CXII - Rahasia

438 60 0
                                    

Serasa aku masih belum sudah lewat belia

Karna sanggup pergi dan kutunggu kembali

Tapi apa sudah cukup banyak

Untuk mengokoh jangan roboh

Dunia dikelilingi sekolah jadi tempat ujian

Membatas waktu menyempit sesak

Tapi apa sudah terlampau raksa meluap

Tubuh ini tinggal atom, lolos semua

Apa perlu aku melawan, dan menentang

"Apa?, apa semua ini, aku tak tahu semuanya, tapi rasanya perih, pilu, tapi kenapa?, aku tak tahu".

Dia perlahan melihat cahaya lagi, membuka matanya, dan mendapati Rizki yang memperhatikannnya dengan risau.

"Put!?, kau udah sadar?!!", Rizki antusias.

"Mmmm..., aku kenapa Rizki?", Tanya Putri lirih.

"Kamu tadi tiba-tiba jatuh, terus pingsan".

'Jatuh??, pingsan??, aku ingat betul kalo barusan aku ditemui Baron..., apa Rizki nggak lihat ya, mungkin saja. Yang penting sekarang dia jangan tahu dulu, juga jangan sampe Ridho tau. Itu aneh, aku juga nggak tahu maksudnya'.

Rizki memang lihai dalam hal kelicikan.

Di depan Putri, dia terlihat seperti tak tahu apa-apa, tapi nyatanya, pikirannya sekarang sedang kalut, apalagi dengan peristiwa penobatan Kusumadipati tadi, dia benar-benar memulai memikirkan strategi baru untuk perang selanjutnya.

'Sepertinya Putri nggak ingat apapun?, mungkin itu adalah cara kerja awal kontrak kekuatannya, tapi tetap saja aku harus waspada kedepan, kalau-kalau nanti kekuatan itu yang mengambil alih Putri'.

"Put, kamu kenapa?, kok pingsan?".

"Nggak papa kok, cuma kepalaku agak pusing, tapi udah agak mendingan kok".

'Dia benar nggak ingat?!!'.

Rizki tertegun, dia tak merespon apapun.

"Ya udah, aku mau ambil minum buat Ridho, pasti dia udah nungguin", ucap Putri yang kemudian berdiri, mengambil sapu dan pengki membersihkan pecahan gelas di sampingnya.

"Ehh.. oalah..... Nak Putri, kok bisa sampai pecah gelasnya, sini sini Mbok bantuin...", Mbok Iyem langsung masuk dari luar pintu dan segera mendekati Putri untuk membantunya.

"Sini sini, biar Mbok aja Nak, udah kamu udah bikin minumnya belum?".

"O iya belum Mbok, ya sudah tak bantuin Simbok mbersihin ini dulu" Rizki yang tak berucap kemudian langsung berdiri, berjalan malas ke jendela di sudut dapur, menatap keluar, dan menghembus nafas panjang.

'Hidup ini memang sulit, tak ada sedikitpun waktu untuk aku istirahat, dan sekarang...., aku harus siap siap untuk perang lagi'.

...

"Idhoo.....", merasa dirinya dipanggil, Ridho langsung menoleh.

"Putri?!, kok lama bener?, udah aus!!".

Putri mendekat, dan duduk di samping Ridho.

"Dasar, manja!", Putri kemudian menyerahkan gelas itu ke Ridho.

"Auhh, auh anget Put!", sergah Ridho yang reflek menolak gelas dari Putri.

"Iya, sirupnya tak kasih air anget, biar perutmu anget Idho".

"Yah..., padahal udah ditungguin kemengen yang seger seger dingin".

"Jangan dingin Dho, apalagi pake es, nanti perutmu sakit, ngilu, kamu mringis mringis lagi nanti", ujar Putri yang kemudian mencubit gemas pipi Ridho.

Ridho balas mencubit pipi Putri, menariknya kencang.

"Udah ah lepasin, ini diminum biar anget".

Ridho melepas cubitannya, memandangi Putri. Putri balas menatapnya dengan kesal, karena sudah dicubit,

"Apa?!".

"Tiupin..., biar adem....".

Putri menjulurkan telunjuknya ke depan, menekan-nekan hidung Ridho.

"Udah gede kamu....., kok masih manja".

Ridho menangkap tangan Putri yang menyentuh hidungnya, kemudian menatapnya dengan serius,

"Sampai kapanpun aku akan tetep manja sama kamu, aku nggak mau kehilangan lembut belaianmu ini".

Deg.

Putri tersenyum lucu, Ridho yang tadinya seriuspun malah ikut tersenyum juga,

"Gombal!, dasar...".

Ridho melingkarkan kedua tangannya dipunggung Putri, mendekapnya.

"Aku serius Mput.....".

"Eh ah, aku jadi salting ini kan, eh udah ah, ini diminum Idho".

Ridho melepas rangkulannya, dan lagi-lagi tersenyum lucu,

"A aaa, kan belum di tiupin kamu....".

"Eh iya, hehehe".

'Aku nggak tahu persis apa maksud kata-kata Baron itu, tapi rasanya tak lama aku akan menjauh dari semua ini, menjauh dari kebersamaanku dengan Ridho, ini jelas, terasa nyata, meskipun aku masih di depan Ridho seperti ini. Jujur aku tak ingin pergi, aku ingin selalu tetap di sini, karena di sini ada yang melindungiku, karena di sini aku bisa bersama pelindungku, Dho...., aku nggak ingin pergi, walaupun entah apa artinya kata kata itu, tetap, aku nggak ingin pergi'.

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang