LATE, HUH?
Yeri X Mark
Yerim menghentakkan kakinya kesal. Berdiri di depan gerbang sekolahnya sesekali menengok ke kanan- ke kiri. Wajahnya semakin memberengut ketika tidak mendapati sosok yang sedang ia tunggu-tunggu. Yerim melirik jam tangannya, sudah hampir satu jam ia menunggu, dan tak ada tanda-tanda batang hidung orang itu sama sekali. Sekedar fakta saja, Yerim paling tidak suka yang namanya menunggu. Gadis itu bahkan pernah tidak berbicara selama tiga hari kepada kakaknya yang sudah membuatnya menunggu selama dua jam. Anggap saja Yerim berlebihan, tapi memang seperti itulah rasa tidak suka Yerim terhadap suatu hal yang dinamakan 'menunggu'.
Yerim menatap ujung sepatunya. Merasa tidak nyaman dengan sepatuh putihnya yang sudah menemaninya selama dua tahun belakangan ini. ini sepatu kesayangannya yang diberikan oleh ayahnya dihari ulang tahunhnya yang ke enambelas, tapi sayangnya sepatu itu sepertinya sudah kekecilan di kaki Yerim. Yerim terlalu sayang pada sepatu itu hingga membiarkan kakinya tidak nyaman di dalam sepatu yang seharusnya tidak muat lagi untuk dipakai.
Wajah Yerim berubah semakin garang ketika matanya sudah menangkap sosok yang sudah ia tunggu-tunggu. Berlari menghampiri Yerim dengan tergopoh-gopoh. Matanya yang sayu seakan menyiratkan permintaan maaf telah membuat Yerim menunggu. Yerim hanya memutar bola matanya malas.
"Maaf, Yerim, aku terlambat menjemputmu."
Yerim diam menatap lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya. Sudah satu tahun mereka bersama, masa kekasihnya itu tidak tahu hal yang paling dibenci Yerim? Demi Tuhan, Yerim paling benci yang namanya menunggu.
Jika lelaki itu tidak bilang akan menjemput Yerim, Yerim sudah pulang sejak satu jam yang lalu. Mereka bersekolah di sekolah yang berbeda. Hal ini kadang menjadi hal yang sangat disayangkan oleh Mark karena tidak bisa melihat gadisnya itu sepanjang waktu.
"Sudahlah, Mark. Ayo pulang, aku sudah lelah." Mereka berjalan menuju halte bus dengan Yerim yang berjalan mendahului Mark. Mark memilih diam. Pasti Yerim sangat marah kepadanya saat ini. Mark tidak berniat untuk membuat gadis itu menunggu, sama sekali tidak. Tapi ada hal penting yang harus ia lakukan tadi.
Mereka masuk ke dalam bus dan duduk di bangku nomor dua dari belakang. Yerim mengabaikan Mark, jelas sekali jika gadis itu sedang marah kepada kekasihnya. Yerim juga sedang malas untuk berdebat, tubuhnya sudah sangat lelah, jika tidak lelah mungkin dia sudah mengamuk habis-habisan kepada Mark.
Mereka sudah sampai di halte yang tidak jauh dari perumahan rumah Yerim berada. Yerim kembali berjalan mendahului Mark. Mark hanya bisa menghela napasnya melihat itu. Lebih baik ia diam saja daripada nanti tambah runyam.
Mark juga bukan tipe lelaki yang suka beradu argumen. Selama ia berhubungan dengan Yerim, ia selalu menuruti apa saja yang Yerim mau, terkecuali jika itu buruk untuk mereka, ia akan berusaha untuk memberitahu Yerim sehalus mungkin. Anggaplah jika Mark terlalu dibutakan dengan cinta, tapi Yerim terlalu berharga baginya.
Ketika sudah sampai di halaman rumah Yerim. Yerim membalikkan tubuhnya. Raut wajahnya datar, tidak menampilkan ekspresi sama sekai.
"Terima kasih sudah menjemput, lain kali tidak usah menjemput jika memang tidak bisa, daripada harus membuatku menunggu."
Setelah itu Yerim melenggang masuk ke dalam rumahnya, membiarkan Mark berdiri di depan pintu. Mungkin kata-kata Yerim tadi keterlaluan tapi sudah pasti Mark tidak akan mempermasalahkan hal itu. Mark tahu jika gadisnya itu sangat benci kata 'menunggu'. Yerim juga selalu berusaha untuk tidak membuat orang lain menunggu.
"Mark? Kenapa berdiri di situ? Kenapa tidak masuk ke dalam? Ayo masuklah."
Mark mendongak, menatap kakak Yerim yang bediri di hadapannya. Mark menyunggingkan senyum manisnya. Menatap Taehyung di hadapannya.
"Tidak perlu Hyung. Tapi boleh aku minta tolong sesuatu?"
Taehyung mengernyitkan dahinya melihat kekasih adiknya ini. Pria itu menganggukan kepalanya guna menjawab permintaan Mark.
***
Yerim sedang menyelesaikan tugas matematikanya ketika pintu kamarnya diketuk dan kemudian menampilkan Taehyung yang sedang membawa suatu bingkisan di tanganya. Kakaknya itu berdiri mendekat lalu meletakkan bingkisan itu di atas ranjangnya. Yerim menatap kakaknya itu heran. Matanya juga melihat ke bingkisan yang baru saja kakaknya itu letakkan.
"Ada seseorang yang tadi menitipkannya kepadaku."
Setelah itu Taehyung beranjak keluar.
Yerim meletakkan pensilnya, ia mengambil bingkisan itu. Dengan rasa penasaran, gadis itu berusaha mengeluarkan isi bingkisan itu. Wajah manis gadis itu berubah terkejut ketika ia membuka kotak kardus di tangannya. Sepasang sepatu persis dengan miliknya yang sudah kekecilan, tetapi dengan ukuran yang lebih besar. Sepatu itu sama persis dengan miliknya.
Yerim tertawa senang. Ia kemudian mencoba sepatu itu. Senyumnya semakin lebar ketika sepatu itu tepasang sempurna di kakinya. Pas. Tidak kekecilan seperti miliknya yang lama.
Yerim mengecek kardusnya lagi. Dan menemukan sepucuk surat di sana. Dengan tidak sabaran gadis itu membuka surat itu. Yerim tidak bisa untuk tidak tersenyum membaca surat itu. Isinya benar-benar membuatnya terbang
Bagimana apa kau suka dengan pemberianku, Yerim?
Aku membelikannya untukmu. Kau bercerita jika sepatu kesanyangmu itu sudah tidak muat lagi, tapi kau sangat menyukainya hingga tak mau berhenti memakainya, jadi aku terpikir untuk membelikan yang sama persis seperti milikmu.
Ini alasan aku terlambat menjemputmu tadi. Aku mengambil pesanan sepatu ini. karena tidak ada lagi yang mejual dengan model seperti itu lagi, jadi aku memesannya. Aku memesannya sehari setelah kau bercerita. Aku beharap kau menyukainya.
~Mark
Yerim memeluk surat itu. Tentu saja Yerim menyukainya. Ugh, kekasihnya itu sukses membuat hatinya berbunga-bunga sekarang. Mark mungkin memang bukan tipe pria romantis seperti kebanyakan pria yang dibicarakan temannya, tapi Yerim jamin jika Mark adalah pria yang sangat perhatian. Yerim jadi sedikit merasa bersalah kepada lelaki itu karena telah marah tadi sore. Tapi tetap saja Yerim masih merasa kesal kepada lelaki itu karena sudah membuatnya menunggu.
Keesokan paginya, Mark kembali berjanji akan menjemput Yerim pulang lagi. Lelaki itu juga berjanji tidak akan telat lagi.
Yerim tersenyum ceria ketika mendapati Mark sudah berdiri di depan gerbang sekolahnya. Yerim berlali kecil menghampiri Mark.
"Aku tidak telat, kan?"
Yerim menggeleng, gadis itu menunduk menatap ujung sepatunya, membuat Mark mengikuti arah pandang gadisnya. Ia tersenyum senang mendapati Yerim memakai sepatu pemberiannya.
"Terima kasih"
"Sama-sam-
Cup.
Mark tidak bisa untuk tidak membulatkan matanya ketika Yerim dengan cepat mengecup bibirnya. Oh Tuhan. Ini pertama kalinya Yerim berani mengecupnya duluan, bahkan Mark sendiri untuk meminta kecupan dari Yerim tidak berani meskipun hanya kecupan di pipi, dan sekarang gadis itu baru saja mengecup bibirnya. Jangan bangunkan Mark jika ini hanya mimpi.
"Ayo, busnya sudah datang."
Mark menatap Yerim yang saat ini pipinya sedang merona dan Mark juga yakin jika pipinya sekarang juga merona. Senyum Mark semakin merekah sekarang. Lelaki itu berjalan menyamai langkah Yerim lalu tangan bersarnya ia selipkan di sela-sela jari Yerim. mengenggam tangan mungil milik gadisnya itu. Membuat pipi Yerim semakin merona.
-fin
maaf buat kemarin yang minta Mark – Yeri real life. Karena aku belum ada ide untuk itu dan malah yang muncul di otakku ide fanfic ini dan jadilah cerita ini. Semoga suka ya dengan cerita ini. kira-kira siapa cast cowo untuk part selanjutnya???
Jangan lupa Vote dan Komen ya.
Maaf untuk Typo
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories
FanfictionA collection of one-shot stories with Kim Yeri as the female lead. Hope you like it (≧▽≦)