamu sepagi ini. Apa itu Herland?

Dia pun bergegas turun, dengan cepat dia membuka pintu. "Dek! Dari mana aj.... Emi? Ngapain lo pagi-pagi kesini?"

Ternyata Lia lah yang berada disebalik pintu. Cewek itu tersenyum lebar menyambut sentakan Arlando. Dia akan berusaha agar Arlando memaafkannya, tak peduli akan ditolak beribu kali pun.

"Pagi Laland!" sapanya sambil melambai masih dengan senyum lebarnya.

"Jangan panggil gue dengan sebutan itu!" ujar Arland dingin.

"Kamu udah sarapan?" Lia mengabaikan perkataan Arland tadi.

"Ngapain lo disini?" tanya Arlando kembali. Lagi, Lia mengabaikan itu dan menyelonong masuk kedalam rumah Arlando.

"Permisi!" Arlando berlari dan berhenti tepat dihadapannya.

"Jangan main masuk aja, ngapain lo disini?" Arlando benar-benar serius. Lia terdiam dengan mata yang terfokus pada Arlando.

"Aku mau mengulang kebiasaanku dulu" jawabnya setelah itu. Mata mereka saling bertatapan, hanyut kedalam mata masing-masing. Dua insan yang saling merindukan, tapi ada satu pihak yang menyembunyikan itu.

"Loh Arland! Nggak sarapan? Ada tamu ya?" suara Mbok Idah menyadarkan mereka. Arlando berbalik menghadap Mbok Idah yang berjalan mendekat. Lia malah menunduk menyembunyikan rona merah diwajah.

"Loh, loh ini Emi kan? Ya ampun kamu udah besar aja, tambah cantik lagi. Mbok mu ini kangen tau!" Mbok Idah memeluk Lia erat. Memang Mbok Idah sudah bekerja dikeluarga Gionardo selama 30 tahun. Dia mengasuh Arland sudah dari lahir, semua temannya Arlando dia tau. Dan bagi Arlando mbok Idah adalah nenek ke-3 baginya.

"Aduh mbok Idah! Emi juga kangen tapi Emi sesek mbok, bisa lepas?" akhinya pelukan mereka lepas.

"Emi sudah sarapan? Kalau belum mari sarapan sama Arlando dan Mbok! Tadi mbok masak sandwich kesukaan Arlando, Emi juga suka kan? Kalau Mbok sih ga suka" Lia ditarik paksa oleh mbok Idah menuju ruang makan, meninggalkan Arlando yang hanya menggeleng kepala. Bingung dengan keadaan sekarang.

~~~

"Ngapain lo ikut masuk juga?" Arlando yang baru masuk mobil, bertanya ketika Lia juga ikutan masuk dan duduk dikursi penumpang sebelahnya. Lia memasang seat belt dan duduk dengan tenang tanpa terganggu dengan tatapan Arlando.

"Turun!" suruh Arlando. Lia tetap diam. Arlando membuka seat beltnya dan turun membuka pintu mobil samping Lia.

"Turun!!!!" Lia cemberut tapi tak ada tanda-tanda untuk turun dari mobil itu.

"Trus aku perginya sama siapa? Aku ga bawa kendaraan kesini"

"Ya mana gue tau, salah lo sendiri ga bawa kendaraan kesini. Buruan turun, gue mau jemput Deisya!" sentak Arlando lagi.

"Izinin aku nebeng kesekolah, biar aku duduk dibelakang" Lia membuka seat belt dan turun untuk pindah kebangku belakang. Arlando menghela nafas dan pasrah menghadapi ini. Dia kembali memasuki mobil dan menjalankannya. Dalam perjalanan hanya Lia yang asik berceloteh, Arlando tak menyahut ketika Lia bertanya tentang ini itu.

Mobilnya pun berhenti tepat didepan pagar rumah Deisya. Dia membunyikan klakson untuk memanggil Deisya yang sedang sibuk dengan ponselnya duduk diteras. Cewek itu mengangkat kepalanya dan melihat mobil Arland. Dia pun beranjak mendekati mobil itu dan segera masuk tanpa sadar Lia juga berada disana.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang