Tig(a)PuluhLim(a)

489 59 0
                                    

"Ini adalah bentuk dari balas dendamku"

"Rasakan! Semua penderitaanmu itu tidak sebanding dengan apa yang kurasakan" sambung pria itu kemudian tawa jahatnya pun terdengar.

"T-tolong, jangan sakiti mereka! Mereka tidak tau apa-apa!" Sahut pria yang saat ini tidak dapat bernafas dengan tenang karena sebuah pisau yang semakin mendekat ke arah wajahnya.

"Lalu? Kau pikir aku peduli?!" Bentak pria sang pemegang pisau itu kemudian.

"Tolonglah, aku sangat menyayangi mereka"

Jleb

Sebuah pisau sukses menancap ke perut pria itu.

.

"Andwae!" Teriaknya dengan nafas yang terengah-engah. Mimpi itu datang lagi dan lagi menghatui setiap malamnya.

"Oppa, eomma, eottokhae?" Gumamnya sembari mengelap pelipisnya yang dibanjiri oleh keringat itu.

"Hyung? Gwaenchana?" Tanya Hyunsik di iringi dengan kepalanya yang menyembul dari balik pintu.

Jaehyung pun mengangguk pelan sehingga Hyunsik melangkahkan kakinya mendekat ke arah Hyugnya itu.

"Hanya mimpi buruk" ucap Jaehyung sembari mengulas senyum tipisnya.

.

"Haneul-ah, gwaenchana?" Tanya Jungkook yang mendapati istrinya itu tengah melamun.

"Chagia?" Panggil Jungkook lagi namun wanitanya itu masih saja diam tak bergeming dalam lamunannya.

"Hei?" Panggil Jungkook kemudian dengan jahil mengecup kilat bibir Haneul yang oada akhirnya sukses mengembalikan kesadaran gadis itu.

"Yak! Jungkook-ah!" Kesal Haneul karena lagi lagi suaminya itu asal mencuri ciuman dari bibirnya.

"Giliran kucium saja baru menyahut" cibir Jungkook sembari berlagak kesal.

"Eoh? Memangnya kau dari tadi memanggilku?" Tanya Haneul dengan polosnya yang membuat sebuah kecupan kembali mendarat di bibir mungilnya.

"Sedang melamunkan apa hm?" Tanya jungkook sembari merapikan anakan rambut yang beberapa nampak menganggu pengeliatan Haneul itu.

"Eobseoyo" jawab Haneul dan lagi lagi sebuah kecupan Jungkook berikan.

"Jangan berbohong, jika kau tidak melamunkan apa-apa, kau tidak mungkin sampai tidak mendengar panggilanku" ucap Jungkook sembari menatap dalam kedua manik mata Haneul.

Gadis itu pun menghela nafasnya pelan.

"Aku rindu appa dan eomma" ucap gadis itu lirih kemudian Jungkook pun membawa Haneul kedalam rengkuhannya.

"Kau mau bertemu dengan mereka hm?" Tanya Jungkook sembari mengelus puncak kepala Haneul. Gadis itu pun mengangguk pelan.

"Bersiap-siaplah, kita kesana sekarang"

"Mwo? Bagaimana caranya? Kau tidak melihat kakiku masih diperban?" Tanya Haneul dengan bingung.

"Hm kalau begitu duduklah saja, jangan bergerak. Biar aku yang menggantikanmu baju" ucap Jungkook sembari menaik turunkan alisnya.

"Yak! Dasar mesum!" Kesal Haneul.

"Maksudku bagaimana caranya aku berjalan?" Tanya Haneul kemudian.

"Sudah, itu mudah, sekarang lebih baik kita bersiap siap"

Sekitar tiga puluh menit kemudian keduanya telah berada di dalam perjalanan menuju temlat dimana abu dari kedua jasad almarhum kedua orangtua Haneul berada.

"Kau benar-benar akan menggendongku terus selama disana?" Tanya Haneul untuk yang kesekian kalinya yang justru membuat Jungkook menjadi gemas.

"Tentu saja, kan aku sudah bilang, aku ini kuat, tidak lemah seperti kau" ucap Jungkook sembari menjulurkan lidahnya ke arah Haneul.

"Yak! Untung saja kau sedang menyetir, kalau tidak a-"

"Apa? Kau akan menciumku hingga puas?" Goda Jungkook dan Haneul pun memukul pelan lengan Jungkook.

"Apa di otakmu tidak ada hal lain selain mesum?" Tanya Haneul dengan gemas.

"Tentu ada, tapi aku sedang 'merindukanmu' jadilah otakku seperti ini" Ucap Jungkook yang membuat Haneul menyengritkan dahinya bingung.

"Kita kan sedang bertemu, kenapa kau masih merihdukanku?" Tanyanya bingung.

"Hm aku merindukanmu" ucap Jungkook dengan penuh arti.

NEVER ENDING ●JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang