CXL - Bukanlah Akhir

584 31 5
                                    

Ini yaitu aliran Septime

Yang dituang mencampur Distikon

Atau cuma Terzina yang dibubuh Sektet

Juga Kuint berteman Kuatrain

Ditulis pada larik kertas yang suci

Meski hitamnya menggores kemanapun

Untuk mengukir arti hidup

Waima mimpi masih belum terlampau

Dia bukanlah Akhir

Wijaya sepertinya biasa saja, dia tak sedikitpun mengerang, dan malah berdirir bangkit. Dia menatap datar, dan mendekat pada Ridho.

Ridho bersiap, sekarang dengan pedang esnya yang berkilau putih, matanya tak hentinya fokus mengamati segala gerak-gerik Wijaya.

"Wah wah sepertinya baru kemarin aku menghabisimu dengan banyak pedang, bahkan pedangmu sendiri, dan segarang, kau sudah banyak berkembang, apa kau akan menggunakan itu untuk melawanku?".

"Tak usah banyak bicara, lakukan saja apa yang ingin kau lakukan!", ucap Ridho.

'Aku ingat betul kalau dia tak akan menyerang langsung, dia pasti mengeluarkan kroco-kroconya, orang tak bersalah yang dengan mudah dikendalikan hatinya olehnya, tapi sekarang..., dia tak bisa apapun, dia sudah ada di dalam kubahku, dia tak bisa memanggil kroconya dan menembus kubahku dengan mudah', Ridho menatap serius, melihat Wijaya yang perlahan maju.

"Ketahuilah anak es, cinta itu beku, seperti esmu ini. Dia tak punya perasaan, ataupun hati untuk membalas cintamu...".

Deg.

Mata Ridho terbelalak, kata-kata itu tiba-tiba menyentuh hatinya.

"Apa kau pernah berpikir bahwa kasihmu itu benar-benar mencintaimu?!!, apa kau tak pernah berpikir bahwa dia tak tulus mencintaimu!!", ulang Wijaya,

dia berkata sekaligus memulai mantranya untuk memasukan Ridho dalam ilusi. Siapapun yang mendengar perkataan mantranya itu, dan merasakannya dalam hati, benar-benar merasakannya, maka orang itu akan langsung masuk dalam ilusinya.

"Kekuatan Kusumadipati tak akan dengan mudah masuk ke dalam raga seseorang, jika orang itu tidak bermasalah dalam hatinya. Dan satu-satunya alasan kenapa aku memasukan kekuatan itu padanya, adalah masalah hatinya, hatinya yang tak tulus mencintaimu", ucap Wijaya dengan matanya yang berkobar asap hitam.

Mata Ridho masih terbelalak, menatap mata Wijaya yang menyeramkan, namun perlahan tatapannya kosong, dia masuk dalam ilusi Wijaya.

...

"Di mana aku?...", Ridho nampak bingung mendapati dirinya di dalam sebuah ruangan kamar. Sepertinya dia mengenal kamar itu, ya, itu kamar Putri.

"Kenapa aku di sini?", Ridho celingukan menatap sekitar, dia memastikan bahwa ruangan itu adalah benar-benar kamar Putri.

Tak berapa lama, seseorang membuka pintu, dan kemudian memasuki ruangan itu.

"Putri!", wajah Ridho langsung senang.

Betapa tidak, terakhir dia ingat Putri terbaring kaku sepert mati, dan sekarang jelas-jelas Ridho melihat Putri yang berdiri tegak, sehat, dan masih hidup.

"Putri..., aku tak percaya ini!!", senang Ridho.

Putri tak merespon Ridho, dia berjalan menuju tempat rias di sudut kamarnya, dan kemudian duduk di atas bangku. Ridho hanya menatap heran melihat Putri yang seolah-olah tak melihatnya.

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang