03

2.3K 91 17
                                    

Happy reading ....
jangan lupa Like and Comment guys







Hujan turun membasahi tubuhnya.
Raga membuka jeketnya yang basah terkena air hujan sepulang dari Cafe.

Tak lama pintu rumah terbuka.

" Den Raga ? kenapa basah seperti ini ?" Tanya Inah.

" Tadi dari Cafe " Jawab Raga melangkahkan kaki memasuki rumah mewah itu.

Inah menutup kembali pintu tersebut kemudian mengikuti Raga dari belakang.

" Kenapa Nggak naik mobil aja Den, pasti nggak kehujanan seperti ini" Jelas Inah.

Raga menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Inah
" Lagi mau naik motor"

Inah mengganguk mengerti
"Yaudah sekarang Den Raga mandi, nanti Bibi buatkan Teh hangat ya" Ucap Inah.

Raga tersenyum tipis kepada Inah.
Setelah ibunya meninggal Inah lah yang mengurus rumah, merawat Raga dan menjadi alasan satu- satunya Raga pulang ke rumah.

Setelah selesai mandi Raga berbaring di atas ranjang kamarnya.
matanya menatap langit- langit kamar
Tiba-tiba saja pikirannya terganggu.
Raga menegakkan tubuhnya dari ranjang kemudian melangkah kearah balkon.
pikirannya terganggu oleh wanita yang di kantin tadi.

" Senja" Gumamnya sembari tersenyum sinis.

Ketukan pintu kamar membuat Raga tersadar.

" Masuk" Pintah Raga

Inah membawa nampan besar berisikan makanan dan Teh hangat yang Ia buat untuk Raga.

" Ini Den uda Bibi buatkan" Ucap Inah
namun tidak mendapat respon dari Raga.
Inah meletakkan nampannya di atas meja " Den Raga kenapa? " Tanya Inah sembari menyentuh punggung Raga yang membelakanginya.

Raga yang tersadar membuka mulutnya" Gapapa " Jawabnya singkat.

Inah tersenyum " Masih mikirin mama Den Raga?" Tebaknya.

" Bibi tau ini berat tapi Den Raga harus ikhlasin semua yang udah terjadi.
kejar terus cita - cita aden, buat bangga_ " Putus Inah.

" Buat bangga siapa? " Tanya Raga.

" Mama Den Raga, Papa Den Ra_ " Putus Inah lagi.

Raga menatap Inah yang berdiri dibelakangnya.

" Papa mana yang harus aku buat bangga ? " Tanya Raga. " Pria bajingan itu ? " Tanyanya Lagi penuh penekanan dan nada keras.

Inah meneteskan air matanya bukan karena Raga yang berbicara dengan suara keras, melainkan karena Inah melihat mata Raga yang penuh dengan kekecewaan, kekosongan dan kebencian.

Raga yang melihat Inah menangis, membuka mulutnya " Maaf " Ucap Raga menundukan kepala.

Inah sangat mengetahui betapa hancurnya Raga setelah kejadian yang merebut nyawa ibunya.

Inah menghapus air matanya, mengangkat wajah Raga untuk menatapnya.

" Bibi bukan sedih karena Aden marah, bibi cuma rindu sama Raga yang dulu, Tapi bibi bisa ngerasain gimana rasanya sekarang jadi Den Raga" Ucap Inah menenagkan.

" Makasih bi, nanti makananya aku makan" Ucap Raga.

Inah tersenyum kepada anak majikannya itu dan meninggalkan kamar Raga.

Setelah kepergian Inah dari kamarnya, ternyata kepalanya masih saja memikirkan wanita yang Ia tau namanya adalah Senja.

Raga mulai frustasi dengan pikirannya itu dan mengakhirinya dengan menyantap makanan yang dibawakan Oleh Inah tadi.




SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang