"Mr. Hans?"
Tok, tok, tok
Selama beberapa detik Mion mengetuk pintu rumah Mr. Hans, hari sudah gelas, bahkan sekarang sudah jam setengah tujuh. Mion harus segera membereskan masalah ini agar ia bisa segera kembali ke Anima tidak terlalu malam.
Rumah Mr. Hans cukup sederhana, terbuat dari batu bata yang di cat berwarna hijau cerah dan memiliki dua jendela bulat di sebelah kanan dan kiri pintu. Tanah di sekitar dibentuk sebuah jalan yang terputus di depan pintu, batu-batu dijajari sebagai pembatas antara tanaman dengan jalan.
Sebagai rumah seorang pria paruh baya, rumah ini justru terkesan seperti sebuah rumah keluarga yang bahagia.
Sudah berkali-kali Mion mengetuk pintunya yang terbuat dari kayu tersebut, tetapi Mr. Hans tidak segera membuka pintunya.
"Apa tidak ada seseorang di dalam?" gumam Mion pelan.
Ia beranggapan sepertinya Mr. Hans sedang pergi ke suatu tempat, ia berniat untuk kembali ke Medion. Namun ia mendengar sesuatu yang mengetuk di jendela rumah tersebut.
Dengan penuh rasa penasaran, Mion segera menghampiri jendela tersebut, mengintip, melihat Mr. Hans tergeletak terkulai di lantai. Bahkan pria itu tidak mencoba berdiri saat melihat Mion di jendela.
"Astaga, Mr. Hans!" tanpa membuang waktu Mion segera membuka pintunya lalu menerobos masuk.
Mion mendekat dengan ragu-ragu dan berjongkok di sampingnya. Penderitaan terpancar dari matanya yang kering. Dia menunjuk ke tenggorokannya dengan tangan terkepal.
"Kenapa?" tanya Mion.
Dia menyentuh tenggorokannya dan menggelengkan kepalanya.
"Anda tidak bisa bicara?" dia mengangguk.
Mion berlari mencari gulungan kertas dan pena. Ia kembali dengan barang-barang itu, tetapi Mr. Hans menunjukkan tangannya yang terkepal di depan mata Mion.
Ia memeriksa tangannya jari-jarinya terlihat menempel. Mion mencoba memisahkan jari-jari itu tapi rasanya seperti menangani batu.
Mion pun tanpa pikir panjang mengambil tongkat dari balik jubah sihirnya, tapi Mr. Hans buru-buru menggeleng.
"Mr. Hans? Ada apa? Aku bisa membalikkan mantra nya."
Dia menyilangkan tangannya, matanya menyorot ketakutan. Mion menurunkan tongkat sihir di genggamannya.
"Aku akan keluar mencari bantuan," kata Mion pada Mr. Hans.
Mion membuka pintu rumah Mr. Hans, namun tiba-tiba seorang lelaki sudah berdiri di hadapannya. Tangan lelaki itu terangkat seperti ingin mengetuk pintu.
"Mion?"
"Jungkook?"
Lelaki itu adalah Jungkook, dia datang karena DPS memerintahkannya untuk mengawasi Mr. Hans, sementara Mion diminta Medion untuk mengobati Mr. Hans.
"Mau pergi ke mana?" tanya Jungkook.
"Bantu aku ... Mr. Hans sepertinya di sihir seseorang."
Suara Mion masih terdengar sarkartis, kendati ia sudah berusaha menahan diri.
Lampu-lampu berwarna putih yang berjejeran di setiap rumah menyinari wajahnya, begitu tegas dan serius.Tiba-tiba Mion tersadar, setelah lama berselang baru kali ini ia tampak bersama lagi dengannya. Bahkan ketika di Anima, mereka juga jarang bertemu. Mereka berdua berbicara sejenak mengenai keadaan Mr. Hans, tampaknya Jungkook langsung mengerti akan situasi.
"Baiklah, biar kulihat. Aku tau sedikit tentang mantra-mantra." Jungkook berjalan masuk, melewati Mion yang masih di dekat pintu.
Saat itu juga Mr. Hans duduk dan tersenyum riang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Anima : Beyond Fantasy [Complete]
FanficPetualangan baru di Anima dan Dimensi Sihir 18 murid baru dari seluruh dunia telah diundang. Haechan, Seungkwan dan Hyungseob trio pembuat ulah yang berisik, Seonho dan Marsya yang polos tapi pemarah, Mingyu, Jinyoung dan Kyla yang cemerlang, Jieqio...