CXXI - Keruh Air Mata

432 45 5
                                    

Berlarilah terserah saja kemana mau

Cakrawala sudah penuh, dentum menggurat jingga

Ada tempo, kupekik urat mungil nafasmu itu

Tak ada mampu, kau sudah jatuh...

Hanya angin, yang kiranya menampu bayangmu

Senyaplah sudah, keruh air mata terjerembab, dalam dalam

Seuntai huruf itu terus menjundat pikir lara ini

Terlambat, tak tepat waktu meluntur rukmaku

Mampukah masih sempat, apakah dapat

"Aku sudah mengantarnya pulang kemarin, Ibunya terlihat senang dengan kedatangan anaknya itu, seharusnya Putri juga, tapi tetap saja, dia begitu menahan pusing di kepalanya. Apa kekuatan itu akan membuatnya terus begitu Ki?", tanya Ridho.

Rizki sempat tak menjawabnya, dia berlari santai mendahului Ridho, mereka menyusuri pesawahan luas di daerah Barat. Berlari-lari santai sebelum matahari benar-benar muncul seutuhnya.

Merasa pertanyaannya tadi ingin segera di jawab, Ridho buru-buru menyusul Rizki.

"Ya..., mungkin begitu Dho, dan aku benar-benar belum memikirkan apapun tentang mengangkat kekuatan itu. Aku yakin, akan tiba waktunya Putri tak mengenalimu, dia akan melupakanmu seutuhnya".

Ridho terlihat sedih, dia memelankan langkahnya, dan kemudian malah berhenti, duduk di bawah rimbunnya sebuah pohon.

"Jangan sedih Dho, jangan sedih karena 'kehilangan' sudah ada di depan mata, cinta itu bukan menyesali, cinta harus tetap dipertahankan dengan keyakinan di dalam dirimu".

Rizki mendekat, tangannya menyender di batang pohon, menoleh ke bawah di mana Ridho duduk.

"Justru di saat seperti ini, di saat kau masih sempat melihatnya tersenyum, berilah kasih sayangmu, cintailah dia, jangan biarkan rasa sayangmu padanya sekejap goyah, hanya karena hal ini".

Ridho berdiri, melewati Rizki begitu saja, dia berjalan di padang rumput yang luas itu ke arah depan, melihat matahari yang perlahan muncul dari ufuk timur, perlahan naik kian ke atas.

"Hangat...., sejuk ini berganti hangat Ki, apa yang ku bisa?, aku nggak bisa begitu saja tidak terima, dan merubah ketetapan kalau sejuk akan berganti hangat...., aku hanya bisa menerimanya Ki..., pasrah menerimanya", nada bicara Ridho begitu menunjukan kesedihan.

...

"Tapi Dho..., terlepas dari semua itu..., apa rencana kita untuk 'siluman ular'?, kita menghadapi dua masalah sekaligus, dan kita harus bergerak cepat untuk yang satu ini".

Ridho diam saja, dia masih sedih sepertinya.

"Dho!!, jawab Dho!!".

Ridho masih tetap diam, dia hanya menatap keringatnya yang masih bercucuran jatuh dari wajahnya, seusai jogging beberapa menit yang lalu.

Rizki berpaling, mendekati Ridho,

"Dho....".

" Seandainya dulu aku pastiin Putri masuk ke dalam rumah setelah aku mengantarnya pulang dulu...., mungkin tak akan ada Baron menusuk Putri, tak akan ada kesalahpahaman Lesti denganmu, dan tak akan pernah ada kekuatan terkutuk itu di tubuh Putri, semua ini seolah olah seperti rentetan domino, yang selalu dikatakan kakek tua busuk itu dulu....", sesal Ridho.

"Dho..., udahlah Dho, kamu itu terlalu lemah kalau urusan cewek, tapi tolong dong Dho, tolong untuk kali ini kita fokus menyusun strategi, jangan biarkan kita mudah dikalahkan karena kamu lemah karena wanita".

"Seterah kau saja Ki, aku nggak bisa menilai diriku sendiri seperti apa".

"Aku yakin, tak akan ada ketenangan setelah kita benar benar menguasai kekuatan titisan dewi ini sekarang. Tapi apa boleh buat, kita tak bisa lari begitu saja, ini sudah menjadi tanggung jawab kita".

"Awalnya aku pun berpikir begitu Ki, tapi apa tanggung jawab ini, harus membuatku merelakan cintaku juga?".

"Hahhh... hemm..., kau ini lemah Dho, benar benar lemah kalau sudah menyangkut tentang wanita, baiklah, aku akan bilang, aku akan mengatakan sesuatu, yang mungkin sedikit bisa membuatmu bahagia".

"Sesuatu?, membuatku bahagia?, cepat katakan!!".

"Ya, ehm..., sebenarnya aku sedikitpaham tentang kelemahan kekuatan itu, ya kau taulah...., setelah aku masuk dalam ilusi Jaya dulu, aku banyak belajar dan mengerti tentang kekuatan itu. Dan kiranya aku tahu, sesuatu yang dapat menjadi penawar dari masuknya kekuatan itu ke tubuh Putri".

"Apa?!, katakan!" Rizki berjalan lebih maju, dia membelakangi Ridho,

"Aku ingin setelah kita jogging hari ini, kamu langsung bablas ke rumah Putri, dan aku..., akan ku cari ular itu, dan akan ku coba menghadapiya", seru Rizki dengan tegas.

"Kau sendiri?, apa aku harus ikut juga?".

"Tak usahlah, aku ingin kau kuat, dan aku tahu kau akan kuat setelah menyelesaikan urusan dengan wanitamu itu, jadi, selesaikanlah..., buatlah dirimu kuat untuk mengadapi musuh bersama Masmu ini".

"Inggih Mas".

"Inggih Mas"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang