Flu (Yeri - Lucas)

2.2K 235 19
                                    

FLU

Yeri X Lucas

Hari itu Yerim sedang flu, karena itu ia tidak mengizinkan kekasihnya mendekat sedikitpun. Apalagi kekasihnya itu suka sekali menciumnya. Yerim tidak mau jika sampai kekasihnya itu terserang virus dan tak bisa berangkat kuliah sepertinya. Ia sudah mewanti-wanti Lucas untuk tidak mendekat kepadanya untuk beberapa hari ke depan sampai flunya sudah sembuh.

Yerim sendiri juga tidak tahan dengan hidungnya yang terasa bengal dan membuat kepalanya terasa sakit. Yerim masih meringkuk di balik selimutnya ketika pintu kamarnya terbuka lebar dan menampakkan wajah Lucas yang menyengir lebar padanya. Yerim memutar malas bola matanya.

"Hi Sweetheart"

Yerim mendecakkan lidahnya setelah Lucas mendudukkan pantatnya dengan nyaman di pinggiran kasur Yerim, membuat ranjang Yerim sedikit bergoyang karena hal itu.

"Mau apa kau ke sini?"

"Tentu saja menjengukmu, Sayang."

"Bukankah aku sudah bilang untuk tidak menemuiku untuk beberapa hari ke depan. Demi Tuhan, Lucas -aku sedang sakit, aku tak mau kau tertular virus."

Nampaknya Lucas tidak mengindahkan sedikitpun kata-kata Yerim, yang ada lelaki itu ikut membaringkan tubuhnya di samping Yerim, medesak tubuh gadis itu untuk bergeser dan menyisahkan ruang kosong untuknya.

"Sepertinya sakit bersamamu bukan ide yang buruk."

Oke, Yerim ingin menonjok kepala kekasih bodohnya ini sekarang. Lelaki ini memang jika berbicara tidak dipikir dahulu. Apa katanya, bukan ide yang buruk? Yang benar saja. Yerim bahkan ingin menyumpal telinganya ketika ia datang menjengguk Lucas ketika sedang demam karena lelaki itu tak berhenti mengeluh sedikipun. Yerim ingin juga rasanya melayangkan tangannya itu untuk menggampar bibir Lucas yang sedang menyengir lebar sekarang.

"Sebaiknya kau pergi dari sini."

"Tidak!"

"Aku mohon, aku hanya tidak ingin kau juga ikut sakit."

Yerim sudah memohon sekarang. Ia tidak punya tenaga untuk berdebat dengan kekasihnya sekarang. Kekasihnya ini tergolong orang yang menyebalkan dan keras kepala. Kepala Yerim terlalu pening untuk menanggapi setiap alibi yang dilontarkan oleh kekasihnya. Lebih baik sekarang ia memasang wajah semelas mungkin dan berharap Lucas luluh dengan tatapan matanya yang memelas. Lucas mungkin bodoh atau ceroboh tapi lelaki itu tak akan sanggup ketika melihat Yerim memohon. Hatinya akan meluruh begitu saja.

"Baiklah."

Yerim mendesah lega. Wanita itu mengukir senyum tipis di bibirnya. Akhirnya kekasihnya ini mau mendengarkannya.

"Tapi aku akan tetap di sini sampai kau tidur kembali."

Jika seperti ini, Yerim harus segera memejamkan matanya dan pergi ke alam mimpi. Lagipula matanya juga sudah mulai berat. Tidak susah untuk menyanggupi apa yang diminta oleh Lucas. Yerim segera berusaha menidurkan dirinya agar Lucas segera pergi.

Bukannya Yerim tidak mau Lucas di sini menemaninya, jika saja lelaki itu tidak mudah sekali terserang flu mungkin Yerim dengan senang hati menerima kedatangan lelaki itu yang berkunjung untuk menjengguk dan menjaganya. Tapi lelaki itu sangat muda terserang virus. Jadi lebih baik menjauh dulu untuk kebaikan bersama.

Yerim sudah mulai memasuki alam mimpinya. Sepertinya mimpi indah sudah menyambutnya di sana. Bibirnya mengulas senyum tipis, sangat tipis sekali hal itu juga sukses membuat Lucas menampilkan deretan giginnya karena senyuman. Lelaki itu sempat mengusap surai Yerim pelan sebelum mengucap selamat tidur kepada gadis itu.

"Semoga mimpi indah, Sweetheart."

***

Yerim memasuki kamar ke kekasihnya dengan langkah terburu. Ibu kekasihnya itu baru saja mengabari jika kekasihnya itu sedang terbaring lemah di ranjang karena teserang flu. Yerim sangat yakin jika kekasihnya itu tertluar virus flu darinya. Yerim merutuki Lucas yang kemarin masih nekat menemuinya yang sedang sakit. Sekarang apa? Lelaki itu yang kena batunya sendiri sekarang. Yerim tahu akan jadi seperti ini ketika lelaki itu datang menemuinya kemarin.

Yerim membuka pintu kamar Lucas dengan sedikit lumayan keras. Membuat lelaki itu yang sedang bergelung di balik selimut berwarna biru itu terbangun. Bahkan di keadaan hidung yang merah -Yerim yakin ada banyak lendir di sana- serta mata yang setengah terbuka dan juga wajah pucat, lelaki itu masih bisa menyengir lebar. Yerim tidak habis pikir dengan kekasihnya ini.

Yerim melangkah mendekat lalu mendudukkan diri di samping Lucas, tangan mungilnya tergerak untuk menyentuh dahi kekasihnya dan benar -demam tinggi. Yerim menghembuskan napasnya panjang. Yerim sebenarnya suda mengantisipasi kedatangan lelaki itu ketika ia sakit dulu. dengan tak mengizinkan kontak langung apapun dengan tubuhnya Yerim rasa itu cukup untuk menjauhkan Lucas dari viru flu ini tapi jika ternyata malah..

"Lucas, berapa kali kau menciumku saat aku tidur ketika sakit kemarin?"

Harusnya Yerim sadar ketika kekasihnya itu memintanya tidur terlebih dahulu sebelum lelaki itu benar-benar pergi. Harusnya Yerim sedikit menaruh kekecurigaan waktu itu, tapi kenapa ia malah tidak memikirkan apapun.

Seharusnya ia sadar ketika bibirnya menerima ciuman di hari itu, itu bukanlah mimpi. Harusnya ia sadar bahwa itu nyata terjadi. Dan dengan bodohnya Yerim mengira sentuhan itu berasal dari mimpinya maka dari itu ia tersenyum menikmatinya harusnya ia tahu kekasihnya ini bodoh dan ceroboh, tidak memikirkan apapun atau efek samping setelah ia mencium Yerim.

Yerim harusnya langsung menjauh begitu merasakan napas hangat menerpa kulitnya, bukannya malah mengira ia sedang terbawa mimpi dan malah semakin pulas ketika sang kekasih mengucapkan selamat tidur.

Ugh, Yerim merutuki diri sendiri karena hal itu. ia sudah kecolongan waktu itu.

Gadis itu kembali menatap Lucas yang masih menampilkan cengiran lebarnya dengan mata yang separuh terbuka. Yerim yakin seratus persen bahwa lelaki bahkan tak sanggup untuk membuka matanya tapi ia memaksakan diri.

Yerim ingin menenggelamkan kekasihnya itu setelah bibirnya tebalnya masih sanggup-sanggupnya mengatakan suatu hal yang membuat pipi Yerim memanas.

"Aku tidak bisa untuk tidak menciummu ketika kita bertemu, sayang."

-fin

Untuk yg kemarin minta Lucas. Semoga kalian suka.

StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang