"Haneul-ah, ireonna" ucap pria itu sembari mengguncang-guncangkan tubuh gadis di hadapannya itu.
"Chamkaman Jungkook-ah, aku masih mengantuk" ucap wanita bernama Haneul itu yang membuat pria tersebut menggelengkan kepalanya pelan.
"Jika kau masih mengharapkan keberadaan suamimu, jangan kabur-kabur dari rumah pabo" gumamnya lagi sembari berjalan keluar.
.
"Ini gila" ucap Namjoon sesampainya ia di kediaman Park.
"Ada apa hyung?" Tanya Hyunsik yang kebingungan akan kehadiran Namjoon yang tiba-tiba itu.
"Bagaimana bisa namja pabo itu benar-benar tidak mengakuinya" Sahut Namjoon yang terlihat frustasi itu.
"Mengakui apa?"
"Ck, tidak mengakui tentang kecelakaan itu"
"Hmm benar kataku. Tapi apa kau tidak curiga hyung? Jika dilihat-lihat, Jungkook hyung benar-benar tulus memyayangi Haneul dan berharap hubungannya segera membaik. Tapi, kenapa ia seolah menutup akses untuk kita?" Tanya Hyunsik sembari berpikir keras.
"Kalau begitu, mari kita tangani kasus ini sendiri"
"Maksudmu?" Tanya Hyunsik yang tidak paham akan maksud dari pria yang kini tengah duduk di hadapannya.
"Kita tidak perlu mencari informasi dari Jungkook. Kita harus mencari tau segalanya sendiri" mendengar perkataan Namjoon, Hyunsik pun mengangguk pelan.
"Aku harus segera menghubungi tuan Jeon" ucapan Namjoon barusan membuat Hyunsik memandang Namjoon dengan pandangan bertanya.
"Akan ku suruh tuan Jeon untuk membawa Haneul ke New York dan hidup sementara waktu di sana" jelas pria bermarga Kim itu.
"Apa kau yakin mempercayakan Haneul kepada mereka?" Namjoon pun mengangguk mantap menyahuti pertanyaan yang terlontar dari mulut Hyunsik.
"Akan segera ku urus keberangkatannya ke New York"
"Baiklah hyung, tapi saat ini noona sedang berada di apartemen Jimin"
"Jimin? Kenapa ia berada di apartemen Jimin?" Tanya Namjoon heran.
"Entah, aku belum menanyakannya pada Jae-hyung. Jika kau ingin tau, tanyakan saja pada hyung"
.
Jungkook mengeram frustasi, upayanya untuk mencari keberadaan Haneul itu kini seolah sama sekali tak berguna. Ia telah menyusuri seisi kota, namun usahanya itu benar-benar tak membuahkan hasil. Bahkan ia telah mencari ke apartemen milik orang yang sangat membuatnya kesal sekaligus cemburu itu. Park Jimin.
Namun rupanya dugaannya salah, ia tetap saja tidak dapat menemukan keberadaan istrinya itu. Matanya memejam sejenak. Setetes air mata sukses luruh dan keluar melalui sudut matanya.
Jika sudah seperti ini, siapa lagi yang dapat ia salahkan kecuali dirinya sendiri?
Bodoh
Pecundang
Tidak becus
Entah kata-kata apa lagi yang telah ia ungkapkan untuk dirinya sendiri. Yang jelas, kini ia menyesal untuk yang kesekian kalinya karena ia telah melukai wanitanya. Dirinya merasa ia begitu tidak becus dalam menghadapi masalah rumah tangganya. Bahkan ia membiarkan orang lain masuk dan merusak keluarganya hingga seperi ini. Dirinya juga terlalu pecundang dalam menghadapi berbagai kejadian ditambah dengan dirinya yang seolah dibuat tidak berdaya secara tidak langsung.
"Sampai kapan?"
"Sampai kapan kau mau memperlakukanku seperti ini?"
"Aku tau kau bisa mendengarkannya"
"Tapi aku mohon, hentikanlah ulahmu"
"Aku lelah akan semua permainan yang kau buat"
"Aku ingin hidup bahagia dengan istriku"
"Katakan apa salahku, kenapa kalian seolah menyiksaku sedemikian rupa?"
"Bahkan aku tak pernah mengenal kalian sebelumnya"
"Tolong hentikan, jangan sakiti istriku lagi"
"Setelah menyiksa batinya, kalian menyiksa raganya"
"Kini, mengapa kalian masih tetap saja menyiksa batinnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER ENDING ●Jjk
Fanfiction[SEQUEL GOOD KISSER●JJK] COMPLETE 15+ Bukankah tidak ada akhir selain sebuah kematian?