05

1.8K 96 10
                                    


Happy reading gusy .....
Jangan Lupa Vote dan Comment
Terimakasih ...


***

Pria itu mempercepat langkahnya memasuki rumah mewah yang Ia sebut hunian rasa neraka.
Raga, Pria itu semakin mempercepat lagi langkahnya ketika Ia menjumpai sosok pria lain yang sedang memperhatikannya.

" Tau jalan pulang" Cetus Ivan yang duduk di sofa bersama wanita yang tengah bermanja dengannya.

Raga melanjutkan langkahnya sampai dimana Ia menemukan Inah yang sedang sibuk di dapur.

" Jaga diri baik - baik "
Raga berdiri tepat dibelakang Inah yang sedang sibuk membereskan dapur.

" Den Raga mau kemana? jangan tinggalin Bibi " Ucap Inah memohon.

" Ke rumah, Satu minggu" Jawab Raga singkat kemudian meninggalkan Inah begitu Saja.

Tentu rumah yang Raga maksud adalah rumah yang Ia bangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Bukan rumah yang Ia kunjungi sekarang, yang selalu Ia anggap hunian rasa neraka.
Karena Ulah Ayahnya yang tanpa dosa membawa beberapa wanita ke hunian tersebut membuat Raga tidak betah berlama - lama di dalamnya.

Raga hanya mengemasi beberapa barangnya saja, karena di rumahnya sudah banyak barang - barang miliknya.

Usai mengemasi barangnya Raga keluar menuruni anak tangga dengan asal namun gesit.
Matanya memanas melihat dua manusia terkapar di sofa dalam keadaan mabuk.

" Mau kemana kamu!" Teriak Ivan dengan mengangkat gelas ditangannya.

Raga menghiraukan teriakan Ivan dan melanjutkan langkahnya.

" Kamu semakin tidak sopan !, Ayahmu bertanya kepada mu "  Teriak Ivan lagi sembari mengangkat badannya untuk duduk.

Raga menghembus nafasnya kasar.
" Ayah ? Maaf saya rasa kurang pantas" Tegas Raga meninggalkan kedua manusia yang sedang mabuk berat tersebut.
Terdengar suara pecahan barang dari dalam rumah itu.

Raga mengendarai motor besarnya sangat kencang, seakan membelah jalanan.
Rambu lalu lintas tidak lagi Ia patuhi, menyebabkan pasang mata yang ada disana menatap kearahnya dengan tajam dan ada juga yang meneriakinya.

Motor besar dengan warna hitam kilat selaras dengan sifat Raga yang dingin dan egois itu berhenti tepat di depan gerbang tinggi yang menyembunyikan sebuah rumah besar.
Seorang pria matang membukakan gerbang tinggi itu dan mempersilahkan Raga untuk masuk.

" Akhirnya Nak Raga pulang juga " Ucap pak Budi, penjaga rumah Raga.

" Mulai sekarang lebih sering " Jawab Raga tersenyum tipis.

Pria yang menggunakan baju dan celana hitam tersebut membalas senyum juga kepada tuannya.

Raga meninggalkan Budi diteras lalu menuju kamar pribadi miliknya.
Kamar yang Ia minta dibangun sesuai dengan keinginanya. Kamar yang Luas, Tinggi, bagian dinding diberi warna perpaduan abu - abu dan hitam, serta perabotan yang lengkap dan mewah tersusun rapi disana.

Satu - Persatu kancing kemeja yang Ia kenakan terlepas sehingga menampilkan bagian perut yang berbentuk kotak - kotak.
Raga meraih handuk dan menyegarkan diri didalam toilet.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang