ADDICTION
Yeri X JungkookLirikanmu. Lirikanmu terlalu tajam jika hanya untuk melirik seseorang.
Mulutmu juga terlalu tajam untuk kata-kata manis.
Wajahmu terlalu garang untuk menampilkan sebuah ekspresi.
Perilakumu terlalu kasar untuk seorang pria kepada kekasihnya.
Senyum. Oh tidak, kau tidak pernah tersenyum dengan benar dan manis. Smirk lebih tepat untuk sudut bibirmu yang terangkat.
Aku takut padamu. Oh tidak, aku mencintaimu.
Kakiku yang terbalut boots hitam membawaku melangkah melewati gang sempit di tengah kota. Kurapatkan mantel yang membalut tubuhku ketika merasakan hawa dingin yang menusuk. Dering ponsel terus bergetar di dalam sakuku. Aku memang sengaja membiarkannya, hanya tidak siap untuk mendengar caciaannya untuk saat ini.
Gedung duapuluh lantai itu mulai terlihat. Aku segera bergegas jika tidak ingin mendengar kata-kata atau perilaku kasarnya. Memikirkan tentang apa yang akan ia perbuat nanti ketika aku sampai membuatku tiba-tiba ingin berbalik dan bergelung di balik selimut hangatku di rumah. Andai saja dia tidak berteriak melalui telepon untuk menyuruhku datang dan membawakannya makanan mungkin aku masih bergelung hangat di ranjang bersama Rooney, kucing putih kesayanganku. Tapi nyatanya sekeras otakku menolak hatiku akan tergerak untuk menurutinya. Sebelah tanganku penuh dengan barang belanjaan. Isinya bahan-bahan makanan yang akan mengisi penuh lemari pendinginnya nanti. Ketika aku sampai di depan kamar apartementnya, jariku terlalu bergetar hanya untuk menekan beberapa kode. Bukan hanya jari mungkin kakiku jadi mendadak lunglai ketika aku sampai di depan pintu berbahan besi ini.
Oh pintu terbuka. Tubuh tegapnya berdiri di sana. Manik kelamnya menatapku tajam seakan dia ingin membunuhku kapan saja. Tubuhku bergetar hebat. Aku takut.
"Ck, kau lama sekali?! kau tau aku sudah sangat lapar!!" Teriaknya di depan wajahku. Aku hanya menunduk dan melangkah masuk ke dalam. Kuletakkan sejenak belanjaanku di lantai, kulepas sepatuku dan kusimpan di rak sepatu yang berada di belakang pintu. Aku tahu saat ini ia berada di belakangku dan menatap punggungku tajam, aku mencoba untuk mengabaikannya karena tubuhku sudah bergetar dan napasku memburu karena takut. Kuraih kantung belanjaanku dan kembali berjalan. Tungkaiku melangkah menuju dapur, kuletakkan barang belanjaanku dia atas pantry dapur lalu tangan kecilku bergerak menyiapkan alat-alat memasak yang akan kupergunakan.
Aku sedang mencuci piring ketika suaranya menggelegar di indra pendengarku.
"Yerim, ada apa dengan kakimu? Kau terluka?"
Mataku membulat dan segera melirik ke arah kakiku. Ada sedikit bercak darah di sana. Aku pun bahkan baru mengetahui hal ini setelah dia menanyakan keadaan kakiku dengan kening berkerut dan matanya yang menatapku nyalang.
Nampaknya aku menginjak sesuatu dan membuat telapak kakiku terluka. Tapi yang pasti benda itu kecil dan runcing. Hanya luka tusukan kecil yang tidak besar sama sekali tapi cukup membuat lapisan kulitku terbuka dan mengeluarkan cairan merah kental atau sebut saja darah.
Ia menunduk mengambil sesuatu dari lantai. Sebuah paku pines. Aku tidak tahu bagaimana benda kecil itu ada di sana dan melukai telapak kakiku. Aku tidak ingin susah payah berpikir untuk hal itu. Rasa perih dan nyeri mulai kurasakan. Tubukuh jadi sedikit terhuyung akibat rasa perih itu padahal ini hanya luka kecil. Aku tersentak kala tanganya menarik lenganku. Sedikit kasar memang tapi aku sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Aku memekik karena rasa sakit akibat lukaku.
Langkah besarnya membawaku menuju sofa di ruang tengah, mendudukkan diriku di sana sedangkan Ia berbalik menuju nakas yang terletak di sudut ruangan, ia mengambil kotak P3k dari dalam sana. Ia kembali dan duduk di sebelahku lalu meraih kakiku yang terluka, dengan cekatan ia mengambil kapas dan antiseptik. Aku meringis ketika kapas yang sudah dilumuri dengan antiseptik itu menyentuh lukaku. Tangan besarnya dengan telaten membersihkan luka yang ada pada telapak kakiku. Sejujurnya ia tak perlu melakukan semua ini, ini hanya luka kecil yang nantinya akan sembuh dengan sendirinya. Aku menatapnya. Dahinya tetap mengerut, setetes peluh jatuh dari dahinya mengalir membasahi rahang runcingnya. Jantungku bergetar hebat antara rasa takut dan rasa senang karena perlakuan baiknya. Tanpa sadar bibir tipisku melengkung menampilkan sebuah senyuman. Tanganku terangkat menyentuh helaian rambut legamnya, salah satu bagian tubuhnya yang sangat kusukai. Ia tidak terusik sama sekali dengan apa yang kulakukan dan terus melanjutkan aktivitasnya.
