CXIII - Seperti Dulu

503 65 3
                                    

Setengah enam pagi, dengan suasana sunyi kota metropolitan yang belum terbangun.

Rizki sudah bersiap di tepi kolam renang, berdiri tanpa mengenakan kaos menghirup udara pagi hari.

'Ini seperti dulu, suasananya, dan tempat di depanku ini persis seperti dulu. Tapi aku nggak boleh terbuai, aku nggak boleh terbuai dan kembali seperti dulu. Karena hidupku sekarang sudah lain, tak mudah, tak segampang renang di sini, tak segampang ngeringin badan pake handuk setelah renang, strategiku kali ini harus berhasil, aku dan Ridho harus menang, menyelamatkan dunia, meski musuh kami sendiri, adalah orang yang kami cintai'.

"Ki!", Ridho, kembarannya itu datang menyapanya.

Dia juga sudah bersiap, menggunakan celana renang biru, berjalan menenteng dua buah handuk.

"Yo!", Rizki menoleh, menjawab sapaan adiknya.

"Ini anduknya taruh mana Ki?".

"Itu di sana, di atas meja", jawab Rizki sambil menuding meja di pinggir kolam renang.

Ridho meletakan kedua handuk itu di tempat yang ditunjukan Rizki, dan kemudian berjalan mendekati Rizki, dan menepuk pundaknya.

"Wow...!, kolam renangmu gede banget Ki?, kamu pasti selalu renang di sini ya Ki", puji Ridho.

"Iya ho'oh, males aja kalau suruh keluar cari kolam renang oke, mendingan renang di rumah, iya kan?".

"Widuh.... Bakalan betah aku di sini, renang terus tiap hari".

"Eh, emang kamu bener mau ikut renang?, perutmu kan masih sakit".

"Nggak papa lah, renang nggak bakal buat aku sakit, justru dengan reang aku bisa cepat sembuh, hehehe".

"Sok!".

"Ya udah, cepetan nyemplung, malah ngomong mulu!".

Ridho kemudian menjatuhkan dirinya ke dalam kolam, dan melakukan beberapa gaya renang. Rizki tersenyum kecil, dan kemudian ikut meluncur ke dalam air.

...

Lima belas menit berlalu, Rizki Ridho masih asik di dalam kolam.

Kemudian bu Vena datang, membawakan senampan berisi dua buah cangkir dan sepiring biskuit cokelat. Cangkir itu berisi susu coklat hangat kesukaan Rizki. Bu Vena kemudian berjalan meletakan nampan itu di atas meja, dan kemudian mengambil handuk didekatnya untuk diberikan kepada Rizki dan Ridho.

"Iki, sama Ridho, udah dulu renangnya, dingin..., ini minum dulu biar anget", seru bu Vena.

Tak lama kemudian, Rizki dan Ridho menepi ke pinggir kolam, naik ke luar kolam, dan menerima handuk dari bu Vena untuk mengeringkan badan mereka.

"Ini rambutnya masih basah Iki", ucap bu Vena mengacak rambut basah Rizki.

Rizki kemudian mengusapkan handuknya ke arah rambut, membantu bu Vena yang juga masih mengusap rambut basahnya.

"Udah, udah biar Iki aja", pinta Rizki meminta bu Vena berhenti mengusap rambutnya.

"Ya udah sana, diminum dong minumnya, biar badannya anget..., kamu juga Dho, jangan malu-malu, itu buat kamu juga".

"Iya Tante", ucap Ridho sambil melilitkan handuk di pinggangnya.

'Ki Mama senang kamu mau nerima Mama mu ini lagi, meskipun Mama tahu, Mama yakin Iki udah nggak sayang Mama lagi, tapi ini lebih dari cukup, karena Iki udah mau datang lagi, ngehibur Mamamu ini'.

Mereka berdua menikmati susu coklat panas buatan bu Vena, sambil duduk di tepi kolam. "Ki..".

"Hm, apa?".

" 'Mama'mu itu perhatian banget ya".

"Memang begitu dari dulu, dia selalu memanjakanku seolah aku benar benar anak kandungnya, tapi nyatanya aku ketipu".

"Udah lah Ki, lupain itu, yang penting sampai sekarang dia masih menyayangimu kan".

"Hm iya..., begitulah".

"Nanti siang ada acara mau pergi kemana nggak Ki?".

"Emang kenapa?".

"Cuma tanya aja".

"Ada kok, aku mau ke rumah Lesti nanti, bosen di rumah...".

"Boleh ikut?".

"Nggak usah, aku kesana mau apel, kamu nggak usah ikut, daripada jadi obat nyamuk nanti".

"Heh...".

"Mending kamu njagain Putri di sini, takut di gondol orang nati, hahahaha".

Ridho mengangkat tangannya, dan kemudian menjitak Rizki.

"Nggak lucu!", renguknya.

Kebahagian adalah warna dalam hidup

Buat beraneka jadi banyak tak sendiri

Tumbuh rasa kasih memiliki

Menyuksa senyum teruntai kalbunya

Tapi bahagia adalah puncak dalam hidup

Karena tanpa tiada sulit dicecer setiap sela-sela

Teriris menyongsong dari peraduan duka

Nestapa coba kuasa, tanpa ada lelahnya

Tanpa luka, untuk lukis bahagia.

alhamdulillah

genap tanggal 2 Oktober 2018 besok, author berumur 16 tahun.

minta doanya ya reders,

semoga di tahun ke-16 author ini, authornya tambah pinter, tambah rajin, tambah soleh, bisa mendapatkan kesuksesan segara, dilancarklan dalam urusan, dapat membanggakan orang tua, guru, teman teman, iki ido, dan juga para readers sekalian. semoga bisa cepet nerbitin buku, juga bisa ketemu Rizki Ridho secepatnya.

aamiin.

terimakasih

salam diksi

salman picisan

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang