CIII - Keanehan

654 82 4
                                    

Cinta mungkin sudah kembali

Bangkit dari peraduan petang yang dalam

Bersatu lagi terjalin dengan hangat

Namun kebahagian tak selamanya ada

Karna tidak selalu seolah merenggutnya

Tak biarkan dia bernafas

Naungi kehidupan cinta dengan awan kekelaman

Pancarkan aliran petir buat tangis menjalar

Jadikan cinta bahagia berlinang air mata

Lesti dan Rizki mungkin sudah mendapat kebersamaan.
Tapi perlahan keanehan mulai datang pada Putri.

Apa?, apa yang aneh?, mungkin ada hubungannya dengan kejadian di kantin rumah sakit hari itu.

Apa yang dialaminya?

...

“Idho, Putri mau keluar dulu ya?”, tanya Putri.

“Kemana Mput?”.

“Nggak, cuma mau ke teras aja sebentar”.

Oh”, Ridho mengangguk mengiyakan.

“Udah kamu istirahat aja, biar perutnya nggak sakit”.

Ridho mengangguk lagi, dan kemudian memejamkan matanya. Putri keluar, berjalan begitu saja ke arah teras. Dia menyenderkan kepalanya di bibir pintu, menatap terik mentari pagi yang bersinar di depannya. Dillihatnya Ardi sedang menyirami tanaman, dia sepertinya begitu rajin.

Dia rajin, tapi kenapa ngelamun’. Suasana sepi, Ardi tak sedikitpun menyadari keberadaan Putri.

Tapi tiba-tiba, ‘Aduh gimana ya?, apa aku pulangin dompet itu ke Calista atau enggak ya?, apa aku bilang jujur aja kalau cuma nemu?, tapi gimana kalau nanti dikira copet?, duh…., ini rumit, bener dah’, bersamaan dengan itu, Ardi mengacak- acak rambutnya.

Putri terbelalak, diaa mendengar suara itu,

Apa?..., apa itu?, suara hati temennya Rizki?, tapi kenapa aku bisa denger?’.

Putri mengucek-ngucek matanya, mengedipkannya beberapa kali, dan melihat ke Ardi, dia ingin memastikan apa itu benar-benar nyata.

Buat apa kaya gitu dipikirin ya?, yang penting sekarang gimana aku bisa nyelesein skripsi dari si dosen killer **m**** itu, weh weh, itu lebih penting sekarang’.
Putri masih terbelalak, dia mendengar suara itu lagi.

I…itu nyata!!’.

Kemudian Ardi menyadari ada seseorang yang mengawasi dirinya. Dia menoleh, dan kemudian menyapanya,

Hey kau!!, sedang apa di situ?”.

Putri diam saja, wajahnya gugup seperti sedang tertangkap basah,

Aku harap dia nggak tanya itu!!, aku harap dia pergi ke belakang atau ke mana lah!!, aku harap dia nggak tanya’.

Putri terbelalak lagi, karena sesaat kemudian, ekspresi Ardi langsung berubah.
Wajahnya datar, di menjatuhkan selang air yang masih menyala begitu saja. Dia berjalan ke arah Putri tanpa menatap sedikitpun, matanya kosong berjalan seperti mumi.

Dia berpapasan dengan Putri begitu saja, masuk ke dalam dan terus lurus ke arah bagian belakang rumah.

“A.. apa itu?, kau!, hey temannya Rizki?!!, kenapa?, kenapa ini?”.

Jantung Putri berdegup kencang, dia memandangi kedua telapak tangannya dengan perasaan tak percaya.

Apa itu?.... aneh …., apa aku yang melakukannya?, tapi kenapa?’.
Putri mengikuti Ardi, dia ingin memastikan lagi, apa itu benar-benar nyata. Ardi terus berjalan, arah kepalanya lurus tanpa sedikitpun menoleh, Putri berjalan di belakangnya, mengikutinya dengan harap-harap cemas.

Ardi berhenti tepat di depan meja dapur.

Tak lama dia memegangi kepalanya, yang sepertinya pusing, Putri tambah bingung lagi dengan apa yang terjadi.

“Kenapa ini?, kenapa aku ada di sini?, seingatku aku lagi nyirami taneman di depan, ….”, dia berpaling menghadap ke belakang, dan menemukan Putri yang melihatnya dengan aneh. Putri tak bisa bicara apapun, dia pun juga tidak langsung pergi, dia masih melihat Ardi dengan aneh. 

“Kau?...., kau tadi sedang bicara denganku di depan, eh……”, Ardi bingung dengan perkataannya.

Dia memang ingat dengan Putri yang tadi ada di depan, tapi dia tak ingat sedikitpun kenapa da tiba- tiba di dapur.

“Tapi kenapa aku di sini?”.

Dia tak ingat apapun, lalu…..’, Putri tambah deg-degan dengan keanehan yang terjadi.

“A… aku, mau ambil minum buat Ridho”, sangkal Putri.

Ardi menatapnya bingung, terlihat Putri yang begitu gugup.

“Kamu kenapa?...., ya udah di ambil aja minumnya, itu gelas di sana”, sahutnya sambil menunjuk ke rak gelas, dan sesekali memegangi kepalanya yang pusing.

Putri menuruti, dia kemudian mengambil gelas, mengisinya dengan air dan berjalan pergi.

“Aneh…. Kenapa aku tiba-tiba di sini?, apa aku yang udah lupa ya?”, celetuk Ardi tak mengerti.

Aneh, aku tadi ndengerin suara hatinya, terus tiba tiba dia pergi setelah aku ngarep banget dia pergi…., terus ini apa?, apa ada hubungannya dengan peristiwa di kantin rumah sakit kemarin?, terus ini apa?, aneh….’.

Putri kemudian membuka gagang pintu, memasuki ruang tamu di mana Ridho berbaring.
“Put…., tadi kamu ngapain ngikuti temennya Rizki ke belakang?”, tanya Ridho tahu.

Eh enggak kok nggak papa, ini minum untuk mu”, jawab Putri menutupi.
Oh”, Ridho meraih gelasnya, dan kemudian meneguk air di dalamnya.

“Put….”.

“Ya”.
“Aku ini orang penting ya Put”, Ridho meletakan gelasnya di samping sofa.

"Maksudmu?”.
“Aku ini kena tusuk pedang, tapi perlakuan untukku udah kaya raja gini”.

Putri mencubit pundak Ridho,

Auhh apa Put?”.

“Kau ini…., kau memang perlu kaya gini, biar cepet sembuh, biar nggak kaya gini lagi”.

“Ya…., kau benar. Selain itu Put….., aku ini lemah, seharusnya aku yang melindungimu, tapi sekarang kau malah merawatku begini”.

Putri tersenyum.

“Apa?”, ucap Ridho ikut tersenyum.

“Cowok itu memang harus melindungi cewek, tapi cewek, dialah yang merawat cowok sebagai penghargaan karena sudah dilindungi….., kau pelindungku”.

Ridho ganti mencubit pipi Putri dengan kencang, melepasnya dan meninggalkan bekas merah di pipinya.

“Kok kenceng banget, sakit tauk”, kesal Putri.

“Biarin, aku kan yang ngelindungi kamu…., iya kan?”.

Putri menatap Ridho penuh cinta, mulutnya tersenyum bangga.

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang