Chapter 08 : Mission Failed

2.9K 322 7
                                    

Playlist: Linkin Park - In The End

.

Separate

Chapter 08 : Mission Failed

Disclamier : Masashi Kishimoto--untuk karakternya. Dan untuk ceritanya original dari Dian sendiri

Rated : T semi M

Genre : Crime, Romance, Action, Mistery & Komedi (maybe?), etc.

Pairing : SasuFemNaru

Warn! Gender Switch! Typo(s)! OC! OOC! EYD/EBI tidak rapih! Millitary! Soldier!

Source pic's : Pinterest

.

 "Naruto? Kau yakin bisa melakukannya?" tanya Sasuke setengah tak khawatir. Bukan apa-apa, namun pria itu meragukan kemampuan Naruto. Naruto yang hanya wanita biasa mana bisa menjinakkan bom dalam kurun waktu kurang dari tiga puluh menit?

Sementara itu Naruto sedang mengutak-atik bom tersebut agar bisa dijinakkan. Wanita itu sedang dalam mode seriusnya yang membuat Sasuke kagum akan keseriusan Naruto.

Naruto berdecak, "Aku yakin," katanya dengan penuh keyakinan. "Jika kau tidak percaya, berdoalah pada Tuhan agar menyelamatkan kita dari bom waktu sialan ini," umpat Naruto kesal sementara tangannya masih bergulat dengan bom waktu itu.

Wanita itu teringat akan percakapannya di telepon bersama seseorang yang sangat ia kenal. Jika bukan karena peringatan darinya, Naruto tidak akan yakin jika Sasuke bisa selamat dari ledakan bom waktu yang terpasang di apartemennya sendiri. Terima kasih, kak, terima kasih Tuhan, batin Naruto penuh syukur.

Dengan teliti dan penuh kehati-hatian, Naruto memotong kabel demi kabel yang menjadi penyalur dari alat pemicu atau detonator serta bahan peledak di dalamnya. Sebuah alumunium foil membungkus ketiga buah tabung yang berisi bahan peledak itu menyerupai segitiga, di salah satu sisinya terdapat sebuah penghitung waktu yang terus saja berjalan mundur. Wanita itu menggertakan giginya, waktunya tinggal lima belas menit lagi. Sial!

Setelah berkutat cukup lama. Naruto akhirnya bisa memutus kabel konektor terakhir dari detonator serta alat penghitung waktu mundur itu pada menit kelima sebelum bom itu meledak.

Naruto akhirnya bisa bernafas lega, sementara Sasuke berucap syukur kepada Tuhan. Naruto tersenyum tipis melihat reaksi Sasuke. Ternyata pria arogan itu masih mengetahui cara bersyukur kepada Tuhan, huh? Batin Naruto tertawa geli.

Aku berhasil, terima kasih atas bantuanmu, Paman!

Naruto mengirim sebuah pesan singkat kepada Roshi, berterima kasih karena ajaran pamannya itu yang diajarkan kepadanya berguna dalam keadaan seperti ini.

Ya, Roshi sangat ahli dalam menjinakan, membuat, dan meledakkan berbagai macam jenis bom. Well, Pria berusia tiga puluh lima tahun itu memang sering mengajari Naruto tentang bom, dan sekarang pengajaran pamannya itu tidak sia-sia.

Jadi dikediaman Uchiha benar-benar ada bom, Naru?

Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Naruto. Naruto tersenyum, lalu dengan cepat membalas.

Ya, bom waktu lebih tepatnya. Ah, mungkin aku harus berterima kasih padanya jika kakak sudah pulang dari misinya.

Semenit kemudian sebuah pesan balasan membuat ponsel Naruto kembali bordering nyaring.

Ne, kau berhutang budi padanya, Naru! Kau harus mentraktirnya nanti, oke? Paman ada tugas, jadi sudah dulu ya. Bye, Naru.

Naruto tersenyum lebar melihat balasan dari Ruoshi. Wanita itu memang sudah menganggap Ruoshi pamannya karena faktor usia Roshi yang sudah sepantaran dengan Kakashi, pamannya sekaligus tangan kanan ayahnya. Dan Ruoshi sendiri tidak keberatan dipanggil paman oleh Naruto, pria itu malah senang dibuatnya, haha!

Bye, Paman Roshi, aku menyayangimu!

.

Di lain tempat tak jauh dari apartemen Sasuke.

"Maafkan saya, Ketua. Saya gagal," Konan menunduk dalam ketika menghadap sang Ketua yang memiliki kuasa penuh pada organisasi tempatnya bernaung. Wanita itu pasrah, hidup dan matinya kini berada ditangan sang Ketua. Ia gagal menjalankan misi yang diamanatkan kepadanya, dan ia tahu kematian adalah konsekuensi dari kegagalannya. Itulah Akatsuki.

Sang Ketua bergeming, tangan kanannya terkepal sangat erat membuat sebuah remote control bom yang dipasang di kediaman sang Uchiha bungsu remuk dalam sekali remasan.

"Ya, kau gagal, Konan. Kau mengecewakanku," kata sang Ketua dengan nada datar membuat wanita itu semakin menunduk dalam karena rasa bersalahnya tidak menjalankan perintah dengan baik.

"Tapi akan kuampuni. Dari sekian banyak misi yang telah kaujalani, ini adalah misi pertamamu yang gagal. Aku memberimu toleransi karena sudah bekerja dengan baik selama lima tahun terakhir, Konan," jelas sang Ketua yang sontak membuat Konan lega. Setidaknya nyawaku terselamatkan, terima kasih, Tuhan, batin Konan tanpa bisa menyembunyikan kebahagiaannya.

"Tapi," suara sang ketua kembali bergema. Rasa-rasanya roh Konan seperti ditarik keluar ketika mendengar nada mencekam serta aura dingin yang menguar dari tubuh ketuanya itu, namun ditutupinya dengan sikap tenang yang mengagumkan. "Kau tentu sudah menyiapkan rencana cadangannya jika rencana awal gagal, bukan?"

Konan mengangguk. "Ya, Ketua. Tentu saja, kapanpun anda inginkan, saya siap melaksanakannya," kata Konan dengan mantap, berusaha tidak memperdulikan sang Ketua yang masih menguarkan aura mencekam andalannya, untuk mengintimidasi musuh. Tidak, Konan bukan musuh ketuanya, jadi tidak akan terintimidasi semudah itu, bukan?

"Malam ini. Aku menginginkan berita menghebohkan tentang sang Uchiha bungsu menjadi headline koran esok pagi," sang Ketua berujar dengan seringaiannya yang menakutkan, cukup membuat bulu kuduk Konan meremang. "Ia adalah penganggu. Dan seorang penganggu harus segera dimusnahkan. Cepat atau lambat," lanjutnya dengan tatapan mata yang berubah menjadi kilatan berbahaya, di tambah seringaian lebarnya itu, terlihat seperti seorang ... psikopat?

"Kita kembali, Konan!"

Konan berjalan mengikuti di belakang tubuh Ketua yang sudah berjalan terlebih dahulu di depan sana. Tanpa sang Ketua sadari, wanita itu tersenyum misterius. Ah, sepertinya ini semua akan berakhir dengan cepat, batinnya berbicara sendiri.

.

TBC

[Edited]:

Untuk Demilitarized. Maafkan ya, untuk saat ini unpublish dulu. Dalam proses revisi dan belom kelar, kemungkinan akan ada perombakan sana-sini.

Dian juga udah nggak punya banyak waktu buat nulis lagi jadi Dian masih belum bisa bilang kapan bisa publish ulang lagi. Nulis TJoR aja udah nggak keburu, ditambah ponsel Dian begitu. Jadi maafkan T-T

 Jadi maafkan T-T

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salam hangat,

Diandra Nashira,
Senin, 29 Mei 2017

Publish ulang:
Sabtu, 10 November 2018

Ps: Selamat Hari Pahlawan, semuanya!

Separate (END)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang