Fritz Kreisler Liebesleid (Chapter 24)

281 34 0
                                    

Misi Quest kemarin berhasil membuat para murid menjadi heboh dan uring-uringan tidak terkendali.
Cilla yang kesal karena kalah di saat terakhir, ngambek dan tidak mau diajak bicara oleh siapapun.

Ataupula Kyla yang menjadi lebih rajin belajar karena kesal dikalahkan dan kalah kuat dari Tessa.
Rupanya sepanjang misi, Kyla sering terkena jebakan buatan Seungkwan, dan berduel dengan Samuel walaupun ujung-ujungnya Kyla kabur.

Mereka menonton ulang misi kemarin, dan hasilnya sedikit mengejutkan bahwa Sameul sebenarnya berduel dengan banyak orang di tim lawan, karena mereka mengira bahwa Samuel adalah mata-matanya.

Tetapi lawannya yang selalu kabur, dan merobek name tag hanya boleh dilakukan oleh mata-mata alhasil usaha Samuel sedikit tidak berguna.
Mengejutkan sekali bahwa sepanjang misi, Johnny bersembunyi di sebuah ruangan tempat yang tidak memiliki kertas petunjuk.
Dia tertidur pulas di sana dan terbangun pada babak-babak terakhir.

Walaupun sempat ada perkelahian sihir, dan Cilla sempat terkena jebakan yang dipasang oleh Seungkwan, tetapi Seungkwan tetap kalah.
Tak lupa tentang penghianatan Kuan Lin yang benar-benar membuatnya kesal.

Diantara mereka hanya Kuan Lin yang fokus mencari petunjuk, dan Tessa yang fokus mengincar pada anggota dan mata-mata tim lawan.
Berkat penghianatannya, Kuan Lin harus menelaktir Seungkwan sepuasnya.

Semenjak misi Quest, Haechan dan Seungkwan menjadi akrab dengan Johnny, mereka bahkan memuji lelaki tukang tidur tersebut sebagai wakil ketua yang cukup handal dalam tugasnya.

Mr. Zhang dan Kanna tampak tidak terlalu kerepotan untuk mengobati para murid, karena mereka hanya mendapatkan luka gores.
Terkecuali Zaria yang lukanya lumayan parah, tetapi masih bisa diobati.

“Kau kenapa anak ayam?”

Tessa bertanya pada Seonho yang terus memasang wajah cemberut dan menghindar setiap bertemu dengannya.

“Pergilah, aku tidak mau melihatmu!” jawabnya cuek sembari melangkah menjauh, keluar dari pintu asrama menuju taman Anima

Tessa mempercepat langkahnya, menyamai langkah Seonho,
“Kau marah karena aku mencabut name tag milikmu?”

Seonho tidak menjawab, tetapi Tessa yakin bahwa Seonho ngambek karena Tessa merobek name tag miliknya secara tiba-tiba.
Membuatnya tampak seperti orang bodoh.

“Lagipula daripada orang lain yang mencabutnya, bukankah lebih baik aku yang mencabut name tag milikmu?” kata Tessa, berusaha untuk menenangkan pikiran Seonho yang berkabut

“Iya, tapi bukan begitu caranya. Tidak bisakah kau membuatku terlihat sedikit lebih keren?! Kau membuatku tampak seperti orang bodoh.”

Tessa tersenyum tipis, ia memegang kedua pergelangan Seonho dan menariknya dengan pelan agar lelaki itu tidak mengalihkan wajah darinya.

“Tapi aku melihatnya. Kau berusaha menolong Samuel dan Mingyu dari api, kau terlihat keren saat melakukannya.”

“Benarkah?”

Tessa mengangguk pelan, perlahan Seonho kembali tersenyum, baru kali ini Tessa tersenyum padanya dan mengatakan bahwa dirinya keren.
Padahal Tessa mengatakan itu hanya agar Seonho tidak marah lagi.

“Kau mau makan kue mangkuk? Sekarang aku yang traktir.” Ujar Tessa sembari menunjukkan kantung koin hasil misi kemarin

“Mau dong!” jawab Seonho sambil bertepuk tangan semangat

“Berasa ngontrak, ckckck.”

“Berasa ngontrak part 2, ckckck.”

“Berasa ngontrak part 3, ckckck.”

Keduanya menoleh, melihat Seungkwan, Hyungseob dan Haechan sedang duduk di pinggir teras asrama sambil memakan kue.
Mereka bertiga bertemu di toko roti lalu kembali ke asrama bersama-sama.

“Kalo Mingyu sampe ngeliat kamu deketin Tessa, mampu deh.” Kata Seungkwan sambil mengunyah

Seonho memasang wajah cemberut,
“Kami hanya teman, kok.”

“Iya. Kami hanya teman.” Tambah Tessa

Haechan hanya bisa menggelengkan kepala,
“Dua orang goblok.” Gumamnya

“Dua orang goblok part 2.” Kata Seungkwan

“Dua orang goblok part 3.” Timpal Hyungseob

[Book 2] Anima : Beyond Fantasy [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang