HEY READERS!!!
maaf ya selama kurang lebih dua minggu ini author menghilang dari peredaran, nggak update juga ngge mberi kabar.
maaf banget
author kesulitan cari sinyal wifi
maklumlah pejuang wifi.
tapi terlepas dari semua itu, author mau ngucapin
SELAMAT TAHUN BARU 2019
semoga di tahun yang baru ini, semua yang kita harapkan, yang kita idam idamkan untuk menjadi yang lebih baik dapat terwujud.
dan semoga author juga tambah baik dalam menyuguhkan karya karyanya buat readers tercinta semuanya.
aamiin
terima kasih atas dukungan kalian selama ini
author sayang kalian
salam diksi
salman picisan
HAPPY READ
Tak tahu, benar-benar mustahil masuk memaham
Kapan waktu beku, atau ruang ini di bakar
Sepi, seharap sunyi pada takdir
Serasa rindu, kertas ini sudah terlanjur basah
Mengharap jejak, tumpuan hilang rapuh
Tak ada bahagia
Darahku sudah melegam
Ragaku jadi bulan tandus
Jiwa ini terperosok, sudah.
"Nduk!!, sadar Nduk!!, iki Ibumu!, iki Ibumu sing ngelairke kowe!!, sadaro Nduk!(Nak!!, sadar Nak!!, ini Ibumu!, ini Ibumu yang melahirkanmu!!, sadarlah Nak!)".
Wanita itu terduduk dan terus merangkak kebelakang. Dia benar-benar tak percaya, gadis di depannya itu, anak yang dia lahirkan dan dia besarkan bertahun-tahun lalu itu, dia rasakan seperti bukan anaknya lagi.
Putri, gadis itu, dia berdiri menatap arogan pada sang wanita yang Nampak sangat ketakutan di depannya. Tubuhnya terlihat aneh dengan asap hitam yang terus berkobar mengelilinginya. Dia mengacungkan sebilah pisau yang sangat tajam ke arah wanita itu. Wanita itu ketakutan, benar-benar ketakutan, Putri sepertinya hilang kendali lagi.
"Opo sing bakal mbok lako'ke nganggo lading kuwi Nduk!!!, eling, iki Ibumu!!, sadaro Nduk!!(Apa yang akan kamu lakukan dengan pisau itu Nak!!!, ingat, ini Ibumu!!, sadarlah Nak!!)", ronta wanita itu ketakutan.
"Herrghh.....!!!", Putri mengayunkan pisaunya.
"Jleb", pisau itu seketika masuk seutuhnya ke dada wanita itu.
Wanita itu tergeletak, darah kemudian berkeluaran deras dari dalam tubuhnya. Wanita itu mencoba untuk berdiri tegak, Putri hanya menatapnya kosong, dengan masih memegang pisau yang bersimbah darah itu. Wanita itu merangkulkan tangannya pada Putri, rangkulan hangat dengan tubuhnya yang makin gemetar tak kuat.
"Ko...we keno... op...po tho Nduk...., eling ngo, iki Ibumu..., Ibu sing.... tresno welas asih karo kowe, Putri....(Kamu kenapa Nak, ingatlah, ini Ibumu, Ibu yang cinta dan berkasih sayang kepadamu, Putri)", wanita itu melemas, tangannya yang merangkul Putri makin memberat memeganginya, menjadi bertumpu pada Putri.
Tak berapa lama, wanita itu melepas rangkulannya, matanya terpejam, dengan mulut menganga penuh darah, dia jatuh, rebah di atas lantai ruang kamarnya itu. Putri membunuh Ibunya sendiri.
...
'Aku harap, tidak terjadi apapun pada Putri'.
Pagi-pagi benar, seusai jogging bersama Rizki tadi, Ridho benar-benar langsung ke rumah Putri. Dia dari kemarin merasa risau setelah tahu, bahwa Putri adalah Kusumadipati. Rumah Putri terlihat sepi, pintu depan rumahnya terbuka lebar, tak ada seorangpun terlihat. Ridho langsung masuk begitu saja, dan baru mengucapkan salam setelah ada di dalam,
"Kulanuwun!, Putri!".
Hening, tak ada jawaban, rumah itu kelihatannya memang kosong. Tapi lamat-lamat terdengar oleh Ridho, suara seorang wanita yang menangis, suaranya pilu, entah kenapa Ridho ikut sedih mendengar suara itu.
"Putri?!".
Ridho langsung panik mendengar suara itu, dia mengenali suara itu,
"Itu suara Putri. Kenapa dia?".
Tanpa pikir panjang, dia makin masuk ke dalam rumah, mencari-cari di mana sumber suara itu. Dia tak peduli lagi bahwa dia sekarang adalah tamu, yang seharusnya masih ada di depan pintu karena belum diperbolehkan masuk oleh tuan rumah.
"Putri di mana kau?!".
Suara itu tambah terdengar jelas, dan jelas sekali bahwa suara itu berasal dari sebuah ruangan di dalam rumah itu. Ridho kemudian melihatnya, Putri sedang menangis, duduk melihati seseorang yang terbaring berdarah-darah di depannya.
"Putri?". Putri tak menoleh, dia terus menangis, memukul-mukuli lantai yang becek merah darah, meratapi semua yang sudah terjadi.
"Apa yang terjadi?", Ridho mengamati dengan lekat siapa orang yang berbaring dengan penuh darah seperti itu, dia Ibu Putri, yang kelihatannya tak sadarkan diri dengan mata terpejam seperti itu.
"Dia... dia Ibumu Put?, apa yang terjadi Putri!!", Ridho terbelalak tak percaya setelah dia tahu itu Ibu Putri, dia meneka-neka apa yang sudah terjadi.
"Ya Dho!!...., dia Ibu..., Ibu yang melahirkanku, dan sekarang!!, Ibu yang ku bunuh sendiri!!...", tangis Putri makin menderu, dia menyesali semua itu.
Ridho masih terbelalak, dia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali,
"Nggak, nggak mungkin!, kamu nggak mungkin mbunuh Ibumu sendiri Put".
Ridho menjorok kedepan, menjulurkan tangannya memijit bagian leher seseorang yang terbaring itu, memastikan apa masih ada denyut nadi pada tubuh itu. Dingin, kaku, lemah, orang yang berlumuran darah itu benar-benar sudah menjadi mayat, tubuhnya kaku, jantungnya tak berdenyut lagi. Ridho lagi-lagi tak percaya,
"Enggak!, nggak mungkin kamu yang membunuhnya Put, ini Ibumu!!, ini Ibumu Put!!!", Ridho mencengkeram kedua bahu Putri, menggoyang-goyangkannya dengan cepat
Putri tak kuasa menerima kenyataan, dia terus menangis tak karuan.
"Bukan, kamu bukan Putri, kamu bukan Boopyku!!", Ridho sekejap langsung menepis cengkeramannya, mendorong Putri kencang.
Tak ada respon lain dari Putri selain menangis, dia tak mampu berkata apapun pada Ridho.
"Apa kekuatan itu benar benar sudah menguasaimu!!, apa kau sekarang bukan Putri lagi?!!!".
'Kekuatan?', Putri mendongak, dengan matanya yang masih berair dia menyimak perkataan Ridho.
"Apa?!, kenapa kau menatapku seperti itu sekarang!!, apa kau ini masih Putri".
'Apa 'kekuatan' itu yang membuatku begini?, aku harus menanyakannya pada Ridho',
"Dho...". Ridho diam, dia menatap serius pada Putri sekarang. Tapi perkataan itu tak mampu diteruskan Putri,
'Ke... kenapa mulutku..., kelu...., nggak bisa gerak..., a.. apa yang terjadi...'.
Tubuh Putri mendadak tersentak, dia kemudian mematung, dan diam. Matanya kosong, dia sepertinya kehilangan kesadaran sekarang. Tatapan Ridho pada Putri berubah menjadi tatapan interogasi, menyimpan penuh keheranan pada Putri yang terlihat mulai aneh. Putri membungkuk, dia mengibaskan rambutnya dengan beringas, mulutnya menyeringai sekarang. Sesaat kemudian asap hitam berkobar dari punggung Putri, dia merangkak ke depan ke arah Ridho, persis seperti orang yang sedang kesurupan.
"Pu... Putri... kenapa kau!?", kaget Ridho, dia tak mengerti apa yang terjadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/154818197-288-k930303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twins [Season 3] [Tamat]
Fantasía'Aku ini apa?, yang dibenci....., tapi siapa yang membenciku?, kenapa dia membenciku, apa, apa salahku?. Aku hanya ingin hidup normal.........., tapi takdir tlah memberiku kekuatan ini, tapi kenapa?, kenapa kekuatan ini membuatku dibenci olehnya...