"Pabo-ya, kenapa kau memesan hotel yang sangat mahal? Apa perusahaanmu itu tidak akan bangkrut?" Tanya Haneul sembari menikmati indahnya pemandangan dari balkon kamarnya.
"Aku tidak akan bangkrut hanya karena memesan hotel mahal Haneul-ssi, dan kenapa kau terus saja memnggilku 'pabo-ya' dengan apapun yang kulakukan?" Tanya pria itu yang membuat Haneu terkekeh pelan.
"Anggap saja itu panggilan favoritku padamu tuan pabo-ya" ucap Haneul yang membuat pria itu melongo mendengarnya.
"Kenapa kau begitu menyebalkan" cibirnya yang lagi lagi membuat Haneul terkekeh.
"Karena mengganggumu adalah hal yang sangat menyenangkan"
"Tapi aku tetap bosmu"
"Tidak usah seperti itu, lagipula usia kita sepantaran"
"Terserah kau saja"
"Ne, memang terserah padaku tuan pabo"
.
"Sebenarnya kita ini ingin jalan kemana?" Tanya Haneul kepada pria yang tengah berjalan beriiringan dengannya itu.
"Aku ingin mencari restoran yang kulihat di peta kemarin" ucap pria itu yang hanya membuat Haneul dapat menggelengkan kepalanya saja.
"Sudah tidak takut gendut eoh?"
"Oh ayolah, aku sudah menghabiskan cukup banyak biaya untuk terbang kesini. Jadi aku tidak mau menyianyiakannya begitu saja, aku ingin menikmati makanan makanan lezat di sini"
"Ne, terserah kau saja asal kau yang membayar" ucap Haneul yang disahuti dengan sebuah dengusan pelan meskipun akhirnya pria itu menganggukan kepalanya yang membuat Haneul bersorak kegirangan. Tak masalah bagi pria itu jika menghabiskan uang berapapun, karena yang ia butuhkan hanyala tawa dan senyum yang selalu muncul di wajah gadis itu.
.
"Jungkook-ah, apa kau tidak mau menginap di sini?" Tanya gadis itu yang disahuti dengan gelengan pelan oleh lawan bicaranya.
"Ani, aku masih punya banyak urusan. Mian" ucapnya sembari mengemasi beberapa perlengkapan yang berserakan di atas meja.
"Hm.. baiklah, kalau begitu hati hati di jalan"
"Ne"
Jungkook menghela nafasnya pelan sesampainya di dalam mobil yang ia kendarai. Ia menstater mesin mobil dan mulai menyalakan radio guna mengisi keheningan yang akan berlangsung sepanjang perjalanan.
"I need you girl wae honja saranghago honjaseolman ibyeolhae" Jungkook pun ikut menyanyikan bagian reff dari lagu yang tak sengaja terputar di saluran radio yang biasa ia dengarkan. Senyum tipis pun muncul di wajahnya ketika membayangkan wajah wanita yang sangat ia cintai itu. Namun senyumnya mendadak luntur ketika sebuah takdir pun tak mampu mempersatukan mereka.
"Wae? Kenapa semuanya harus seperti ini?" Gumamnya lirih.
"Mianhae, saranghae" gumamnya di iringi dengan sebulir air mata yang meluncur dengan bebasnya melalui sudut matanya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Jungkook telah berdiri di hadapan sebuah rumah dengan ukuran yang tak terlalu besar itu. Ia menatap ragu ragu pintu bercat putih di hadapannya itu.
Ia sangat ingin sekali mengetuk ointu itu, namun keraguan kembali muncul di dalam lubuk hatinya itu.
Jungkook pun menghela nafasnya dengan kasar sebelum akhirnya benar benar meneguhkan hatinya untuk tetap mengetuk pintu di hadapannya sesuai dengan tujuam awalnya.
Tok tok tok
Akhirnya ia pun tetap mengetuk pintu itu tanpa peduli jika jam telah menunjukkan hampir jam sembilan malam. Persetan dengan orang orang yang akan menganggapnya tidak sopan. Baginya tak ada lagi waktu yang tepat seperti sekarang ini.
Pintu pun terbuka dan menunjukkan seseorang dengan ekspresi wajah yang tak terbaca itu. Tak berbeda dengan Jungkook yang serasa kehilangan kata katanya secara tiba tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER ENDING ●Jjk
Fanfiction[SEQUEL GOOD KISSER●JJK] COMPLETE 15+ Bukankah tidak ada akhir selain sebuah kematian?