Prolog

8.7K 177 12
                                    



Baginya tidak ada yang lebih indah selain senja.
Sore hari adalah hal yang paling Ia tunggu, karena baginya memandang senja yang hanya sekilas dapat menitipkan rindunya pada bias cahaya.
Hanya senja yang bisa menjadi teman cerita dan tempat menyimpan kenangan baginya.
Hingga kenangan itu terlepas dari genggamannya hilang ditelan gelap malam.

Senja, wanita itu tersenyum kecut saat
melihat matahari terbenam dengan sempurna dan hanya menyisahkan langit malam yang membuat wanita itu berdiri dan berlari menuju sebuah rumah berpagar yang sederhana.

" Mamaa..." Panggilnya sembari mengetuk pintu rumah tersebut.

" Iya sayang, sebentar" Sahut wanita yang tengah membukakan pintu tersebut.
selang beberapa menit,pintu terbuka dan menampilkan seorang wanita dengan tubuh yang dipenuhi tepung.

" Mama" Panggilnya lembut lalu memeluk wanita itu yang tidak lain adalah Naya Ibunya.

" Heii.., kamu kenapa? Tanya Naya menyadari putrinya menangis memeluknya.

" Mama Nggak perlu kerja, biar senja aja yang kerja Ma" Ucapnya dengan raut wajah memohon.

Naya menyentuh wajah putri satu - satunya itu dan menatapnya dalam
" Mama Nggak mau kamu nanggung beban ini sendiri, lagian kamu harus fokus kuliah sesuai keinginan Papa" Ucap Naya.

Melihat Naya sedih setelah mengucapkan itu, Senja sebisa mungkin menahan tangis yang akan pecah agar Naya tidak mengingat kejadian yang merebut nyawa ayahnya.
Namun percuma karena keduanya tidak mampu menyimpan kejadian itu sehingga tangisan keduanya pecah.

" Iyaa Ma, Senja akan fokus kuliah buat Mama dan papa, Tapi Senja juga akan bantu Mama" Ucap Senja.

Naya tidak mencegah Senja untuk membantunya karena itu percuma, Senja tetaplah putrinya yang keras kepala.











Ngulang Lagi cerita Senjanya karena ada sedikit masalah.

Vote and Comment guyss......
Terimakasih 😊
@julichairani

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang