Apa kata maaf itu perlu?
Dari dia yang menyakiti padamu
Kau terluka, menangis lara nestapa
Lirihan sayatan pedih yang mengalir air mata
Apa kata maaf itu perlu?
Darimu yang menyakiti hatinya
Kau jadi poros persalahan, walau yakin kau tak berbuat ampun apapun
Salah paham telah menyelimuti
Dinginnya cinta yang sudah mendidih
Ardi mengaduk air di dalam gelas.
Tak lama Rizki datang, “Minum Ki”, tawar Ardi.
“Hmm”.
Rizki membuka lemari makanan, yang menempel di tembok dapur, mengambil setoples penuh bubuk kopi.
“Kau tahu apa yang ku sedihkan sekarang……”.
“Apa”.
“Musuhku itu mengkompor kompori Lesti, membuat Lesti marah dan membuat hubungan kita renggang sekarang”.
“Hah!, gila tuh orang!”, respon Ardi marah- marah.
“Dia tahu kalau Lesti orang Jakarta, dan dengan mengobrak abrik hubunganku, dia bisa memancing ku kemari, dan kemudian menghabisi Ridho sampe begitu”.
“Jadi saudaramu itu terluka karena itu, kasihan…..”.
“Beruntung aku udah lenyapkan dia dengan cairan lavaku, dia lenyap sekarang”.
“Wow hebat!”, jawab Ardi bertepuk tangan.
“Tapi sudah ku bilang Di, walaupun hebat semua ini banyak bahayanya”.
“La kenapa kamu nggak bisa memikirkan rencana musuhmu itu?”.
“Hahhhh……….., maka dari itu, aku benar-benar menyesalinya, …. semua berlalu begitu saja, aku menyesal karena aku nggak bisa mikir sejauh itu, waktu itu aku dikuasai emosi mendapatkan Lesti, dan tak bisa berpikir panjang”.
Ardi menepuk pundak Rizki,
“Terus gimana hubunganmu dengan Lesti”.
“Dia sudah memaafkanku, tapi dia sudah masuk dalam dalam di dalam kesalahpahaman itu, dia tak ingin kembali lagi padaku”.
“Apa kau masih mencintainya?”.
“Ya….”.
“Terus kenapa kau tak memperjuangkannya?”.
“Sudah Di, dia tak mau lagi kembali”.
“Apa dia masih memanggilmu dengan sebutan Aa’?, apa dia masih peduli denganmu?”.
Rizki mengangguk, mengisyaratkan ‘Iya’.
“Wanita itu perlu waktu Ki…., sebuah keputusan nggak bisa diputuskannya matang matang begitu saja, perlu ada kecocokan dalam perasaan. Dan jika dia mengodemu dengan kepedulian, perasaannya pasti sudah menjawab bahwa ‘dia masih mencintaimu’, cobalah Ki, kalau cinta kalian tulus, aku yakin dia kan kembali bersamamu”, jelas Ardi menuturi Rizki.
“Jadi kembalilah meminta maaf Ki, aku yakin sekali, kali ini da bisa menerimamu lagi”, imbuhnya.
…
“Aku memang sudah memaafkan A’ Iki, tapi gimana aku bilang kalau aku ingin memulai hubungan lagi dengannya, sekarang, yang merasa bersalah jadinya aku”, Lesti menyenderkan tangannya di pagar balkon, menatap ke luar halaman rumah.
Lamat- lamat, terlihat oleh Lesti, seseorang berjalan memasuki gerbang rumahnya.
“A’ Iki?!!, itu A’ Iki”, Lesti deg-degan tak karuan, seseorang yang dia pikirkan tiba- tiba datang. Rizki mendengarnya, dia menoleh ke atas, membuat Lesti tambah deg-degan.
Rizki sepertinya benar-benar menjalankan saran Ardi untuk ke rumah Lesti. Rizki tersenyum menatap Lesti, dia berhenti berjalan dan mengangguk mengisyaratkan Lesti untuk turun.
Lesti masih kaget dengan kedatangan Rizki, dia malah menutupi mulutnya yang terbuka lebar dengan telapak tangannya dan lalu mengangguk berkali- kali tanda gugup.
Dia kemudian masuk begitu saja tanpa menoleh Rizki, dan tak lama dia sudah keluar dari pintu depan, menghampiri Rizki.
Rizki mendekat, dan kemudian meraih kedua tangan Lesti, menggenggamnya dengan lembut.
“Les, apa kabarmu?”, tanyanya basa basi.
“Ba… baik”, jawab Lesti gugup.
“Eh… ehmmm”, Rizki berdehem sebentar,
“Les……, eh terus terang saja ya….”, Lesti mengangguk dengan masih gugup.
“Makasih…., makasih udah maafin kesalahanku, jujur…., aku masih sayang sama kamu Les, kalau kau udah maafin aku, tolong terima aku lagi Dede, lupakan masalah yang membelenggu kita, itu luka lama, jangan kita dalam dalamkan lagi”.
“Eh… sebenernya Dede juga udah tahu kebenarannya, nyatanya Dede sudah salah paham besar pada A’ Iki. Dede juga mau minta maaf ama A’ Iki, karena mbuat A’ Iki jadi ‘orang yang bersalah’, tanpa sedikitpun mau tahu tentang kebenarannya”.
“Iya tak maafin”, Rizki tersenyum bangga, tangannya masih menggenggam tangan Lesti.
“Makasih, A’ Iki masih mau ngejar Dede, masih mau nemui Dede dan juga minta maaf kaya gini walau Dede nggak mau nerima A’ Iki, maaf kalau kelakuan Dede ama A’ Iki akhir akhir ini nggak baik”.
“Iya tak maafin, terus…”, Rizki tersenyum menganga, janggutnya sedikit maju, dia menunggu sesuatu untuk di ucapkan Rizki.
“Apaan sih?”, Lesti tersenyum malu melihat respon Rizki.
Rizki mengatubkan mulutnya, matanya menatap penuh harap pada Lesti. Lesti menunduk malu-malu,
“Eh iya A’,….. ehm….., Ayo kita mulai hubungan cinta ini lagi…”.
Rizki terbelalak, dia benar-benar tak percaya,aa
“Serius?!, jadi aku di terima nih?”.
“Iya”.
Rizki melepas genggamannya, dan merangkulkan tangannya memeluk Lesti, memeluknya dengan hangat.
Lesti balas memeluknya, dan membenamkan wajahnya di dada Rizki. Tak disangka, kerenggangan hubungan mereka yang hampir tak terselamatkan lagi itu, kembali hangat, kembali dekat, kembali terjalin erat.
Itu yang namanya kekuatan cinta sejati.
“Aku sayang kamu De”.
“Aku juga A’”.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 3] [Tamat]
Fantasy'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...