"Hati-hatilah ketika berjalan, luka seperti ini bisa infeksi jika dibiarkan" suara beratnya memenuhi indra pendengarku. Aku tercengang, tidak biasanya ia seperti ini. Aku menatapnya heran, ini seperti bukan sosok yang biasanya kukenal. Sosok yang setiap hari berlaku kasar dan selalu membentakku.
"Apa aku salah jika aku beranggapan bahwa dirimu hari ini aneh?" cicitku pelan, suaraku sedikit bergetar karena sekelumit rasa takut dan aku yakin gurat ketakutanpun juga terpatri di wajahku. Ia menatapku dan sedetik kemudian sebuah senyum miring menempel di bibir tebalnya. Aku memekik ketika ia menarik tubuhku hingga membuat tubuh mungilku menubruk dadanya. Tanganya dengan cepat melingkar di sekitar tubuhku. Tangan besarnya mengelus lembut surai hitamku. Obsidiannya seakan tak bisa lepas untuk mengamatiku. Mataku membelalak lebar dan aku cukup terkejut dengan semua ini. Jatungku berdetak keras seakan ingin keluar dari rongga dadaku. Apa aku sedang bermimpi, jika iya biarkan aku tidur sedikit lebih lama untuk menikmatinya. Untuk pertama kali ia melakukan hal romansa seperti ini kepadaku, membuatku merasa ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik di dalam perutku.
"Aku sangat menyayangimu". Apa dia baru saja mengungkapkan isi hatinya? jika iya, maka tidak ada yang bisa menggambarkan diriku saat ini selain keterkejutan. Ada apa dengan dirinya hari ini. Sungguh perubahan sikapnya ini lebih membuatku takut daripada perlakuan kasarnya.
Aku terdiam berusaha mencerna apa saja yang baru kuterima malam ini. Otakku bekerja keras untuk menarik kesimpulan dari semua perlakuan manisnya malam ini. ia seperti teka-teki yang harus kuselesaikan untuk mengenal jauh dirinya. Dan sialnya aku terlalu bodoh untuk menyelesaikan teka-teki itu. Ia sangat tertutup mengenai dirinya bahkan kepadaku yang merupakan kekasihnya. Selama ini yang kutahu tentang dirinya hanyalah dia seorang pria yang sangat sulit berekpresi, ia adalah pria dengan segala sifat angkuhnya dan ia hanyalah seorang pria yang berusaha hidup dengan gadis lemah sepertiku.
Omong-omong soal sifat angkuhnya. sifatnya yang satu itu merupakan salah satu alasan aku jatuh hati padanya. Katakan saja jika aku gila tapi memang seperti itulah kenyataannya. Oh aku jadi ingat bagaimana ia dulu ketika memintaku menjadi kekasihnya. Waktu iku aku seperti akan lari terbirit-birit ketika ia datang dengan wajah sangarnya dan berkata "Kau harus menjadi kekasihku dan aku tidak menerima penolakan". Aku tercengang waktu itu. Suaranya sangat datar tidak ada intonasi apapun dan jangan lupakan tatapan tajamnya yang menusuk. Aku ketakutan setengah mati waktu itu tapi aku menganggukan kepalaku sebagai jawaban. Mulai saat itulah rasa takut dan rasa suka menjadi satu ketika aku bersamanya
Selang beberapa menit dan ia masih menenggelamkan tubuhku dalam dekapan hangatnya. Lengannya memeluk pinggangku erat, mendekap tubuh kecilku ini dan membuatnya seolah bersembunyi di balik tubuh kekarnya. Tangaku juga sudah melingkari tubuhnya, mengusap punggung lebarnya hangat.
Aku memang terlalu takut padamu, kau terlalu menakutkan untuk gadis lemah sepertiku. Tatapan, perkataan, perilakumu memang selalu membuatku takut. Tapi percayalah apapun yang ada pada dirimu berhasil membuatku jatuh hati padamu. Kau menciptakan suatu adiksi dalam diriku. Mata hitammu yang menusuk, bibir tebalmu yang tak henti mengatakan hal-hal kasar padaku, perilakumu yang juga selalu kasar, wajah beringasmu, tubuh tinggi dan tegapmu, dekapanmu yang hangat, aku sangat senang ketika pelukanmu itu menghilangkan mimpi burukku di malam hari. Dan pasti wajahmu yang tampan, aku yakin banyak gadis yang rela diperlakukan kasar seperti ini dengan wajah tampanmu itu tapi aku juga sangat yakin jika hanya aku yang bisa bertahan selama ini dengan dirimu yang eum sedikit berbeda dengan pria lain kepada kekasihnya. Tapi setelah malam ini aku juga yakin bahwa kau memiliki sisi lembut yang nantinya akan menghilangkan rasa takutku terhadapmu.
Oh bahkan aku jatuh cinta hanya dengan memndengar namamu, Jungkook-ah.
-fin
Spesial untuk ulang tahun Jungkook. Happy Birthday, Jungkookie
Jangan lupa Vote dan Komen
Maaf untuk typo
Terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stories
FanfictionA collection of one-shot stories with Kim Yeri as the female lead. Hope you like it (≧▽≦)