Tig(a)Puluh

535 46 0
                                    

"Oh Jiminnie?" Panggil seseorang sembari memegang bahu pria itu yang membuatnya terkejut.

"Eoh? Kau mengagetkanku saja hyung" Ucap Jimin kemudian sedikit menggeser duduknya agar pria yang menyapanya itu dapat duduk di sampingnya.

"Kau sedang memikirkan apa?" Tanya pria itu lagi.

"Eobseoyo" Dusta Jimin yang dapat terdeteksi oleh pria di sampingnya itu.

"Kau tidak pernah bisa berbohong padaku Jimin-ah" Jimin pun menghela nafasnya pelan. Orang di depannya itu selalu saja membuatnya harus jujur karena seberapa besar usahanya untuk menyembunyikan kebenaran, ia akan selalu salah.

"Hmm.. biar aku tebak"

"Tentang gadis yang sering kau tolong itu?" Tanya pria itu dan Jimin pun hanya dapat menganggukkan kepalanya pasrah.

"Sebenarnya apa motifmu selama ini hingga kau terus menerus mau membantunya? Apa kau jatuh cinta dengannya?" Sebenarnya Jimin malas untuk menceritakan semuanya, namun ia lebih malas lagi jika harus berdebat dengan orang di hadapannya itu dan hanya membuang energi karena ia tau jika dia sendiri lah yang akan kalah.

"Dulu Jae-hyung pernah menolongku" ucap Jimin singkat dan orang di hadapannya itu menaikkan satu alisnya dan memandang Jimin dengan heran.

"Hanya sebatas itu?" Tanyanya tidak yakin. Tak lama Jimin pun memandang lurus ke depan seolang membayangkan masa lalunya itu.

.

"Akh! Tolong, apo" ucap seorang pria kecil yang telah tergeletak dipinggir jalan dengan darah segar yang mengalir dari kepala serta lengannya. Pria itu tak sanggup untuk berdiri sendiri setelah sebuah mobil sedan hitam sukses menyerempetnya dan membuatnya tergeletak tak berdaya.

Suasana nampak ramai, namun tidak dengan tempat pria berada sekarang. Nampaknya orang orang hanya menatapnya dengan kasihan dari jauh tanpa memiliki niatan untuk membantu pria malang itu.

"Hiks, apo" gumam pria itu kemudian berusaha untuk menghangatkan dirinya sendiri dengan satu tangannya yang masih dapat ia gerakkan. Cuaca negeri ginseng itu nampak tengah tak mendukung keberadaannya sekarang. Salju turun dengan lebatnya membuat cuaca semakin lama semakin dingin.

Pria yang awalnya sibuk memeluk tubuhnya sendiri itu kemudian menoleh saat merasakan tubuhnya menghangat.

"Neo gwaenchana?" Tanya seseorang yang memberikan mantelnya untuk menutupi tubuh pria kecil itu.

"Apo" ringisnya. Tidak lama pria sang pemberi mantel itupun menyadari jika ada yang tidak beres dengan kepala dan lengan pria yang telah berada di pangkuannya itu. Dengan gerakan cepat, ia pun degera membopong tubuh mungil itu dan segera berlari mencari rumah sakit terdekat.

"Kamsahabnida hyung..." ucap pria kecil itu hinga tak lama matanya benar benar terpejam.

.

Pria itu tengah duduk kembali di depan pintu operasi sesaat setelah ia menjemput adiknya yang sedari tadi mengeluh takut jika berada di rumah sendirian itu.

"Oppa, sebenarnya oppa menunggu siapa?" Tanya gadis itu yang masih tak mengerti akan situasi yang terjadi.

Mendengar pertanyaan tersebut, pria itu sendiri pun bingung. Sebenarnya siapa yang tengah ia tunggui ini? Hanya seseorang yang tidak sengaja ia temukan tergeletak di jalan kan. Namun di usianya yang masih sangat muda itu, ia telah menolong orang lain disaat seharusnya anak seumurannya tidak bisa mengambil keputusan seserius itu.

Akhirnya pria itu pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia bingung harus menjelaskan seperti apa pada adiknya itu. Ia hanya tidak tau saja, apa kira kira adiknya itu mengerti atau tidak. Karena jika tidak, ia sadar jika itu akan semakin membuatnya kesulitan untuk menjelaskan.

NEVER ENDING ●JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang