yang mau baca ini, saya sarankan baca season sebelumnya dulu, agar lebih ngeh dan mudeng
happy reading
Hidup tak semuanya lurus laksana penggaris
Faktanya penggaris besi juga bisa bengkok
Terpanas bermuai di setiap inci api
Yang buatnya leleh lenyapkan dia
"Licik!!, dasar bedebah!!", seru Rizki sambil terus meronta dalam cengkeraman tembaga panas itu.
"Hah!, baru tahu kalo aku licik?, bahkan kepintaranmupun kalah dan kepuitisasian sodaramu itu tak bisa menyelamatkannya dari kematian, hua hahahaha, sekarang kau yang akan mati!!".
'Dia tahu semuanya tentang aku dan Ridho'.
Walaupun Rizki dicengkeram panas tembaga itu, tapi dia masih bertahan karena dia juga punya panas.
'Bodoh kau!!, tembaga memang menyerap panas, tapi kau tak tahu bedebah!, saat sumber panas itu menghilang, maka panas tembaganya juga hilang, g**l*k!!', Rizki tersenyum licik. 'Biar dulu bedebah ini ngoceh sampe puas, aku harus begini dulu dan memikirkan strategi, kalau Ridho sampe kalah begitu, pasti dia bukan lawan sembarangan'.
"Kau nggak bisa ngelakuin apapun sekarang bocah api!!", Jay mendekat dengan cepat, dan kemudian menonjok wajah Rizki yang tak tertutup tembaga.
Pukulan itu cukup keras hingga membuat Rizki berdarah.Kemudian dari belakang Rizki, orang itu mengayunkan balok kayu dan memukul leher Rizki.
Berkali- kali orang itu memukuli Rizki, hingga membuat kepala Rizki pusing menerima hantaman.
Jay menyerang saat lawannya tak bisa apapun, itulah kebiasaannya, hingga sebutan pengecut mungkin pantas untuknya.
Rizki tetap bertahan, dia hanya menunggu saat yang tepat, saat tembaga mulai dingin tak panas lagi.
"Oh iya, kau tahu tidak hey bocah api?, aku pernah bicara pada anak es sodaramu itu tentang domino, pasti kau udah pernah dikasih tau kan, iya kan?", Jay malah mengajaknya ngobrol dengan santai.
"Gini lho bocah api, pastinya kau juga udah tahu dari mimpi itu tentang domino itu, ya benar katamu, aku yang membuatmu berpisah dari cewek imutmu itu, dan aku yang menggiring kalian hingga kemari, aku yang melenyapkan adikmu yang malang, ini semua bagian dari dominoku hey bocah, dan dua bagian terakhirnya adalah, aku akan melenyapkanmu, lalu menceburkan kalian dalam kolam linangan untuk penyempurnaan kekuatanku, hua hahahaha!!".
'Sialan, dia malah berbelit belit gak jelas, dasar kakek kakek penyakitan!, apa dia dia nggak tahu kalau berkoar koar membeberkan rahasianya begitu adalah salah satu kelemahannya!!, dasar!........, eh tunggu dulu, tunggu dulu, 'kelemahan', ya, kelemahan..., kekuatan sebesar apapun pasti punya kelemahan, dan hanya dengan kelemahan aku bisa mengalahkannya, tapi apa kelemahannya?... kekuatan terbesarku adalah kelemahanku, aku bisa cukup kuat dengan mengcombo kekuatan bersama Ridho, dan hanya dengan es Ridholah apiku ini bisa padam, begitupun Ridho, hanya dengan apikulah esnya cair, dan airnya mendidih', Rizki terus diam bersiasat.
"Apa kau sudah menyerah bocah api!!!, apa kau sudah menyerah!!, kau mungkin sudah lelahya berputar dalam ilusiku tadi, jadi kau menyerah, benar?!!, kau tak lebih pengecut dari si anak es itu!!!", Jay terus membual tak sedikitpun tahu dengan Rizki yang terus bersiasat.
'Omongannya saat bertemu langsung begini sangat nggak bermutu, beda dengan kata kata cenayangnya saat dalam mimpi juga ilusi, dasar, eh tunggu dulu, cenayang menitikberatkan kekuatannya pada kata kata, ya aku tahu itu, dan dengan itu dia punya ciri khas 'banyak omong' seperti itu, jadi kekuatannya...., kekuatan terbesarnya bertumpu pada kata kata!!, dan kelemahannya adalah kata katanya itu!!'.
Tak lama Rizki memejamkan matanya, tak mempedulikan perkataan cenayang itu yang tak berhenti, kemudian dia mengeluarkan apinya sebesar mungkin dan lalu bertambah terus besar hingga juga mengeluarkan lava panas.
Tubuhnya membara, namun tak sedikitpun terbakar karena apinya.
"Sekarang waktunya!!!!", serunya. "Apa?", gumam Jay kaget.
Rizki seketika banyak mengeluarkan cairan lava, lava itu memenuhi semuanya di dalam ruang yang dikelilingi lingkaran api, hanya beberapa inci di sekeliling Ridho yang terbaring saja yang tidak dipenuhi lava.
Dia menggunakan manipulasi ruang miliknya sekarang.
Kaki Jay melepuh hebat sekarang, mungkin terpanggang dan seketika matang, tapi dengan kendali Rizki, lava itu tak menghanguskannya sekejap dan berubah jadi abu.
Lava itu dikendalikan Rizki untuk hanya membuat kaki itu melepuh saja. Membiarkan Jay tak bisa bergerak karena kakinya yang lumpuh dan dipanggang lava begitu panas.
"K.. kau membakarku!!, ingatlah ini bocah api, kalau kau menghabisiku sekarang, maka wadah itu akan jadi wadah lagi untuk kekuatanku ini!!, ingat itu, dan jangan habisi aku!!!".
Rizki tak mempedulikan perkataannya, dia berjalan mendekat, menapak permukaan lava tanpa tenggelam ke dalamnya.
"Kau bilang aku apa hah!!, pengecut?!, bodoh?!, dan kau tahu, kau yang bodoh!!, kau yang pengecut!!".
Deg.
Ucapan Rizki itu menggema di telinga Jay yang tidak berkutik. Ekspresinya mirip seperti saat Rizki masuk dalam ilusinya, tapi kali ini dia tak masuk ilusi Rizki, karena Rizki tak punya kemampuan itu.
Dia kali ini merasakan, merasakan perkataan itu.
"Dari kecil kau ini bodoh!!, kau tinggal dari keluarga bodoh!!, cuma peduli dengan dunia ilmu hitam, dan kau juga bodoh!!!, mau maunya kau dibodohi dengan jadi wadah kekuatan sialan itu".
Deg.
Matanya terbuka lebar, dia kembali mengingat luka lamanya itu.
"Kau pikir kau ini hebat!!, kau penguasa dunia?!, salah!, salah besar!!, kau ini bodoh!!, biadab!, kau tak lebih baik dari para bonekamu itu!!, dan kau tak pantas jadi cenayang, jadi manusia, dan bahkan kau tak pantas jadi boneka kekuatan itu karena kau terlalu bodoh!!".
Deg.
Rizki terus berkata-kata, dan Jay tak sadarkan diri karena masuk terlalu jauh dalam ingatan masa lalunya.
"Keluargamu mengekangmu?!, menyiksamu?!, tapi kau balas dendam dengan membunuh mereka semua?, apa gunanya!!, *ob***!!, tetap saja kekuatan terkutuk itu ada padamu, dan bahkan setelah kau mewariskannya, kekuatan itu masih ada padamu!!, kau ini bodoh!!, kau ini ***lo*!!".
Nafas Rizki terengah- engah karena terlalu banyak berteriak begitu, dia berhenti tepat di depan Jay yang tak bisa apapun lagi. Mata Jay sayu dan menunjukan ekspresi sedih, dia benar- benar masuk dalam ilusi pikirannya sendiri.
"Kau ini sudah tua!!, dan kau tak bisa melawanku!!, kau bahkan nggak bisa penuhi 200 orang tumbalmu!!!, kau nggak pantas untuk kekuatan sehebat itu!!, kau bodoh karena menunjukan wujudmu dan mengundang mautmu sendiri!!", jelas Rizki.
"Dan tentang dominomu!!, sepertinya domino terakhirmu adalah 'kau mati meleleh dalam lavaku!!'", imbuhnya.
Rizki kemudian menusukkan pedang apinya tepat menghujam perut Jay.
"Jleb!!", dia membalas apa yang dilakukan Jay pada Ridho.
Perut Jay memuncratkan darah segar yang seketika mendidih karena bara pedang Rizki. Perutnya tak hanya tertusuk pedang, tapi juga melepuh hingga hangus karena bara yang menyala dari pedang itu.
Dia kemudian ambruk ke dalam kolam lava di sekitarnya, hangus, lenyap, tepat seperti Baron di hanguskan Rizki dulu.
yuks di add dulu di reading list
dan tunggu authors bebenah cerita untuk keberlangsungan "Twins"
first part akan ada pada
13 Agustus 2018
salam diksi
salmanpicisan
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 3] [Tamat]
Fantasy'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...