DEISYA POV
"Deisya!" aku yang baru memasuki pelataran sekolah seketika berhenti melangkah dan membalikkan badanku. Reynan berlari kecil ke arahku, kulihat jarinya sedang memainkan sebuah kunci. Ntah itu kunci motor atau kunci mobil, aku tidak peduli. Jaraknya denganku tambah dekat, aku tersenyum kearahnya dan menyapanya.
"Hey! Pagi!"
"Pagi! Baru datang lo?" Reynan membalas sapaanku. Kami berjalan beriringan menuju gedung kelas XI.
"Seperti yang lo lihat, eh btw kita mulai pelatihannya nya kapan ya?" tanyaku dan sedikit melirik Reynan yang berada disamping kananku.
"Kalau ga salah bu Rian bilang minggu depan tapi harinya belum pasti" jawabnya. Aku mengangguk dan menarik tali ranselku.
"Tumben lo ga bareng cowok lo? Biasanya kan dimana ada elo disana pasti juga ada dia" ujar Reynan, ada nada kegelian didalamnya. Aku mengejang dan spontan membuat langkahku terhenti. Reynan pun turut berhenti, kerutan didahinya pun terbentuk. Aku kembali merelaxkan badan dan lanjut melangkah. Menetralkan ekspresiku agar dia tidak curiga, tapi sepertinya terlambat. Dia sudah menyadarinya.
"Lo kenapa deh? Ada masalah ya sama cowok lo?" Reynan kembali bertanya. Aku menunduk dan menghela nafas pelan. Mengingatnya saat ini adalah hal yang sangat menjengkelkan.
"Ga ada kok, oh ya gue ada urusan bentar sama abang gue. Lo duluan aja ke kelas, bye!" Aku segera mengarahkan kakiku ke gedung kelas XII, melirik kearah Reynan yang sepertinya menuju kearah kelas. Aku pun membatalkan langkahku dan berbelok kearah kantin. Aku yakin dia pasti ada disana, setiap pagi geng nya akan berkumpul disana sebelum bell pertama berbunyi. Aku mempercepat langkah. Aku perlu mendengar penjelasan darinya.
"Loh De! Lo mau kemana?" aku berpapasan dengan Keyla tepat didepan kantin. Aku menghiraukannya dan segera memasuki kantin. Aku berusaha mencari Lando, langkahku masih berlanjut. Mataku terus bergerak kesana kemari dan tidak memperhatikan orang yang berjalan didepanku.
Duk!
Aku menabrang seorang cowok yang membawa kopi yang tidak panas dan alhasil bajuku sekarang dihiasi dengan warna hitam.
"Aish! Oh god, apa-apaan ini?" Aku memejamkan mata, meredakan emosi yang sudah memuncak dikepalaku. Tanganku terkepal kuat, aku menarik nafas dan mendongak melihat makhluk yang punya kopi itu. Cowok itu tertangkap lagi oleh penglihatanku, seketika jantungku berdegub kencang, keringat dingin turun dari pelipisku, dan yang pasti mataku melotot kearahnya. Begitu pun dengannya, matanya juga melotot kearahku tapi hanya sekejap. Tatapan tajamnya kembali bersarang diwajahnya dan.... Ini mimpi buruk. Dia menyeringai kearahku. Aku tak bisa menggerakkan badanku, bahkan sekarang aku lupa caranya bernafas. Mataku tetap terpaku melihatnya sedangkan dia masih menyeringai dan mengangkat sebelah alisnya. Dia mendekatkan wajahnya kearahku, aku yang masih membeku tak bisa mundur walau 1 milimeter pun.
"Well, kita bertemu lagi ya? Tak disangka pertemuan kedua kita akan seperti ini. Dan sepertinya lo juga masih ingat gue ya?" ucapnya dengan suara yang membuatku merinding. Ucapannya hanya bisa didengar oleh kami berdua, suaranya berat dan serak. Aku tambah ketakutan, tanganku bergetar. Aku tak bisa menggerakkan bibirku untuk membalas perkataannya, hanya diam jawaban dariku. Seringainya tambah melebar sampai-sampai membuat matanya menghilang, dia tambah mendekatkan kepalanya kearahku. Aku yang tak bisa bergerak dari tadi hanya memejamkan mata takut.
"Eric, ingat nama itu baik-baik. Semoga kita bertemu lagi, ouhhh atau kita akan sering ketemu? Jangan pikir lo dapat lepas dari gue!" dia berbicara tepat ditelingaku, itu membuatku merinding. Setelah mengatakan itu dia menjauhkan kepalanya dan pergi dari kantin. Aku masih berdiri kaku, pandanganku kosong, badanku bergetar hebat dan tanpa sadar air mataku keluar. Aku tidak menyangka akan seperti ini keadaannya, aku jatuh terduduk. Orang-orang melihatku aneh, tapi aku tidak peduli. Tekanan yang diberikan orang tadi sungguh menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Fiksi RemajaProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...