'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...
Rizki berhasil meraih cincin itu, dia berusaha mencopotnya.
"Ini cincinku!, jangan coba coba melepaskannya!!", seru Wretaksanda mempertahankan cincinnya dari tangan Rizki yang terus menarik paksa.
Wretaksanda tak mampu melawan, dia berada pada dimensi buatan Rizki di mana kekuatan Rizki lebih besar darinya.
"Jangan!!".
Cincin itu lepas, lolos dari jari pria itu, namun juga lolos dari tangan Rizki. Cincin itu jatuh di tanah, Rizki yang tadi berebut cincin dengan Wretaksanda di atas kepala ular, sekarang melesat ke bawah, dia akan mengambil cincin itu.
'Cincin itu, cincin purnama merah, ya itu cincin purnama merah, cincin yang menjadi benda pusaka peninggalan dari dewi Nawang Wulan, si bidadari Bulan, aku harus mendapatkannya, jangan sampai cincin itu di salahgunakan Wretaksanda *a****** itu!'.
Rizki mendapatkannya, dia menggenggamnya dan tersenyum puas.
"Meledaklah!".
Tiba-tiba,
"Duaamm!!!".
Cincin itu meledak, melontarkan Rizki jauh, melenyapkan Wretaksanda dan ularnya sekejap mata.
Suara itu menyadarkan Ridho, perlahan Ridho membuka matanya, mengedipkannya beberapa kali, dan mengusapnya pelan.
"Simbok?".
"Ayo tangi dhisik Le, mrono meng pawon, Ibu wus rampungan masak(Ayo bangun dulu Nak, sana ke dapur, Ibu sudah selesai masak)", tawar bu Imah pada Ridho.
Ridho sendiri masih bingung, dia menatap sekitar, juga melihat dirinya sendiri yang masih mengenakan rompi biru laut dengan celana training hitam, masih lengkap dengan sepatu kets biru yang belum dilepas.
Tubuhnya terasa gerah, keringat masih basah menempel di tubuhnya. Keadaannya tepat seperti saat dia selesai jogging pagi, dan memang benar, dia dengan Rizki tadi baru saja selesai jogging pagi. Tapi kenapa anehnya, dia sekarang ada di kamarnya sendiri.
'Sudah sejak kapan aku di sini'. Dia mengingat lagi apa yang sudah terjadi,'Ya!, aku tadi di rumah Putri, dan..., dan dan setelah itu, setelah putri mengatakan itu...., aish!!!, aku tak ingat apapun!'.
"Ono opo tho Le?(Ada apa Nak?)", tanya bu Imah yang melihatnya bingung.
"Bu..., ngapunten, kulo teng kamar awit kapan tho?(Bu..., maaf, saya di kamar sejak kapan ya?)".
"Loh, kok tekok ro Ibu tho Le?, Ibu ora rerti, kupikir awit kowe bali soko mlaku mlaku mau esuk, kekeselen, terus ngasuh neng kamar(Loh, kok tanya pada Ibu Nak?, Ibu tak tahu, kupikir sejak kamu pulang dari jalan jalan pagi, kelelahan, terus istirahat di kamar)".
"Oh mangkono tho Bu, njur Rizki saiki teng pundhi?(Oh begitu Bu, lalu Rizki sekarang di mana?)". "Mbuh eh Le, dhe'ne durung bali(Entah Nak, dia belum pulang)".
Wajah Ridho terlihat risau, 'Apa dia sudah bertemu siluman ular itu?, apa dia masih bertarung dengannya?'.
"Yo wis lah Le, ra sah bingung bingung, ayo tho enggalo meng pawon, maem, jelak ditunggu Bapak ro Lesti Le(Ya sudah Nak, tak usah bingung bingung, ayo lah cepat ke daur, makan, keburu ditunggu Bapak dan Lesti Nak)", ajak bu Imah yang lalu menarik tangan Ridho.
"Nggih Bu(Ya Bu)", Ridho beralih dari tempat tidurnya, mengikuti Ibunya yang menariknya itu.
...
"Dho kamu udah pulang?, la Rizki mana?", tanya Lesti ketika dia melihat Ridho datang ke meja makan.
"Ho'oh Le, biasanya kalian bareng bareng terus Le?", imbuh pak Rama yang masih duduk menikmati makanannya.
Bu Imah diam saja, dia menuntun Ridho untuk lekas duduk di kursi, menyiapkan piring, dan kemudian mengambilkan beberapa centong nasi, menambahkan beberapa cidukan sayur gudeg, juga ikan pindang goreng ke dalam piring itu, yang lalu diberikannya pada Ridho.
"Bu'ne, masakanmu iki lho..., joss tenan!!(Bu, maskanmu ini lho..., sangat joss!!)", ujar pak Rama memuji masakan istrinya.
"Halah Pa'ne iki lho, koyo ra tau ngerasani masakane Ibu(Halah Bapak ini, seperti tak pernah merasakan masakannya Ibu)", jawab bu Imah tersipu.
Lesti yang ada di antara mereka, tak sedikitpun paham dengan perkataan bu Imah dan pak Rama, dia malah terus memperhatikan Ridho yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu hal. Ridho terlihat ragu, pikirannya terbagi dua.
Di satu sisi dia teringat tentang kejadian di kamar Putri yang dia alami tadi, tapi di sisi lain dia terus memikirkan Masnya yang masih belum pulang sejak berpisah darinya waktu jogging tadi pagi. Ridho terlihat begitu kacau, dia bahkan tak ingat untuk mengganti baju yang masih ia kenakan, setelan rompi biru yang sudah sangat berpeluh keringat itu.
"Dho kok diem?", ulang Lesti. 'Haduh gimana ya?, apa aku harus ngomong tentang rencanaku dengan Rizki saat jogging tadi?, rencana untuk aku bertemu dengan Putri, dan rencana dia mencari siluman ular, tapi jelas jelas aku gagal untuk membuat Putri kembali, dan apakah...., apakah Rizki berhasil bertemu dan mengalahkan si siluman ular?'.
Ridho tetap diam, perlahan dia menyendok sesuap nasi dan memasukannya ke mulutnya. Ridho tak menjawab pertanyaan Lesti, dan malah menikmati makanannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.