10. SUKANYA SAMA KAMU

1.8K 108 10
                                    

DEISYA POV

"Jadi yang terpilih sebagai perwakilan sekolah untuk Olimpiade Sains Nasional tingkat kota bidang Biologi adalah Reynando Arfan Dwijaya, Deisya Liandy Putri dan Jessica Lasifah. Pihak sekolah minta ada perwakilan kelas X, makanya ibu pilih Jessica. Bagi yang tidak terpilih jangan berkecil hati ya. Beri semangat untuk teman-temannya. Kita akhiri pembelajaran hari ini, sampai jumpa dihari selanjutnya. Selamat sore" Bu Rian segera keluar dari kelas. Aku bersyukur bisa terpilih jadi perwakilan sekolah,  aku akan belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa lolos ke provinsi.

"Selamat ya Sya, lo baru 4 bulan gabung tapi udah nyeimbangi gue!"

"Gue masih jauh dibawah lo Nan" ucapku. Aku pun berbalik kearah Jessica yang tersenyum senang, anggota lain memberi semangat ke kami yang terpilih.

"Kayaknya kita dapet pr besar nih" ujarku ke Jessica.

"Iya kak. Kita harus berjuang, mohon bantuannya ya kak" aku tersenyum mengangguk dan pamit ke anggota lainnya untuk pulang duluan.

Langit tampak menggelap, guruh bergemuru, angin berhembus kencang, dan sekitarku telah basah akibat timpahan air hujan. Untung tadi pagi aku membawa jaket, jadi aku tak merasa kedinginan. Aku mengambil ponsel dalam kantong jaket dan mendial nomor Lando. Nada tersambung terdengar, tapi dia tidak mengangkat telfonku. Aku memandang jengkel kearah ponselku dan memasukkan kembali kedalam jaket. Aku mendongak melihat tetesa air hujan yang jatuh membasahi bumi, tangannku disembunyikan kedalam kantong jaket agar tidak kedinginan. Sekolah tampak sepi, anak-anak Biologi sepertinya sudah pulang. Aku meilirik jam yang terpasang dipergelangan tanganku, sekarang hampir memasuki waktu magrib. Aku kembali menghubungi nomor Lando, dan yang mengangkatnya pun orang yang sama.

"Loh, kok lo belum pulang Sya?" aku menoleh dan menemukan Reynan yang memasang wajah bingung. Aku kembali menghadap kedepan dan menghela nafas lelah.

"Jemputan gue belom dateng. Gue udah coba telfon, tapi ga diangket"

"Sama gue aja pulangnya, sekolah udah sepi tuh mana udah mau magrib lagi. Lo ga mau kan ketemu sama penghuni sekolah?" aku menelan saliva saat Reynan berucap tentang penghuni sekolah. Tiba-tiba udara disekitarku menjadi dingin, atau hanya efek dari ketakutanku? Aku melirik sekitar, memastikan tidak ada sosok lain yang memperhatikan kami.

"Sya!?"

"Astagfirullah, Reynan lo ngagetin gue tau ga?" aku mengusap dadaku yang berdetak dengan kencang, nafasku tak stabil dan mataku melotot kearah Reynan yang lagi tertawa terbahak-bahak.

"Lo sih parnoan banget, yuk gue anter keburu malem nih" ajak Reynan, dia sudah berjalan terlebih dahulu tapi aku masih setia berdiri. Merasa tak diikuti, Reynan membalikkan badannya dan menyerngit melihatku yang tak berpindah sedikit pun. Dia berjalan kearahku dan menarikku untuk mengikuti langkahnya. Aku pasrah ditariknya, Lando juga tidak bisa dihubungi. Dia menarikku kearah parkiran mobil, belum sampai keparkiran ada seseorang menarikku kebelakang sehingga cekalan tangan Reynan lepas. Reynan pun berbalik dan tanpa diduga orang yang menarikku melepaskan bogeman tepat diwajah Reynan. Aku berteriak reflek karena terkejut, dan aku lebih terkejut lagi setelah mengetahui siapa yang memukul Reynan.

"LANDO!!!!!!" teriakku kepada orang itu.

Reynan terhempas kebelakang, Lando menduduki tubuh Reynan dan masih mukul Reynan membabi buta. Reynan pun tidak terima dan balik melawan Lando. Aku mencoba menghentikan mereka, tapi aku terlalu ketakutan dan hanya bisa meneteskan air mata. Aku merasa diriku tidak berguna di situasi ini. Perkelahian mereka semakin sengit, tubuh mereka pun telah basah karena air hujan. Saat Lando akan memukul Reynan lagi, dengan cepat aku memeluknya dari belakang.

"Sudah! Hentikan!" ucapku lirih dipunggungnya.

Lando menghentikan aksinya, dadanya naik turun karena emosi dan aku masih memeluknya dengan air mata yang masih berjatuhan. Lando melepaskan tanganku yang memeluknya dan berbalik. Aku mendongak melihatnya, wajahnya dipenuhi luka dan darah hal itu sontak membuat tangisku kembali pecah. Dia menghapus air mataku dan menarikku pergi. Aku melihat kebelakang, disana Reynan sama kacaunya dengan Lando, tapi tatapannya terlihat aneh. Aku menggerakkan bibirku merangkai kata MAAF yang dibalasi senyuman olehnya. Aku pun mengalihkan pandanganku ke Lando. Tampak rahangnya mengeras, banyak luka diwajahnya. Aku menunduk merasa bersalah.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang