Tig(a)PuluhDel(a)p(a)n

415 39 1
                                    

Gadis itu terduduk sendirian menatap pemandangan dibalik jendela kamarnya. Sepeninggalan kedua adik iparnya yang mendadak diperintahkan untuk menyusul kedua orangtuanya itu, ia tak melakukan aktivitas apapun.

Dalam hatinya ia meringis, membayangkan betapa menyedihkannya kehidupan yang ia miliki.

Bukannya ia tidak mensyukurinya, tapi ia hanya tengah berpikir betapa menyedihkan alur kisah khidupan yang ia miliki. Semua pandangan orang kepadanya, tak dapat dijadikan sebuah patokan untuk mengatakan ia merupakan gadis yang sabar, gadis yang kuat. Semua itu hanya pendapat bagi orang-orang yang memang tidak pernah mengenal dirinya begitu dalam.

Atau mungkin, memang tak perna ada yang mengenalnya sampai sedalam itu.

Dalam tidurnya ia menangis, meskipun ia tau jika tidak ada yang menyadarinya, termasuk Jungkook sendiri.

Segala kesesakan selalu ada dalam batinnya. Pikirannya selalu berkelana kemana-mana disaat ia bahkan baru duduk beberapa detik saja. Lalu, bagaimana jika selama ini selalu menjalani hari-harinya sendirian?

Jungkook yang awalnya sangat mengertinya itu, bahkan sempat mendadak seperti tak mempedulikannya.

Jika orang bertanya bagaiman keadaan hatinya, jawabannya adalah hancur, sangat-sangat hancur. Bahkan ia sendiri tidak dapat mendeskripsikannya. Hatinya terlalu sakit hingga ia sendiri tidak dapat menemukan kata" yang dapat mewakilinya.

Kini, dalam kesendiriannya itu ia terisak. Semua terasa begitu melukai hatinya. Bahkan menurutnya, kehadiran Hana dan Hansoon yang memberinya banyak perhatian itu sama sekali tidak dapat mengobati luka yang telah tergores di hatinya.

Apa selama ini, segala kebahagiaan yang ia dapatkan hanya untuk sementara sebelum ia mendapati segala tantangan kehidupannya ini? Tidak pantaskah ia untuk bahagia?

Bahkan terkadang kondisi sekitarnya seolah berkata jika ia tidak pantas untuk bahagia. Segala senyuman manis yang terpancar di wajahnya, tidak selamanya menggambarkan ia bahagia.

Bukannya ia menutup mata, namun ia sendiri sadar jika kini kakaknya, Park Jaehyung tengah sibuk mengurusi masalah yang seolah datang bertubi tubi kedalam kehidupan pribadi maupun kehidupan rumah tangganya itu. Ketika mengingat hal tersebut, rasa bersalah selalu muncul di benaknya yang menjadi beban tersendiri dalam setiap hari yang ia lalui.

Ketakutannya selama ini adalah ketika ia menjadi beban yang mengganggu kehidupan orang lain.

Apalagi dalam keadaan salah satu kakinya yang kini tengah di gips sehingga menyulitkannya untuk bergerak. Ia pasti banyak merepotkan orang-orang di sekitarnya, terutama Jungkook. Meskipun tidak dapat dipungkiri jika hati kecilnya sedikit bersyukur mengenai Jungkook yang telah kembali menyayanginya seperti sediakala saat kecelakaan menimpanya, meskipun wanita yang kini membawa marga Jeon di nama depannha itu tidak mengetahui apa sebenarnya motif dari kasus tabrak lari yang melibatkan dirinya itu.

Soal Jungkook yang sempat 'hilang' dari kehidupan wanita itu, hal tersebut tentu menbulkan berbagai pertanyaan dan luka tersendiri. Wanita mana yang tidak merasa sedih jika suaminya mendadak seperti itu?

Bahkan sampai detik ini, Haneul sama sekali belum mengetahuo apa saja yang terjadi pada Jungkook selama pria itu tidak ada di sisinya.

Bukannya ia tidak peduli! Ia hanya takut, ketika ia mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi, hatinya justru akan semakin rapuh bahkan hancur hingga tak berbentuk.

Selama ini ia hanya bungkam sembari berusaha mengobati luka yang perlahan mulai membaik karena rasa sayangnya pada Jungkook yang begitu mendalam.

Meskipun ia tidak bisa mengelak, jika tak jarang luka yang belum sembuh itu kembali tergores saat kenangan lama mulai muncul.

NEVER ENDING ●JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang