Ciao.........................................
Happy Reading guys........ ❤️~
Apa pun Hal yang pernah menyakiti Hati Seseorang maka ingat Lah Dia akan terus mengingat nya dengan sangat baik meskipun itu hal kecil.
~Waktu menunjukkan pukul enam pagi. Raga terbangun dari tidurnya, seluruh tubuhnya terasa sakit karena tidur di sofa semalaman.
Kedua matanya yang belum begitu terbuka sempurna melihat Azka dan Leon tertidur pulas di sofa lain yang ada di Cafe tersebut.Raga mengangkat tubuhnya untuk berdiri, kemudian melangkah keluar ruangan menuju ke tempat mesin pembuatan kopi berada.
Ia membuatkan dua cangkir kopi dengan handal. Setelah selesai membuatnya, pria bertubuh tegap tersebut membawanya ke ruang pribadi lalu meletakkannya di atas meja.Tak tega membangunkan Azka dan Leon, Raga memilih pergi tanpa berpamitan kepada dua sahabatnya itu. Selang beberapa menit dari kepergian Raga tadi, Leon dan Azka terbangun mencium aroma kopi yang begitu memanjakan hidung mereka.
" Siapa yang buat kopi? " Tanya Azka kepada Leon.
Leon mencari-cari sosok Raga yang sudah tidak ada di sana.
" Raga " Jawabnya.
" Terus tuh anak ke mana? Pulang? "
" iya Kali " Jawab Leon lagi kini sembari mencicipi kopi buatan Raga itu.
Pembicaraan berakhir, keduanya menikmati tegukan demi tegukan kopi di pagi hari.
Jika Azka dan Leon masih bersantai di cafe, berbeda dengan Raga yang baru saja tiba di rumah miliknya. Pria tersebut menerobos masuk menuju kamar tidurnya. Sama seperti biasanya kediaman Raga sangat sepi, di rumah besar itu hanya dihuni olehnya Inah dan Budi.
" Raga " Panggil Ivan.
Sontak kaki Raga terhenti saat seseorang manggil namanya. Karena Raga tahu siapa pemilik suara berat itu, maka ia melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kepada sumber suara terlebih dahulu.
Ketika Raga kembali melangkah, terdengar pula langkah kaki seseorang dengan cepat menyusul nya.
" Raga Tunggu " Tahan Dara sembari memegangi lengan pria tersebut.
" Kita bicara sebentar ya. Aku janji setelah bicara Aku akan balik ke Itali "
Bujuk Dara penuh harapan.Mendengar ucapan Dara barusan, Raga kemudian berjalan ke ruangan TV lalu duduk di salah satu sofa. Dara berhasil membujuk Raga, tak lama Dara dan Ivan pun ikut duduk bersama Raga.
Sungguh baik Ivan maupun Dara merasa sangat tegang saat itu hingga akhirnya Ivan membuka suaranya.
" Papa bawa Dara ke sini. Dara saksi kalau kepergian Mama kamu itu bukan sepenuhnya kesalahan papa " Mulai Ivan.
" Persiapkan saksi berikutnya karena saya tidak bisa percaya kepada Kalian berdua " Cetus Raga.
" Raga dengar, Papa nggak mau kamu salah paham terus sama Papa. Kamu satu-satunya anak Papa, Papa mau kita berhubungan baik layaknya anak dan ayah " Mohon Ivan agar putra tunggalnya tersebut mau mendengarkan penjelasannya.
" Salah paham apa? Semuanya udah jelas. Di depan mata Anak laki-laki yang baru saja lulus sekolah menengah pertama waktu itu, Anda membunuh Ibu saya secara tidak langsung. Saya ingat warna baju yang saya gunakan saat itu putih, baju Ibu saya berwarna merah muda, baju anda berwarna hitam dan baju Wanita yang Anda perkenalkan kepada kami sebagai calon istri baru Anda, berwarna hijau. Bahkan otak Saya masih mengingat tangan mana yang Anda gunakan ketika menyerahkan surat gugatan cerai ke Ibu saya. Tangan kanan jawabannya "

KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen Fictionsenja itu selalu indah suatu keindahan yang nyata walau hanya sekejap kagumi datangnya namun jangan ratapi kepergiannya. percayalah ia akan kembali meski akhirnya ia kan berlalu lagi.