Mrs. Velleron menunggu para murid dibalik meja guru, ketika melihat mereka ia berdiri dan tersenyum kaku. Bajunya yang selalu berwarna hitam dengan sosoknya yang tinggi, rambut agak beruban, wajah yang tirus serta kurus membuat mereka merasa sedang berada di film-film sihir.
Terutama pembawaannya yang super galak. Para murid baru menatapnya dan meringis kaku, walaupun sebenarnya mereka berusaha ramah. Tanpa sadar mereka setengah berlari untuk duduk di bangku mereka.
Meja yang sangat panjang seperti sebuah meja laboratorium dengan warna keemasan. Masing-masing dari mereka mengisi bangku tersebut.
Mrs. Velleron tersenyum kaku,
"Selamat datang di Anima, selamat datang di kelas sihir pertama kalian. Nama saya Velleron, dan saya akan menjadi pembimbing kalian di kelas ini." Katanya dengan suara lantang."Tolong buka halaman sepuluh ...."
Serentak mereka membuka buku mereka, dan mulai membaca judul pada buku tersebut, kemudian saling menatap satu sama lain.
"Materi kita hari ini adalah membuat tongkat sihir."
"Materi ini memang sangat sulit, tetapi tongkat adalah medium utama dari penyihir untuk menciptakan sebuah sihir. Semua penyihir memiliki tongkat sihir. Tolong letakkan bola kristal Anima kalian di atas meja."Merekapun ragu-ragu mengeluarkan bola kristal Anima yang ada di saku mereka, meletakkan bola itu di atas meja dan menatapnya, masih bingung.
"Perlu saya tekankan kepada kalian bahwa hal yang sangat penting adalah konsentrasi. Pusatkan perhatian kalian pada bola kristal Anima kalian lalu jika kalian sudah membentuk imajinasi tongkat kalian maka ucapkan Infloto! Maka bola itu akan berubah menjadi tongkat kalian. Silahkan coba sekarang, dan bersabar karena ini akan memakan banyak waktu."
Merekapun mulai menatap bola kristal Anima mereka, Mrs. Velleron tampak menunggu dengan sabar. Langkah–langkah awal di kelas ini selalu diwarnai dengan para murid yang setengah tidak niat.
Mrs. Velleron menegur Jhonny yang mengupil, ataupun Hyungseob yang menguap bosan padahal baru sepuluh menit yang lalu Mrs. Velleron mengoceh dan menjelaskan cara membuat tongkat.
Tak lupa Mrs. Velleron menyemangati Jinyoung yang serius dengan bola kristal Anima miliknya, serta menjawab semua pertanyaan dari Marsya, dan juga memberi petunjuk pada Haechan.
Diantara mereka ada yang merasa bosan dan ada yang masih semangat.
Bruk!
Mereka semua menoleh, seorang lelaki berwajah tampan mampu membuat Jieqiong, Kyla dan Shannon ternganga. Lelaki itu memungut bukunya, Mrs. Velleron tersenyum tipis padanya.
Ia berjalan masuk, meletakkan bukunya pada meja satunya, yakni meja para asisten. Ia tersenyum kaku pada para murid.
"Perkenalkan nama saya, Kim Myungsoo, asisten Mrs. Velleron. Saya bertugas untuk membantu beliau sekaligus mengawasi kalian."
Dengan kedatangan Myungsoo, membuat Mrs. Velleron merasa lebih lega, ia sebenarnya sudah tidak mampu untuk mengawasi murid sebanyak ini. Mereka pikir bahwa Myungsoo lebih baik daripada Mrs. Velleron, tetapi, rupanya, lelaki itu sama galaknya dengan Mrs. Velleron.
Terbukti, ia berjalan kearah para murid, memutari meja mereka, menutup buku murid yang sibuk membaca buku tanpa berniat untuk membuat tongkat. Ataupun memperingati murid yang terlalu cuek pada kelas pertamanya.
Tepat pada satu jam berlalu, jarum detik pas sekali bergerak ke angka 12 ketika Samuel terlonjak kaget, Marsya menjerit kaget dan Jhonny nyaris pingsan.
Bola kristal Anima Samuel bercahaya, berwarna biru kemudian terangkat naik, memudar, kemudian sebuah batu quartz dengan sebongkah batu lazurite biru berkilau yang mengapung dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Book 2] Anima : Beyond Fantasy [Complete]
Fiksi PenggemarPetualangan baru di Anima dan Dimensi Sihir 18 murid baru dari seluruh dunia telah diundang. Haechan, Seungkwan dan Hyungseob trio pembuat ulah yang berisik, Seonho dan Marsya yang polos tapi pemarah, Mingyu, Jinyoung dan Kyla yang cemerlang, Jieqio...