CXXXIV - Menyerah

308 32 0
                                    

Saat hujan datang memekikan frustasi
Mata tertutup
Pada diferensi waktu
Seusai hawa yang merauk
Rasa diri
Yang sudah tak genap
Bukanlah waktu lusa
Yang lalu
Jadi sekarang ini …

Putri nampak bingung, benar-benar bingung.
Dia yakin betul bahwa Ridho ada di sampingnya, Rizki sedang sibuk membaca buku di samping meja yang masih dalam satu ruangan. Namun itu, tepat satu detik yang lalu, letak kedua orang itu sekarang berubah, dua-duanya di depannya menatapnya, dalam waktu satu detik saja.
Apa mungkin?.
“Loh kok kalian…?”, bingung Putri,
telunjuknya sambil menunjuk kedua pemuda tampan yang wajahnya persis mirip itu, yang sama-sama berdiri menatapnya bersamaan.
“Dho…, Ki…”, ulang Putri karena tak ada jawaban dari mereka berdua,
“Ada apa?, kenapa kalian bisa berpindah secepat itu…”.
“Tak usah berkesah dengan perpindahan kami, tapi merenunglah dengan dirimu yang berbeda”.
“Hah apa maksudmu?...., Dho…, kenapa ini?”.
“Aku masih sempat ada rasa padamu tadi Put, aku rindu kau yang dulu. Tapi sekarang tidak lagi Put, aku sudah tidak ingin lagi merajut cinta padamu, kau bukan Putri, kau adalah monster yang kejam, yang tega membunuh ibunya sendiri!!”.
Deg.
“Ridho…”, mata Putri berkaca-kaca,
kata-kata Ridho itu cukup menyakitkan.
Melihatnya, mata Ridho langsung iba, tapi tidak, dia menahannya, dia menahan sikap angkuhnya pada Putri.
“Kau bukan Putri, dan mungkin saat kau merayuku tadi, kau juga akan membunuhku. Pembunuh!!!”.
Mata Putri tambah berkilau dilinangi air mata, dia kemudian memuntahkannya, memuntahkan air mata dari matanya.
Putri sesenggukan,
“Katamu aku hebat, aku orang yang kuat, untuk itu kau selalu mencintaiku, mencintai Putri yang kuat, tapi apa, bagaimana tadi kau mengatakan itu kalau sekarang kau mengataiku, membuatku roboh, jadi yang lemah karena kata-kata itu!!”,
Putri bicara dengan nada tak beraturan, dia tak kuat menahan dirinya untuk tidak menangis.
Rizki nampak tersenyum sinis, sepertinya suatu hal sudah bisa terlaksana.
(Flashback).
“Ya, rencana untuk membuatnya putus asa Ki, aku ingin buru-buru melenyapkan kekuatan itu dari Putri. Kasihan dia Ki”, ucap Ridho serius.
“Hmm, bagaimana jika kau memainkan perasaannya”.
“Hah apa?, kau gila?, memainkan perasaan yang seperti apa?”.
“Ya, begitulah rencananya, aku ingin kau memainkan perasaannya. Buatlah dia terpuruk, buat hatinya remuk, sampai dia menangis kencang, putus asa, hilang harapan hidup karena kau, cintanya, mengacuhkannya, menjauhinya karena kekuatan yang ada di dalam dirinya”.
“Maksudmu Ki…, aku harus mengata-ngatainya, agar dia menangis?, begitu?”.
“Ya”.
“Tapi aku tak pernah begitu padanya, dia pasti akan sangat sedih…”.
“Justru itu Dho, buatlah dia sedih, buatlah dia putus asa dengan perkataanmu”, kata Rizki meyakinkan,
“Aku memintamu yang melakukannya karena kau kan pacarnya, orang yang disayanginya, dia pasti akan merasa sangat sakit saat kau yang mengatakannya”.
Ridho nampak bimbang, tak menjawab Rizki.
“Jadi, apa kau berani…, berani untuk menyakiti wanita”, tanya Rizki dengan yakin.
“Entahlah…”, Ridho bingung.
“Hey kenapa…”, Rizki menepuk pundak Ridho, menatap wajahnya, meyakinkannya,
“Kita ini lelaki ditakdirkan untuk kuat, dan wanita, adalah lemah, dengan mudah kita bisa menghancurkan hatinya. Kita hidup ditakdirkan untuk menyakiti hati wanita Dho…, kau tahu…”.
“Tunggu dulu Ki…, kita ini memang lelaki, kita ini kuat dan gagah. Tapi kekuatan kita tidak untuk menghancurkan hati wanita, mereka itu lembut, ada untuk kita lindungi. Kau tahu kita ini tak bisa hidup tanpa lembutnya hati wanita”, sangkal Ridho.
Wajah Rizki flat setelah kata-katanya disangkal Ridho,
“Seterah….”.
“Tapi…, kalau kau meminta aku untuk menyakitinya…., ya, akan ku usahakan, meski itu berat sepertinya…”.

“Kau ini lemah!!, dengan mudah bisa dirasuki kekuatan begituan!!, kau tak pantas jadi pacarku!!, kau tak pantas jadi wanitaku!!. Enyah kau dari sini!!!, lemah!!!”, teriak Ridho sekencang-kencangnya.
Tangannya diangkat tinggi-tinggi mengarah keluar pintu kamar, dia dengan kasar mengusir Putri. Putri menuruti usiran itu, dia berjalan perlahan keluar sambil tak hentinya menangis tersedu-sedu.
Ridho kejam sekali, hatinya sepertinya terkunci, dia tak punya iba untuk Putri, mungkin dia lupa bahwa Putri adalah pacarnya, Putri adalah cintanya.
“Kau jahat Dho…”.

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang