Red Yarn (Yeri - Jihoon)

1.9K 191 17
                                    

RED YARN

Yeri X Jihoon



Kamar itu nampak gelap gulita, tanpa penyinaran apapun kecuali dari sinar bulan yang berusaha menelusup melalui celah jendela. Lelaki itu tidur meringkuk di atas ranjangnya, tubuhnya bergerak gelisah dalam tidurnya sedangkan tanganya meremas erat selimut berwarna biru di bawahnya. Keringat dingin membasahi tubuhnya, bahkan rambutnya sudah basah karena keringat yang keluar dari tubuhnya itu. Bibirnya mengguman tidak jelas. Sepertinya ia sedang mengalami mimpi buruk. Air mata lolos begitu saja dari ujung matanya yang tengah terpejam.

Pria itu langsung bangun terduduk sambil menjeritkan nama seseorang. Napasnya terengah-rengah, matanya memerah, tubuhnya juga bergetar hebat

"Yerim-ah".

Sekelebat memori terlintas begitu saja. Membuatnya tak bisa tidur kembali. Selalu seperti ini. sudah dua bulan dan terus saja malamnya seperti ini. tidak ada kata tidur lelap semenjak kejadian itu. Tidurnya selalu terganggu dengan mimpi-mimpi buruk. Membuatnya terus merasa menyesal dan sesak ketika mengingatnya.

Jihoon memutuskan untuk turun dari ranjangnya. Menyentuhkan kaki telanjangnya dengan lantai kamarnya yang dingin. Kaki panjangnya membawanya menuju dapur. Mungkin segelas air dingin bisa membuatnya tenang kembali.

Ia meraih gelas dan menuangkan air dari teko yang ia pegang. Baru saja ia akan meneguk air yang baru saja ia tuang, ada lengan yang terulur menghentikan kegiatannya. Tangan itu tampak ringkih dan pucat. Jihoon berusaha untuk mencari tahu siapa pemilik tangan itu. Ia tidak bisa menghentikan diri untuk tidak terkejut. Matanya membola menatap seseorang yang berdiri di hadapannya. Sosok yang begitu ia rindukan kehadirannya. Sosok yang sudah membuat hidupnya kacau beberapa bulan terakhir ini. Sosok yang berhasil membuatnya menyesal hingga ingin mati rasanya.

"Yerim?"

Gadisnya. Yang kata orang-orang telah meninggalkannya kini tengah berdiri di hadapannya. Menampilkan senyum manisnya yang sangat Jihoon sukai. Tidak ada yang berubah dari gadis itu. Masih sama cantiknya dari yang Jihoon lihat terakhir kali.

Jihoon tak ingin mempercayai apa yang saat ini ada di depannya. Tapi ini semua terasa begitu nyata. Jihoon sangat yakin ini bukan delusinya semata. Dengan sedikit ragu. Lengannya terulur menyentuh pipi gadis itu, mengelusnya lembut, memastikan jika sosok di depannya ini nyata.

"Ini aku, Jihoon."

Suara itu mengalun dengan indah, memanjakan telinga Jihoon yang sudah lama sangat ingin mendengar suara itu kembali. Dengan gerakan cepat, lelaki itu memeluk tubuh ringkih di hadapannya itu. Memeluknya erat dan tak akan membiarkan siapapun atau apapun mengambilnya lagi dari sisinya.

"Kau tampak buruk, Jihoon-ah"

"Karena aku merindukanmu."

Yerim terkekeh, lalu tanganya terangkat mengelus pungung Jihoon. Berusaha memberikan ketenangan dan kehangatan pada pria yang tengah memeluknya saat ini.

"Tidurlah kembali, kau butuh tidur. Lihat kantung matamu itu. Mengerikan."

Kini gantian Jihoon yang terkekeh. Gadisnya masih sama. Masih perhatian sama seperti dulu.

"Kalau begitu temani aku tidur." Ucap Jihoon lalu mengecup singkat bibir mungil Yerim.

Yerim menggeleng keras membuat Jihoon mengernyitkan dahinya. Biasanya Yerim akan dengan senang hati menemaninya tidur jika ia meminta. Menyanyikan lullaby agar Jihoon cepat terlelap.

"Aku masih ingin menyelesaikan rajutanku." Yerim menunjuk rajutannya yang tergelatak dia atas sofa ruang tengah. masih separuh jadi memang. Gadis itu berniat membuatkan syal untuk Jihoon. Jihoon mengangguk mengerti. Setelah Yerim mengantarkannya menuju kamarnya kembali dan menyelimuti pria itu. Jihoon yakin malam ini ia akan tidur nyenyak, tanpa dihantui oleh mimpi-mimpi buruk itu lagi.

StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang