Tak ada batu berbuih tanpa udara buat melayang
Karena rongga adalah fuadz yang mengisi relung
Boleh saja bulu lebat, taring menjuntai
Tapi tetap saja, air terus mengalir dalam hati
Dia boleh kau nilai perkasa tanpa aral
Tanpa mampu geser, retak, kuat kuat saja
Namun fakta memang tak mampu menipu
Raut hati dapat tidak dibohongi
Air mata lungsuh, menetes darinya
“Fakta memang nggak bisa menipu Put”.
“Heh, kau benar, ku kira Rizki itu nggak pernah nangis, ternyata dia luluh juga sampai nangis kaya gitu”.
Ridho menempatkan tangannya di dahi Putri, mengacak rambutnya dengan cepat.
“Bagaimanapun juga orang itu yang udah ngegedein Rizki, walaupun dia marahan, tapi cuma dengan ngelihat dia nangis, Rizki pasti ikut sedih”.
Putri menepis tangan Ridho yang tak hentinya mengacak rambutnya,
“Ho’oh pancen bener, aku ige yen weruh Ibuku nangis yo mangkono, melu nangis(Iya memang benar, aku juga jika lihat Ibuku nangis ya seperti itu, ikut nangis)”.
“Ehm”.
“Dho, kamu mau tak ambilin minum”, tawar Putri.
“Boleh…, tapi apa kamu tahu dapurnya di sini?”.
“Tadi kan aku udah pernah ikut Bibinya Rizki ke dapur, jadi udah tahu”.
“Oh, ati-ati”.
Putri berdiri, kemudian berpaling pergi ke arah dapur, meninggalkan Ridho yang masih duduk di sofa ruang tamu.
…
“Eh Nak Putri, kesini lagi?”, sapa mbok Iyem ramah.
“Anu Bi, mau ambil minum buat Ridho”.
“Oh silahkan, silahkan.., mau Bibi ambilkan?”.
“Ndak usah, terimakasih, aku ambil sendiri saja”.
“Oh gitu, ya sudah, itu di sana ada teko, ada gelas juga di sebelahnya, Nak Putri tak tinggal sebentar ya, Bibi mau tutup jendela di depan, udah malem, tambah dingin”, kata mbok Iyem sambil menunjuk sebuah teko dan kemudian pergi.
“Iya Bi”.
Putri mendekati teko itu, mengambil gelas dan kemudian menuangkan air sirup merah ke dalam gelas. Dia melakukannya biasa saja, setelah sesaat kemudian kejanggalan terjadi.
Asap hitam mendadak memenuhi lantai ruang dapur itu. Sekelebat sosok berpakaian hitam, dengan mata hitam yang menyala datang. Samar Putri melihatnya, dia terlihat menyeramkan, dan aneh.
…
“Beneran dah, aku malu banget sama Lesti, dia pasti pertama kali lihat aku nangis”, gumam Rizki kesal sambil berjalan.
Setelah memeluk Lesti tadi, Rizki berpamit untuk keluar ‘sekedar mencari angin’ katanya. Dia meninggalkan Lesti yang masih tak bergeming di kamarnya, mungkin Lesti benar-benar tak percaya, kalau yang menangis tadi siang adalah Rizki.
‘Mencari angin’, sekiranya itu alasan yang cocok buat Rizki untuk keluar, dia tak ingin lama-lama ditatap Lesti dengan keadaan dirinya yang sesenggukan menangis. Bahkan sampai sekarang, dia masih terus mengusap-usap mata dan wajahnya yang basah, mengkondisikan wajahnya se cool mungkin agar tak terlihat cengeng.
Dan kebetulan, dia lewat di dekat dapur.
Melihat asap hitam pekat keluar dari dapur, Rizki langsung panik. Dia setengah berlari mendekat, mungkin itu kebakaran. Tepat di depan pintu dapur dia berhenti, matanya melotot setelah melihatnya.
‘Putri?!, dengan seseorang?, siapa?, orang itu aneh, auranya magis’.
Rizki berpindah di samping pintu, dia memposisikan diri untuk mengintip apa yang sedang terjadi.
“Hey Putri!!, apa kau mengingatku?.....”, seru sosok itu dengan nada seram.
Putri kaget, deg-degan, juga takut, tangannya gemetaran melihat orang itu, sampai-sampai gelas berisi penuh air yang dibawanya dia lepaskan dan kemudian jatuh, pecah.
“Prak!!”. Putri takut, orang itu menyeramkan.
“Si… siapa kau?”.
“Apa kau tak mengingatku Putri?, hua hahahaha”.
“Si… siapa?, aku nggak tahu?”.
Perlahan sosok itu mulai menunjukan wajahnya yang tadinya tertutup bayangan hitam. Putri langsung terbelalak saat melihat wajanya, dia mengenalnya,
“Baron!”.
Putri terduduk, matanya masih terbelalak, sepintas dia di bawa pada ingatan masa lalunya.
‘Malam itu…., malam saat aku pulang membeli buat Ridho. Ya aku ingat betul, Baron, dialah yang menusukku, yang menghujamkan besi kotor itu di punggungku……. Dia yang membunuhku….’.
“Jadi, apa kau sudah mengingatku Putri?”, sosok itu tersenyum jahat, dia kemudian terkekeh kencang bersamaan dengan asap hitam di sekitarnya yang tambah pekat.
“Ya, aku mengingatmu sekarang, mau apa kau datang?!!”.
‘Orang itu, dia Baron?, apa aku nggak salah lihat?, tapi dia kan sudah ku panggang, kenapa dia datang?’, batin Rizki yang melihat sosok itu dari balik pintu.
“Mau apa aku datang??”.
Asap kemudian tambah pekat, dapur itu sudah gelap semuanya, Putri tak bisa melihat apapun, begitupun juga Rizki.
‘Kenapa Baron datang?, apa yang dia akan lakukan sekarang?’.
Tadinya author mau update part QnA (tanya jawab) tentang cerita ini. Tapi karena sedikit yang komen... Nggak jadi mungkin.
Author kecewa 😢😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 3] [Tamat]
Fantasy'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...