Chapter 37 : Here We Go - 1

766 107 14
                                    

Assalamualaikum wr. wb., dan selamat pagi, semuanya!^^

Minal aidzin walfaidzin, ya! Dian minta maaf klo selama ini Dian punya salah sama kalian baik yang disengaja maupun yang nggak disengaja.

Akhir kata, Selamat Rari Raya Idulfitri 1439 H. Semoga kita masih bisa bertemu dengan Ramadhan di tahun depan dan tahun-tahun berikutnya 😊

.

Separate

Chapter 37 : Here We Go bag. 1

Disclamier : Masashi Kishimoto--untuk karakternya. Dan untuk ceritanya original dari Dian sendiri

Rated : M

Genre : Crime, Action, Mistery, Romance & Komedi (maybe?), etc.

Pairing : SasuFemNaru

Warn! Gender Switch! Typo(s)! OC! OOC! EYD/EBI tidak rapih! Millitary! Soldier

Playlist : Lenka - Like a Song

.

Jauh di belakang sana, dua orang anak gadis beserta seorang pria berdiri. Mereka adalah Naruto beserta Konan, juga Deidara.

Naruto membeku seketika. Ia cukup terkejut dengan kisah yang baru saja pamannya ceritakan.

Semuanya.

Kini ia mengetahui semuanya.

Semua potongan puzzle yang ia miliki, ternyata saling berhubungan dengan kisah yang baru saja ia dengar langsung dari mulut pamannya.

Akhirnya ... kini ia tahu semua kebenaran yang disimpan rapat-rapat oleh ayahnya. Sisi tergelap keluarganya, akhirnya Naruto tahu. Dan itu sukses membuatnya tidak bisa berkata-kata.

"Terkejut?" bisik Deidara merdu, tepat di sebelah kanan telinga Naruto yang masih tidak bergerak ditempatnya berdiri.

Deidara tersenyum culas. Yah, siapa yang akan menyangka jika di masa lalu keluarganya memiliki sejarah seperti ini? Bahkan sampai saat ini Deidara tidak habis pikir; kemana perginya pamannya yang baik hati layaknya sesosok malaikat seperti kata Ibunya dulu? Mengapa yang ada saat ini tidak lebih dari seorang iblis pendendam?

"Bagaimana menurutmu, imoutou?" Deidara berbisik lembut. Lagi-lagi Naruto tidak tahu harus menjawab pertanyaan kakaknya dengan jawaban apa. Ini terlalu mengejutkannya, sampai-sampai ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa dan bagaimana.

"Naru."

Sementara itu, Konan yang sudah terjaga di dalam papahannya berbisik, menyadarkannya. Naruto tersenyum menenangkan, senyum yang bahkan tidak menyentuh bola matanya. "Aku tidak apa-apa, Kak."

Sementara itu di depan sana, Nagato memanggil Deidara. Hal itu cukup mengejutkan karena Minato dkk tidak menyadari jika ada orang selain mereka, sementara Naruto terkejut karena Nagato menyadari kehadiran mereka.

"Kemarilah!"

Nagato tersenyum lembut pada Deidara, yang kini balas tersenyum kecil--senyum yang bahkan tidak pernah Minato lihat sebelumnya. "Kau sudah membawa mereka kemari?" tanya Nagato dijawab oleh anggukan Deidara.

Nagato mempertahankan senyumannya, lalu ditepuknya kepala Deidara pelan, sayang. "Bagus, kerja bagus," pujinya, sukses melebarkan senyuman Deidara.

Perasaan Deidara menghangat seketika saat Nagato menepuk kepalanya ringan. Ah, betapa ia menginginkan afeksi semacam ini sedari dulu dari sang ayah, rasanya menjadi anak yang dapat dibanggakan dan dipuji karena keberhasilan yang telah dicapainya.

Separate (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang