Akan tiba masanya melumat, lemas tak mau berdiri
Tak akan ada lagi rasa, seolah hanya wadah saja
Tanpa waktu, apabila sudah terjadi
Tiada sisa cinta, benciku padamu jadi memuspra
Bersamalah jalan, tuntunku terbang pulang
Bisakah mengangkat, azimat diri yang beban memberat
Air mata waktu, mencoba mengarat jarum
Berhentilah saja, biar ismiya ini bernafas dulu
Tetapkah waktu,menusukku begini?.
"Nggih mpun Pak, sing penting sa'niki kulo mpun mbali, mpun sareng sareng Bapak Ibu malih (Ya sudah Pak, yang penting sekarang saya sudah pulang, sudah bersama Bapak Ibu lagi)", ujar Rizki mengusap pundak pak Rama. Bu Imah, dan Ridho mendekat, sedangkan Lesti dan Putri sibuk membongkar barangnya dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Pa'e.... Ibu seneng Rizki wus mbali, ayo tho Pak...mlebu, tak gawe'ke gethuk(Bapak...., Ibu senang Rizki sudah pulang, ayo Pak...masuk, Ibu buatkan gethuk)", kata bu Imah meminta pak Rama dan Rizki masuk, juga merangkul bahu Ridho anaknya untuk ikut masuk.
Pak Rama dan Rizki berdiri, mengikuti bu Imah dan Ridho yang sudah berjalan di depan. Melihat istrinya merangkul Ridho anaknya, pak Rama merangkulkan tangannya ke pundak Rizki yang tingginya sepantaran dengannya.
"Kuliahmu kapan mlebu tho Le?, opo bakal prei terus?(Kuliahmu kapan masuk Nak?, apa akan libur terus?)", tanya pak Rama akrab dengan anak bujangnya itu.
"Oh inggih kadose Pak, jare Ridho nganti teko akhir bulan mbenjang(Oh iya sepertinya Pak, kata Ridho sampai datang akhir bulan besok)".
"Yo.... apik kuwi, biso ngrewangi Bapak ono sawah(Ya.... bagus itu, bisa mbantu Bapak di sawah)".
"Nggih Pak(Ya)".
...
Deg.
Deg.
Putri merasakan jantungnya berdegup begitu kencang. Dia yang tadinya membantu Lesti membongkar isi koper mendadak berhenti karena merasa tak enak.
"Putri, apa kamu lihat body lotion milikku?, kayanya tadi aku taruh di samping bedak", tanya Lesti pada Putri, sambil membongkari isi tas make up.
'Ke...kenapa ini...., tubuhku terasa lain'.
"Put?", ulang Lesti.
Putri tiba-tiba merasa pusing, dia menyeringai dan memijit-mijit kepalanya. Semua yang ada di kepalanya terasa berputar-putar, dia gemetar, tak tegap lagi berdiri, dan terus menyeringai menahan denyutan di kepala.
"Put..., kamu kenapa?", tanya Lesti khawatir, melihat Putri yang sepertinya kesakitan.
'Tutuplah hatimu....., bersatulah denganku..., pikirmu adalah raja...., dan aku akan patuh dengan semua perintah raja...., bersatulah, raajaku'. 'Siapa?, raja?, apa kau ingin menjadikanku raja?'.
'Ya, tentu, rajaku..., kemarilah, bersatulah, akan ku jadikan kau raja dalam pikiranmu'.
Putri berhenti menyeringai, dia memejamkan matanya dengan cepat.
Lesti tak menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya, dia dengan santai menepuk pundak Putri, memastikan bahwa tak terjadi apapun pada Putri.
"Apa kau sakit Put?, kau mungkin kecape'an abis dari Jakarta, yuk tak bantu duduk di sofa..., istirahat".
Mendadak, Putri meraih lengan Lesti di depannya, dengan mata yang masih terpejam, Putri mendongakan wajahnya pada Lesti. Mulutnya terbuka lagi, dia menyeringai dengan garang, persis seperti mulut seekor harimau yang sedang marah. Matanya langsung terbuka, hitam legam menatap Lesti penuh emosi, berkobar asap hitam yang entah karena apa, di kedua mata Putri. Tangannya yang memegangi Lesti, mencengkeramnya dengan kencang, dia meremas lengan mungil Lesti, membuat Lesti kesakitan,
"Auhhh...., sakit Put!, kamu kenapa?".
Kejadian itu terjadi begitu saja. Putri, dia hilang kendali, sedangkan Lesti, dia terus melenguh kesakitan karena tangan Putri tak kunjung lepas mencengkeramnya.
"Putri!!!, kamu apain Lesti!!", teriak Rizki yang langsung melihat apa yang diperbuat Putri.
Bu Imah, pak Rama, juga Ridho, sontak kaget, dan melihat ke arah Rizki. Rizki menepis tangan Putri, membantingnya kasar, dia segera mendekap Lesti,
"Kamu nggak papa De?".
Melihat Putri jatuh, Ridho datang mendekat, membantu Putri untuk kemudian berdiri.
"Kenapa Ki?", Ridho bingung, kenapa Rizki mendorong Putri seperti itu.
Dia menatap Putri penuh iba, namun dia langsung kaget. Tangan Putri melesat maju, menggenggam kencang leher Ridho. Dia terus menyeringai seperti harimau, dan dari matanya masih berkobar asap hitam.
"Putri..!, kenapa ini!!", tanya Ridho tak mengerti, dia kesulitan bernafas sekarang.
Rizki maju, dia menarik Putri dengan kencang.
"Sadar Put!".
Tangan Ridho menggenggam tangan Putri yang mencekiknya, walaupun Rizki sudah menariknya, tapi tetap saja, cekikan Putri itu masih kuat, membuatnya sakit.
"Ono opo iki?!, Nduk keno opo awakmu?(Ada apa ini?!, Nak kenapa kamu?)", bu Imah ikut khawatir.
'Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada Putri?'.
"Czzzhss.....!", tangan Putri yang mencekik kencang itu beku seketika, Ridho mengeluarkan kekuatannya sekarang. Karena bekunya tangan Putri, Ridho dengan mudah melepaskan lehernya. Dia kemudian memapah Putri yang terus memberontak.
"Arrgghhh..... lepasin aku!!".
"Kamu kenapa Put!, sadarlah!, ini aku, Ridho!", Ridho menepuk kepala Putri, dia tak ingin Putri hilang kendali.
Rizki sendiri sibuk memastikan bahwa Lesti tak apa-apa, tak sedikitpun peduli dengan Putri, biar itu menjadi urusan Ridho sendiri.
"Lepas!!", Putri makin marah, dia tak bisa bergerak karena kepalanya ditahan kekuatan beku Ridho.
Putri berontak, dia mengeluarkan asap hitam kian tebal, tapi tetap saja, dia tidak mampu bergerak sedikitpun.
"Tenang Put...., kau harus tenang.....".
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 3] [Tamat]
Fantasy'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...