Malam hari yang menyenangkan di Anima. Seperti biasa, lampu seluruh asrama akan dimatikan pada jam sepuluh malam. Mingyu memejamkan mata dengan selimut yang menyelimuti tubuhnya, buku yang sempat ia baca dengan bantuan Zaria, ia letakkan di atas nakas.
Setelah puas menghabiskan waktu bersama yang lainnya, ia jadi cepat merasa ngantuk, sebelum lampu asrama di matikan semua murid harus sudah berada di kamar masing-masing.
Tak ada kejanggalan apapun yang terjadi, hingga buku Mingyu yang diletakkan di atas meja terbuka dengan sendirinya. Perlahan lembar kosong itu membuat sebuah gambar, yakni seorang pria tampan yang tengah berbincang.
Saat itulah raut wajah Mingyu yang tertidur perlahan kian berubah. Ia mendapatkan mimpi yang sangat-sangat aneh. Di dalam mimpinya, Mingyu menyaksikan sesuatu ....
"Zircon."
Seorang pria bernama Zircon berbalik saat namanya di panggil, ia menatap pria lain yang berjalan menghampirinya.
"Ada apa Valoe?"
"Bukan apa-apa, aku hanya meminta bantuanmu untuk berkumpul sebentar. Kau tau kan ... sebentar lagi sekolah Anima resmi dibuka untuk pertama kalinya."
Mingyu melipir dari keduanya, menyaksikan perbincangan itu dengan bingung, karena sekarang dirinya bermimpi tentang Anima pada tahun pertamanya. Bangunan Anima tampak sama seperti yang ia lihat biasanya, namun beberapa hal seperti perabotan dan pemandangannya berbeda dari yang sekarang.
Mingyu melongok, melihat ke arah taman Anima yang luas. Disana ia melihat beberapa hewan sihir tengah tertidur di bawah pohon dengan seorang lelaki yang membaca buku di kursi taman.
Lalu muncullah lelaki lain,
"Kak Valoe! Magistria mungkin akan datang sebentar lagi."Lelaki itu menghampiri mereka dengan senyuman manisnya, dia adalah penyihir termuda diantara yang lain.
Mingyu terdiam sesaat, ia menghampiri lelaki itu dan berdiri di depannya, lelaki itu tidak dapat melihat kehadiran Mingyu sama sekali."Wajahnya mirip Mr. Min ..."
"Benarkah? Lalu dimana Loverus? Aku harus memberitau dia tentang materi yang akan ia ajarkan pada para murid." Ujar Valoe.
Mingyu merasa bahwa ada yang tidak beres tentang semua ini, segera ia melangkah menjauh dari mereka bertiga. Ia berjalan cepat menyusuri lorong-lorong Anima yang luas, pikirannya masih kalut tentang alasannya bisa berada di sini.
Seingatnya ia tengah tertidur pulas di kamar, tetapi mengapa ia bermimpi seperti ini. Mimpi ini terlihat sangat nyata.
Bangunan asrama belum terbangun, saat Mingyu kesana yang ia lihat hanyalah sebuah tanah lapang dengan air mancur dan beberapa tanaman bunga. Namun sesuatu yang menarik bukanlah air mancur tersebut, melainkan seorang wanita yang tengah mengandung dan seorang pria berambut jingga di dekatnya.
Pria itu bersimpuh dan merasa takjub akan perut buncit dari wanita di depannya.
"Ini hebat Limerta. Anakmu akan lahir sebentar lagi."
"Hahaha ini masih yang ke lima bulan, jangan mengada-ngada Loverus."
"Aku tidak sabar untuk melihat anakmu."
Wanita bernama Limerta tersebut terkekeh, dia sangat paham akan sifat sahabatnya ini. Dia sangat suka anak-anak kecil. Padahal sifatnya terkadang sangat menyebalkan dan sedikit pemarah. Tetapi dia akan menjadi sangat lembut dan baik jika berhubungan dengan anak kecil.
Ketika mengetahui bahwa Limerta tengah mengandung anaknya yang pertama, pria itu yang pernah terlihat bahagia diantara yang lain.
Loverus mengeluarkan sesuatu dari sakunya, yakni sebuah botol berisi ramuan berwarna putih bersih.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Anima : Beyond Fantasy [Complete]
FanfictionPetualangan baru di Anima dan Dimensi Sihir 18 murid baru dari seluruh dunia telah diundang. Haechan, Seungkwan dan Hyungseob trio pembuat ulah yang berisik, Seonho dan Marsya yang polos tapi pemarah, Mingyu, Jinyoung dan Kyla yang cemerlang, Jieqio...