12. PERPUSTAKAAN

1.6K 91 3
                                    

Suara deruan motor saling bersahutan. Pemuda pemudi bercengkrama dengan akrab serta berkumpul diarea jalanan, semuanya tampak penasaran dengan pertandingan hari ini. Music menambah suasana menjadi lebih berisik, tak sedikit yang ikut bergoyang. Disalah satu kerumunan, Eric beserta rombongan sedang menantikan pembalap andalan mereka. Minuman terlarang berada ditangan mereka, wanita-wanita berpakaian mini banyak yang mendekati mereka, tarutama Eric yang memiliki tampang bak pangeran berhati iblis.

"Woi, Ric! Mana nih pembalap lo, udah mau mulai nih" seorang cowok yang merupakan pengurus balapan yang bernama Andre menghapiri Eric.

"Tenang, bentar lagi.."

Brum...
Sebuah motor hitam berhenti didepan Eric.

"Nah yang ditunggu udah nyampe. Lo langsung kegaris start aja bro" Pembalap itu pun mengangguk dan menjalankan motornya kegaris start tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Andre pun sudah menghilang dari hadapan Eric. Sepuluh peserta balapan telah mengambil posisi masing-masing. Orang-orang sudah mamasang pertaruhan tentang siapa yang akan menang. Seorang cewek berambut hijau berada digaris start, dia memegang sebuah bendera.

"Bersiap?" teriaknya. Semua orang ikut tegang melihat pertandingan hari ini. Senyum culas dikeluarkan oleh Eric, dia sangat percaya diri kalau pembalapnya akan memenangkan pertandingan malam ini.

"MULAI!" semua peserta melajukan motornya dengan cepat. Sorak dukungan terdengar. Suara deruan motor lama-kelamaan menghilang dan menjauh dari garis start. Semua orang menunggu sambil berharap.

"Seperti biasa lo selalu percaya diri" Christian, atau yang sering dipanggil Christ datang menghampiri Eric. Eric tersenyum miring.

"Itu prinsip hidup gue"

"Hahaha, dia lagi?" Eric melirik Christ sekilas dan tersenyum.

"Kenapa seorang musuh tiba-tiba menjadi komplotan merupakan pertanyaan besar bukan?" Christ menyeruput minuman terlarang dengan santai.

"Seorang yang menyampuri urusan orang lain lebih baik dimusnahkan, kau setuju?" Eric bersiul melihat wanita sexy yang lewat didepannya.

"Hahaha, entah kenapa gue setuju dengan lo kali ini" Christ kembali mendekatkan gelas itu kembali ke bibirnya. Matanya melihat kegaris finish.

"Wah, lagi-lagi keberuntungan berpihak kepada lo" ujarnya. Eric juga melihat kearah garis finish, dan tak lupa senyum miring yang kembali diwajahnya.

"Oh mereka sudah hampir kegaris finish" sorakan demi sorakan terdengar menyemangati mereka.

Brum....

Semua orang bertepuk tangan atas kemenangan blackkill. Itulah nama pembalap Eric. Eric tersenyum puas malam ini. Blackkill kembali menjalankan motornya kearah Eric.

"Tugas gue udah selesai" ujarnya.

"Eitss, lo ga mau menikmati hadiah lo?" tawar Eric dengan senyum miring seperti biasa. Blackkill pergi meninggalkan arena balapan menghiraukan ajakan Eric.

"Dingin seperti biasa"

~~~

Lia sedang berjalan mengitari lemari yang berisi buku-buku pelajaran. Matanya menjelajahi setiap buku. Tangannya terangkat mengambil buku yang dicarinya dan berjalan kearah guru pengurus perpustakaan untuk meminjam buku itu.

"Terima kasih Bu" ucapnya ketika telah selesai mengurus peminjamannya. Dia keluar dari perpustakaan dan memakai sepatu kembali karena diperpustakaan tidak diperbolehkan memakai sepatu. Dia berjalan pelan sambil menunduk menuju kelasnya. Ketika melewati toilet cowok langkahnya terhenti karena ada seseorang yang mencekal pergelangan tangannya. Dia berbalik dan seketika membeku.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang