CVI - Buah Tangan

500 61 1
                                    

Aku hidup dari rahim takdir yang sempit

Terloloskan dalam dunia neraka yang kejam

Tak ada tujuan untuk hidup ini

Hidupku hanya untuk mati

Tapi, apa yang buatku tetap menghirup

Udara bebas yang kujerat dalam bulu hidung

Apa mungkin karena perasaan cinta

Padanya, sumber kehidupanku

Yang buatku untuk tetap hidup

Tomy dan Ryan pulang tepat pada pukul sembilan lewat lima belas menit malam itu. Meninggalkan Ardi yang tertidur pulas di sofa ruang keluarga. Membiarkan tv tetap menyala, juga camilan yang berceceran berantakan di sekeliling sofa. Mereka hanya berpamitan pada Ridho, karena Rizki entah pergi ke mana.

...

Rizki baru pulang tepat pukul lima pagi. Entah dari mana dia pulang sepagi itu. Mungkin dia sedang melepas rasa rindunya dengan Jakarta, atau paling-paling sekedar melatih kekuatannya seperti biasa.

"Darimana kamu?, pagi banget", ucap Ridho memergoki Rizki".

Rizki gugup, "Enggak kok, abis jalan jalan aja".

"Ngelepas kangen?", teka Ridho.

"Ho'oh bener".

Rizki langsung berlalu masuk ke dalam begitu saja.

"Loh kamu nggak jogging hari ini?, yok mau bareng enggak?".

Rizki berhenti, menoleh sambil mengusap mukanya yang basah dengan keringat.

"Aku udah jogging, males kalo suruh ngulang".

"Oh abis jogging...., pantes keringetan, terus nggak mau nemenin aku nih?".

Rizki duduk di lantai teras, meregangkan kakinya, nafasnya terlihat terengah-engah, sepertinya dia memang habis jogging.

"Aku nggak tau jalan sini, ntar nyasar gimana, bener nih nggak mau nemenin?", tawar Ridho.

"Bener juga, kamu kan nggak tau jalan, eh bentar........ eh ya udah lah", Rizki beranjak, kemudian berjalan melewati Ridho, Ridho mengikutinya dari belakang.

Mereka berjalan berdampingan keluar halaman rumah.

...

Ini pertama kalinya, untuk satu pagi, Rizki melakukan dua kali jogging. Kalaupun bukan karena ajakan Ridho, dia pastinya tak akan mau melakukannya.

"Kita ini di daerah mana ya Ki?, sepi banget", Tanya Ridho.

"Ya sepi lah jam segini, kita ini di daerah Kemayoran", jawab Rizki.

"Oh iya masih pagi, hehehe, trus rumah Mamamu di sebelah mana?".

"Kamu kan udah pernah ke sana".

"Iya, tapi kan masih asing".

"Besok kita ke sana kok".

Ridho berhenti, Rizki ikut berhenti,

"Apa?".

"Serius kita mau ke rumah Mamamu lagi?", ulang Ridho memastikan.

Rizki lanjut berjalan meyusuri trotoar, dia memasukan kedua telapak tangannya di saku celana.

"Eh..... ya, mungkin mereka nggak selamanya bersalah, kasih sayang mereka mungkin palsu, tapi aku harus berterimakasih karena mereka udah pernah merawatku dulu".

Ridho mendekat, menepuk pundak Rizki.

"Nah itu baru Rizki". Mereka terus berlari-lari kecil, menikmati pemandangan pagi hari.

Mereka terus berlari-lari kecil, menikmati pemandangan pagi hari.

"Kalau rumah dua temenmu yang datang itu di mana?".

"Jauh dari sini, mereka tinggal di seberang kecamatan sini".

"Kalau rumah Lesti?".

Rizki diam, dia seolah tak mau bicara.

"Ki".

"Hmm".

"Kamu udah maafan kan?".

"Hm emang ngapa?".

"Kita ke rumah Lesti yuk".

"Ngapain ke sana?".

"Apel".

Rizki diam lagi, dia berat menjawabnya.

"Kamu mau kan Ki?".

"Eh....., ya udah yok...".

...

Lesti masih mengusap-usap matanya, dia kemudian menutup gagang pintu dan langsung berjalan sambil membawa sekantung kresek penuh buah. Dia berjalan, dengan masih berkedip-kedip mengusap matanya. Samar-samar dari balik kabut pagi, terlihat dua orang berlari-lari kecil datang mendekat.

"Rizki?, Ridho?".

Rizki tersenyum, dia dan Ridho tambah mendekat.

"Kalian dari mana?, kenapa ke sini?", Tanya Lesti.

"Emang nggak boleh ke sini De?, Aa' nya kan mau ketemu Dede nya", rayu Rizki.

"Kebetulan lagi jogging mampir ke sini", imbuh Ridho.

"Oh abis jogging, bukan nggak boleh A' Iki, ini Dede mau njenguk Ridho ke rumah sakit, eh kalian malah ke sini?, emang Ridho udah sembuh?, kok bisa jalan jalan gini".

"Alhamdulillah Les, aku udah mendingan, ini Cuma sekedar nemenin Rizki yang katanya mau apel". Lesti mengacungkan sekeresek buah yang dipegangnya pada Ridho.

"Apa ini?".

"Buah, rencananya mau buat buah tangan njenguk kamu, tapi kalian malah udah ke sini duluan".

"Kok Ridho doang? , akunya enggak", rengek Rizki dengan nada manja.

"Kan yang sakit Ridho A' Iki....".

"Makasih Les".

"Iya".

Hening.

Rizki, Ridho masih berdiri mematung setelah itu, sedang Lesti malah sibuk memperhatikan keduanya yang juga terus memandangi Lesti.

"Apa?", heran Lesti.

"Eh, ini pacarnya nggak boleh masuk ke rumah ceweknya ya?", ucap Ridho.

Rizki diam saja, melihat Lesti dengan penuh senyum.

"Oh, aduh, iya lupa", Lesti menepuk jidatnya,

"Ayo silahkan masuk", dia menyilahkan Rizki Ridho untuk masuk.

Twins [Season 3] [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang