44. Mencari Bukti (2)

2.1K 85 5
                                    

"Anjir! Berisik banget sih, heran gue kenapa Arland bisa betah di tempat kayak gini," rutuk Arsen sambil bergidik ngeri. Elzan yang di sampingnya hanya melirik dan kembali mengedarkan pandangan ke seluruh arena track yang penuh akan muda mudi. Tapi sayang, pergaulan mereka terlalu bebas, Elzan yang tidak biasa juga ikutan bergidik.

"Lo yakin dua orang itu ada disini Zan?" Arsen bertanya sambil berteriak lantaran suara musik yang tinggi dari speaker mobil-mobil. Elzan hanya mengangguk dan tetap mencari. Arsen menghela nafas, ia sangat tidak suka berada di tempat seperti ini. Senakal-nakalnya dia, ia tidak pernah suka sama tempat seperti ini. Nakal boleh, bego jangan.

"Hay, tampan. Baru di sini, ya?" dua gadis berbaju sangat terbuka menghampiri mereka. Elzan tidak mempedulikan dua gadis itu dan memilih menjauh, ia menyerahkan urusan dua orang itu ke Arsen. Biasanya Arsen sangat suka didekati cewek cantik, tapi sekarang tidak. Ia bahkan sangat jijik dengan penampilan mereka. Menggaruk belakang kepala karena bingung ia pun juga segera kabur dari hadapan dua gadis itu, menyusul Elzan yang berjalan menuju tempat yang lebih sepi.

"Woy, Zan! Lo kok main tinggal gue aja, Njir!" seru ketidakterimaan Arsen setelah berada di samping Elzan. Cowok jenius itu terkekeh, "Lo tau sendiri gue kagak suka liat cewek kayak gitu."

"Ya, lo pikir gue juga suka? Kagak lah! Gue emang suka cecan, tapi nggak buat yang tadi. Big no!" Arsen membentuk tangannya seperti tanda perkalian. Mereka kembali mencari, sekarang di tempat yang lebih sepi. Tidak membuahkan hasil, mereka memilih berpencar mencari dua orang yang di duga membantu Erik dalam kecelakaan Deisya. Mereka harus menemukan salah satu dari mereka.

Elzan sampai di sebuah gedung terbengkalai bertingkat dua. Rumput setinggi setengah meter memenuhi halamannya, pencahayaan yang minim membuat gedung itu tampak menyeramkan. Tapi tidak bagi Elzan, ia malah berfikir gedung ini sangat mencurigakan. Bahkan bau asap rokok tercium dari luar gedung itu, sudah di pastikan tempat ini sedang dihuni. Ia berspekulasi gedung ini adalah markas mereka. Elzan yakin dengan hipotesisnya. Mengeluarkan ponsel, Elzan mendial nomor Arsen dan menyuruh lelaki itu agar segera datang ke gedung ini. Selama menunggu Arsen, Elzan meneliti setiap sudut bangunan itu. Tentu saja dengan cara sembunyi-sembunyi, ia harus berhati-hati agar tidak ketahuan. Dari hasil jelajahannya, gedung itu merupakan bengkel besar yang sudah lama tidak di pergunakan. Ada garasi besar di timur serta teras luas di depannya. Elzan yakin ia tidak salah kali ini, kalaupun ada Arsen ia yakin cowok itu juga setuju. Tepat di depan garasi tadi ada sebuah truk pengangkut pasir, persis seperti truk yang menabrak Deisya. Bahkan plat mobilnya masih belum di tukar. Dan lagi ada satu hal yang pasti, di bagian depannya ada sedikit bercak darah. Elzan bersyukur memakai kaca mata minusnya saat ini, kalau tidak pasti ia tidak akan melihat itu semua.

Plak!

"Astagfirullah, Sen! Lo ngejutin gue kampret!" bisik Elzan dengan kesal sambil mengelus dada. Arsen menyengir dan berjongkok sambik menyatukan kedua telapak tangan meminta maaf. "Lagian, apaan sih yang lo liat? Serius amat," ujar Arsen juga berbisik. Elzan menunjuk truk yang tadi ia intai. Mereka sekarang berada di belakang pagar beton setengah meter, tempat untuk mengintai. Arsen sedikit menaikkan kepala dan melihat truk itu.

"Itu... Truk yang nabrak Deisya?" tanyanya memastikan. Elzan mengangguk dan kembali memperhatikan gedung itu. "Tadi gue ada lihat tangga besi untuk ke lantai dua di belakang, kayak di rumah susun luar negri itu," ucap Elzan mencoba mendeskripsikan tangga itu agar Arsen mengerti, nyatanya cowok pencinta cecan itu mengangguk tanda tahu. "Kita bisa naik dari sana, tapi gue takut ntar ada yang lihat. Soalnya tangga itu melewati jendela lantai satu," bisik Elzan lagi. Arsen terdiam dan kembali menatap gedung itu. Disamping garasi ada sebuah pintu dua daun, ia beranggapan itu adalah pintu utama gedung itu. Tak lama, seseorang keluar dari gedung itu. Dua pemuda yang sedang mengintai terbelalak, itu adalah si cebol. Salah satu orang yang mereka cari. Akhirnya pencarian mereka membuahkan hasil. Arsen sudah akan berdiri tetapi ditahan Elzan. Ia kembali jongkok, "Kenapa lo tahan gue? Ini kesempatan kita buat tangkap cebol itu, tangan gue udah gatal buat nonjok wajah kecilnya itu," desis Arsen menggebu-gebu.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang