CXXXIII - Purnama

299 32 1
                                    

Bulan, bulan cantik

Mekarlah pada sekuntum jiwaku

Isilah relungnya, lengkapi karangnya

Bulan, yang menawan

Padamkan latu dalam rukmaku

Dingin, menyejuk dalam drama hidup

Bulan, purnama merah

Rasukilah aku jadi abdimu

Berkan dunia balas dendam, asa yang dalam

'Cincin!!', batin Rizki yang sontak kaget, dia bersikap seolah tak tahu, dan malah fokus membaca kitab Aruna.

"Hah cincin?, oh ini Dho..., aku malah nggak ingat punya cincin ini deh", jawab Putri yang malah tidak tahu tentang keberadaan cincin di tangannya.

"Tapi bagus Put, batunya warna merah terang, cocok sekali di jarimu yang mungil itu", puji Ridho.

"Iya Dho, makasih".

'Itu cincin purnama merah, dia pasti merebutnya dari Wretaksanda, kekuatannya sangat kuat sampai bisa merebut itu, tapi kenapa dia ke sini sekarang?, apa yang dia rencanakan?', Rizki terus tak fokus meski matanya terus menyisir setiap tulisan jawa pada lembaran kitab Aruna.

Putri tiba-tiba merangkul Ridho dengan lembut, "Idho..., apa aku menyakitimu selama ini?", tanya Putri. "Saat kau jadi bukan dirimu..., itulah yang menyakitiku Put, aku kehilanganmu...., kau bukan dirimu Put", jawab Ridho tulus.

"Maaf..., akupun tak ingin begitu, tapi aku tak bisa melawannya Dho". Ridho membelai tangan Putri yang merangkulnya.

"Aku cukup senang, saat aku sadar begini, saat aku bisa punya waktu denganmu Dho".

"Aku dan Rizki akan menyembuhkanmu Put, mengangkat kutukan itu darimu, akupun bersedia meski kutukan itu pindah padaku".

'Tapi aku benar-benar yakin kalau tatapan mata itu, benar-benar Putri, dia benar-benar pada mode normal sekarang', Rizki terus menatap tajam pada Putri, terutama pada cincin merah yang berkilau di tangannya itu.

"Maafkan aku, kalau aku tak memberitahumu tentang kekuatan itu, membuat kau terbebani sekarang. Ini salahku dari awal, kenapa dulu aku tak mengantarmu pulang sampai depan pintu, mencegahmu untuk tidak bertemu Baron malam itu..., aku menyesal Put".

"Sudahlah Dho, melihatmu dengan 'aku yang normal' begini, aku sudah senang, aku tak sedih ataupun menyesal cuma karena aku yang seharusnya mati terbunuh ini hidup lagi sebagai seorang wadah kusumadipati".

"Kau hebat Put, kau orang yang kuat, untuk itu aku selalu mencintaimu, mencintai Putri yang kuat".

'Tetap saja cincin itu berbahaya....'.

Rizki meletakkan kitab yang di pegangnya di atas meja, satu kedipan mata kemudian Rizki berdiri dengan mulut tepat di depan telinga Ridho, membisikinya,

"Hentikan waktu sekarang!!".

"Csszztt!!!!", tanpa menunggu waktu lama, semuanya sekejap beku, Ridho menghentikan waktu.

"Apa...", tanyanya datar.

"Dho, ingatlah, Aruna ndhuwur, wulan sirna, cincin di tangan Putri itu, itulah cincin purnama merah", terang Rizki.

Ridho mengamati cincin di jari manis Putri,

"Hmm, jadi ini cincinnya".

"Ya, berdasarkan analisisku setelah bertarung dengan Wretaksanda, cincin itu bisa memberikan perintah magis pada objek non manusia dengan kata-kata yang diucapkan, hati-hati jangan buat dia mengatakan apapun dengan cincinnya yang bisa bersinar merah nyala".

"Apa menurutmu dia benar-benar bukan Putri Ki?".

"Ehm entah, aku kurang yakin, yang ku yakini dia bisa menyerang kita kapanpun, apalagi dengan statusnya sebagai musuh sekarang".

"Ya..., kau benar Ki...., aku juga kurang yakin padanya, meskipun harusnya, di saat-saat seperti inilah aku yakin dan mempercayainya, aku merasa di jauh sekarang. Tapi, tangisan, rengekan, dan pelukannya tadi, aku masih merasakan itu Putri, dia masih ada di dalam hatinya", ucap Ridho.

Rizki diam, tak menjawab, dia sesekali mempehatikan Putri, yang sekarang dibekukan waktu. "Apa kita bisa menyelamatkannya?, aku ingin dia kembali dipelukanku...".

...

"Ya Dho..., bisa..., masih da harapan selama cahaya rembulan masih bersinar terang. Selama cahaya cintamu padanya masih hangat, dan tulus untuknya", jawab Rizki.

Dia berjalan pelan menuju meja, di mana dia meletakan Kitab Aruna. Dia kemudian mengambilnya, dari meja yang rapat beku diselimuti es. Anehnya, meski mejanya membeku, tapi Kitab Aruna itu tak ikut membeku, buku itu seolah-olah punya kekebalan tersendiri dari kekuatan pembeku Ridho.

"Di sini tertulis beberapa keterangan tentang pengangkatan kekuatan supranatural ilmu hitam, yang tentunya bukan termasuk kekuatan supranatural kita ini yang jelas-jelas bukan ilmu hitam", kata Rizki yang sibuk membolak-balik halaman kitab. "'Tresno kuwi roso, kang anyesse mbakar wiraga, Welas asih dadi raketing wirasa, kanthi peteng bisa mudhar suci, kanthi muspro ora dadi kasio-sio'. Itu adalah mantra untuk membebaskan seseorang dari pengaruh ilmu hitam, tapi apapun penawar pasti ada syaratnya...".

"Syarat?..., apa syaratnya Ki?".

"Mantra itu tak akan mempan dibacakan begitu saja di depan target, mantra itu harus dibaca di saat target merasa putus asa, hilang harapan. Harus ada kemudian seseorang datang, membuatnya merasa ada harapan, dan hanya orang itulah yang boleh membacakan mantranya Dho".

"Hmm, cukup rumit, apa rencana kita Mas?".

"Rencana?!....".

TWINS SEASON 3 GANTI JADWAL UPDATE

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

TWINS SEASON 3 GANTI JADWAL UPDATE

SABTU & MINGGU

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang