Du(a)PuluhTig(a)

702 65 3
                                    

"Yeoboseyo oppa?" Ucap suara di seberang sana yang membuat pria berperawakan jangkung itu segera mengembalikan kesadarannya setelah tertidur di meja kerjanya.

"Yeoboseyo, ada apa?" Tanya pria itu sembari merenggangkan otot otot punggungnya.

"Hmm.. maaf lupa memberitahumu, tapi apakah kau bisa menemuiku nanti malam? Ini mengenai penyelidikan kita" ucap gadis itu ragu ragu.

"Hm ini sudah hampir jam delapan, kau mau menemuiku jam berapa?" Tanya pria itu lagi setelah melihat ke arah jam dinding yang terletak di dinding ruang kerjanya.

"Ehm.. sebenarnya aku juga mengajak temanku, dan kami dalam sebuah penyelidikan. Aku rasa mengajakmu bukanlah hal yang buruk, aku rasa kau lebih berpengalaman" jelas gadis itu.

"Baiklah, jam berapa aku harus kesana?"

"Pukul setengah sembilan, nanti aku kirim alamatnya"

.

Haneul terbangum dari tidurnya dan mendapati wajah suaminya itu tepat berada di hadapannya. Ditambah lagi dengan tangan kokoh uang tengah memeluknya posesif seolah takut ia menghilang membuat hatinya sedikit menghangat.

Dalam keadaan seperti ini, ia hanya berharap jika ia dapat menghentikam waktu dan membiarkan mereka dapat menjadi sedekat ini.

Lagi lagi ia tersenyum melihat sebuah mahakarya yang begitu indah di hadapannya, yang seolah sukses menghipnotisnya dalam ketampanan seorang Jeon Jungkook. Alis, hidung, bibir, semuanya! Haneul begitu menyuikai setiap lekukan wajah Jungkook seolah tidak ada cela di wajah pria itu.

Seketika terbesit kenangannya dulu saat ia sering mengajari Jungkook mata pelajaran Kimia, saat keduanya pergi ke negara orang bersama, semua itu kini terasa hanya seperti sebuah kenangan. Hanya seperti sebuah pemanis kehidupan yang telah berlalu begitu saja.

"Jungkook-ah, aku mohon jangan tinggalkan aku. Nan neomu saranghae" bisiknya kemudian menggeser perlahan tangan Jungkook di pinggangnya.

Setidaknya hari ini ia ingin memasakan sarapan dan bekal untuk Jungkook. Entah pria itu mau memakannya atau tidak, yang penting ia telah menyiapkannya dengan sepenuh hati.

Saat gadis itu tengah asik memasak, sebuah tangan kokoh yang tanpa ia menoleh pun ia tau siapa pemiliknya, melingkar di pinggangnya, memeluknya dari belakang. Haneul menahan nafasnya sejenak, sudah lama sekali sejak Jungkook berlaku manis padanya. Dan lagi lagi detak jantungnya itu tetap tidak normal, sama seperti dulu saat ia pertama kali jatuh cinta pada pria bermarga Jeon itu.

"Kau sedang memasak apa chagi?" Tanya jungkook tepat di telinga Haneul. Jangan tanya perasaan gadis itu, ia benar benar tidak mampu jika melihat Jungkook seperti ini. Apa pria itu benar benar sedang sakit? Atau sebenarnya ia telah sembuh dari sakitnya sehingga kembali berlaku manis pada Haneul?

Ini gila!

Jika kembali diperlakukan seperti ini, bagaimana Haneul bisa hidup tanpa pria itu? Bahkan disaat Jungkook selalu berlaku kasar padanya, gadis itu hanya dapat bersabar dan menerima perlakuan Jungkook.

"Duduklah Kookie-ya, aku sedang memasak" ucap Haneul sembari berusaha menormalkan debaran jantungnya.

Bukannya duduk dan menurut menunggu Haneul yang tengah memasak, namun pria itu justru menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Haneul.

Awalnya Haneul berusaha tidak peduli dan segera melanjutkan kegiatan memasaknya. Namun seketika tubuhnya menegang saat bibir Jungkook mulai bermain disana dan menggodanya. Awalnya bibir itu hanya menempel, namun lama kelamaan Haneul merasa jika lehernya mulai dibasahi oleh air liur Jungkook. Pria itu mulai menjilati, menggigit, bahkan menghisap pelan kulit bagian leher Haneul.

NEVER ENDING ●JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang