Arlando pov
Kepalaku tergeletak tak berdaya di atas meja. Sudah cukup otakku dipaksa mempelajari Fisika lantaran lintas minat kelas aku itu Fisika. Anak Ips mempelajari pelajaran anak Ipa? Yang benar saja. Pelajaran pokok kami saja tak terkuasai apalagi ditambah materi Ipa. Kalau dikomik-komik nih pasti kepalaku sudah berasap.
Tak!
"Anjir, ngapain sih lo" kubentak Vannes yang sedang membuang buku-buku dari tas dekilnya keatas meja. Dia memilah-milah buku itu dan salah satunya mendarat tepat diwajahku.
"Ck! Woi apa yang lo cari sih?" sentakku sambil melempar buku tadi kewajahnya. Dan gol!. Tepat sasaran bro.
"Kampret! Sakit gila" dia malah balik marah kepadaku.
"Eh kudanil. Elo duluan yang lempar tuh buku ke gue, makanya gue bales. Lagian ngapain sih lo?" aku menyerngit keheranan melihatnya. Dia menggaruk belakang kepalanya dengan kesal, wajahnya sangat masam sekarang. Dia menghela nafas pelan dan duduk dikursinya, tepat disamping kananku.
"Hp gua ilang, dalem tas ga ada di laci juga ga ada" gerutunya dengan wajah masam.
"Dimana terakhir kali lo pake Hp lo?" tanyaku coba membantu. Dia mengetuk dagunya, kebiasaan kalau dia lagi mikir.
"Kalo ga salah di kantin deh" ucapnya.
"Kalo ga salah berarti bener nyet!" tanganku mendorong pelan kepala kosongnya Vannes dengan keras, dan untung dahinya kejedot meja.
"Anjir emang lo! Gua cek dikantin bentar" aku mengangguk. Baru dua langkah Vannes berjalan, Claudia si ketua cheerleader yang ngaku-ngaku sebagai cewek tercantik di sekolah ini memeluk lengan Vannes.
"Hay Adrianku sayang!!! Tumben kamu ngajakin aku pulang, kamu kangen ya?" sengaja dia merubah suaranya jadi keimut-imutan. Ouwwhh, kurasa bulu kudukku merinding. Kalau boleh jujur, tuh cewek ga ada cantiknya sama sekali, bedaknya tebel kayak ondel-ondel, maskaranya juga ga kalah tebel plus hitam ngalahin bulatan hitam mata panda. Kalau panda sih imut --walau pun gue cowok, gue juga suka yang imut-imut khususnya Syasyaku-- tapi si Claudia malah kayak badut. Aku bergidik ngeri melihatnya.
"Eh? Gue ngajak lo apa?" Vannes menyerngit keheranan. Anak kelas yang belum pulang melihat aneh kearah mereka.
"Kamu tadi chat aku buat pulang bareng, kalau aku sih oke oke aja. Toh pulangnya sama cogan" cewek itu masih berlagak sok imut didepan Vannes. Claudia melirikku dan mengedipkan matanya genit. Kampret! Gue dikedipin kuntilanak. Aku lebih memilih memandang foto presiden dari pada wajahnya itu.
"Apa maksud lo? Gue ga pernah chat elo sama sekali! Lagian Hp gue juga ilang" bantah Vannes sambil mencoba melepaskan rangkulan Claudia. Vannes emang terkenal playboy, tapi dia sangat anti sama cewek seperti Claudia.
"Loh? Kamu gimana sih, nih bukti kalau kamu tadi chat aku. Aku ga salah nomor kok" Claudia melihatkan kolom chatnya dengan dengan Vannes. Aku ga bisa melihatnya dari tempatku, tapi melihat ekspresi Vannes udah kayak monyet kecebur dalam kubangan (ga deng). Ekspresinya menunjukkan kalau Cludia benar. Belum selesai dengan Claudia, Karolin datang dengan lenggok yang membahana mendekati mereka. Sepertinya tambah seru nih! Aku mengambil Hp dalam saku celana dan diam-diam merekam kejadian ini.
"Adrian! Gue udah capek nunggu lo diparkiran tapi lo malah asik-asikkan berpacaran disini? Dasar buaya lo" baru juga sampai dia sudah mendorong Vannes dengan keras. Anak-anak yang masih dikoridor bertumpuk dipintu ingin melihat pertunjukkan gratis ini.
"Eh ngapain sih lo. Adrian itu pulangnya sama gue, bukan sama cewek murahan kayak lo!" malah Claudia yang menjawab tak kalah nyolot.
"Mendingan gue cewek murahan, masih ada harganya dikit daripada elo cewek gratisan. Ga punya harga diri sepeser pun" Karolin bersedekap dengan angkuh, pertandingan makin panas bung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...