Chaos pt. 3 (Chapter 48)

248 36 3
                                    


Mion menangis, ia memegang erat ujung bajunya, terus menangis terisak karena rasa takutnya pada nasib Jungkook. Daniel yang pingsan bersandar pada tubuhnya, dan Mion memegangi lengan lelaki itu agar tidak jatuh.

Cilla dapat mendengar suara tangisan Mion, namun tak mampu untuk menghiburnya sama sekali. Ia tau, Mion tidak butuh hiburan.

"Coco, kita berhenti di Medion."

Coco hanya menggeram saat mendengar ucapan bernada parau milik Mion.
Mereka terbang di atas udara, melihat hutan yang begitu luas. Melewati pemandangan indah di Feyland, negeri para peri. Melewati Iron Land, negeri para bajang dan kurcaci.

Ketika mereka masuk daerah Magic Dimention yakni Dimensi Sihir, saat itulah mereka melihat tempat itu terbakar dan penuh teriakan putus asa. Cilla tampak ketakutan, ketika ia melihat seorang bocah dan seorang wanita terpojok, seorang pria bertubuh besar menodongkan tongkat sihir kearahnya.

Wanita itupun juga menodongkan tongkat sihirnya sambil berusaha menutupi sang anak dari serangan pria tersebut. Namun kemudian sebuah cahaya merah melesat dan mengenai wanita tersebut, seketika wanita itu tumbang ke tanah.

Cilla mengalihkan pandangannya dengan penuh rasa pahit, Mion bahkan tak mampu mengatakan sepatah katapun. Ketika pria tadi akan menghampiri sang anak, saat itulah salah satu orang dari DPS memantrai pria tersebut dari belakang.

Coco menukik turun pada bangunan Medion yang sedikit rusak, dindingnya retak dan ada yang pecah. Tempat itu diselubungi dengan kabut tipis, yakni sebuah sihir pertahanan yang bisa membuat siapapun tidak dapat menghancurkan tempat ini, atau menyusup. Kecuali jika mereka datang bersama orang-orang Medion.

Cilla dan Mion turun dari punggung Coco. Dengan mantra levitasi Mion membawa Daniel masuk ke dalam tempat tersebut. Orang-orang Medion sangat sibuk, mereka mengobati para DPS yang terluka parah, serta para penduduk yang ikut jadi sasaran.

Begitu banyak kain putih yang menutupi tubuh orang-orang, petanda bahwa orang tersebut telah mati. Begitu banyak orang-orang yang menangis, serta anak-anak yang terdiam melihat kepergian anggota keluarga tercinta.

Salah satunya adalah seorang bocah laki-laki berambut pirang, dia menangis tersedu-sedu sambil memegangi tangan seorang nenek-nenek, Mion terpaku, ia mengenali siapa mereka. Daniel segera ditangani, para Medion mengambilkan begitu banyak alat untuk mengobati luka parah yang dialami Daniel.

Sayup-sayup Daniel dapat mendengar suara tangis anak tadi, perlahan matanya terbuka, meskipun masih setengah sadar serta mata yang berkabut, ia menoleh.
Menatap bocah laki-laki berambut pirang yang sedang menangis karena neneknya telah meninggal dunia.

"William ...." Daniel berucap pelan, ingin memanggil bocah tadi, namun suaranya berubah menjadi bisikan kecil.

Iya, dia adalah William dan neneknya.

Daniel menatap pilu kepada mereka berdua, teringat akan kenangannya saat berkunjung ke rumah mereka. Ketika rasa bosan dan rasa jenuh menghampirinya, ia memilih berkunjung ke rumah itu.

Ia merasakan masakan tradisional dari nenek tersebut, serta bermain robot-robotan bersama bocah bernama William tersebut. Namun bukan itu yang membuat Daniel amat bersedih dan merasa sakit. Ia merasa amat menderita karena yang membunuh nenek itu pastilah orang dari Demo Sihir.

"Daniel bertahanlah, kau akan segera diobati." Ujar Mion sambil mengambil sarung tangan karet miliknya.

"Mion. Kau tidak usah ikut mengobati." Kata salah satu dokter yang mengobati Daniel.

Mion mengangkat kepalanya,
"Mengapa tidak usah?"

"Kami masih sangat mampu melakukannya. Kau pergilah ke Anima, kondisi disana mungkin jauh lebih parah."

[Book 2] Anima : Beyond Fantasy [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang