Tig(a)Bel(a)s

944 79 1
                                    

"Kau sedang memata matai orang itu eoh?" Tanya Hara saat melihat orang yang sedari tadi membuat mereka diam itu berjalan menjauh.

"Sstt... diamlah, lagipula ini bukan urusanmu" ucap Hyunsk kemudian mulai sibuk membuka laptop yang sedari tadi hanya ia anggurkan di atas meja.

"Kau yakin? Bagaimana jika aku bisa membantumu?" Tanya Hara yang tidak terima karena merasa diremehkan itu.

"Memangnya kau bisa apa?" Tanya Hyunsik yang nampak semakin meremehkan Hara itu, terlihat dari ia yang mengangjat satu alisnya lengkap dengan wajah yang begitu menyebalkan.

"Dan tolong jangan campuri urusanku" lanjutnya dengan nada bicara yang sangat datar itu.

"Aku yakin aku bisa membantumu, jadi kau benar benar meremehkanku eoh?"

"Tolong jangan campuri urusanku dan membuatnya semakin rumit Hara-ssi"

"Lalu bagaimana jika aku mengenalnya dan tau informasi tentangnya?" Tantang Hara yang membuat Hyunsik menatapnya bingung.

"Jangan membantuku jika kau mengharapkan imbalan, aku hidup sederhana dan tak mampu jika harus memberi imbalan yang berat" ucap Hyunsik dan Hara pun menatapnya bingung.

"Kau kira aku membantumu karena mengharapkan imbalan?"

"Jika tidak, kenapa kau mau membantuku dengan sia sia?"

"Karena aku juga memiliki urusan tersendiri dengan orang itu"

.

Haneul mengetuk ngetukkan jarinya dengan ragu di atas meja. Ia bingung memikirkan bagaimana caranya meminta ijin pada Jungkook mengenai pekerjaannya yang berada di Busan. Ia takut jika Jungkook melarangnya dan kembali menyentaknya.

"Sudahlah, aku akan memintakan ijin pada suami cerewetmu itu" ucap sebuah suara yang membuat Haneul tersentak.

"Yak! Neo paboya!" Maki Haneul saat mendapati bosnya itu yang entah sejak kapan telah berada di depan meja kerjanya.

"Kenapa kau tak henti hentinya mengataiku pabo eoh?" Kesal Jimin sembari melipat kedua tangannya di depan dada, dan jangan lupakan juga dengusan sebal yang menyertainya. Haneul pun mengeluarkan cengiran lebar khasnya itu sebelum kembali berucap.

"Kau kan memang bodoh Jimin-ah" Ceplosnya dengan wajah tanpa dosanya yang membuat Jimin hanya dapat melongo dan berusha untuk tetap bersabar dalam menghadapi pegawai sekaligus sahabatnya ini.

"Sudahlah, biar aku ijin sendiri. Aku tidak ingin terjadi pertengkaran lagi antara dirimu dan Jungkook" Putus Haneul.

"Lalu memunculkan konflik baru lagi antara dirimu dan pria brengsek itu?" Tanya Jimin dengan nada suara yang terdengar jelas ketidaksukaannya itu.

"Biarkan aku mengurusinya sendiri, untuk kali ini saja. Aku hanya ingin berpamitan dengan baik padanya" Keukuh Haneul yang akhirnya membuat Jimin menghela nafasnya pasrah.

"Baiklah, sudah jam makan siang. Apa kau tidak ingin keluar untuk pergi makan?" Tawar Jimin dan Haneul pun mengeluarkan cengirannya.

"Kau yang mengajakku, maka kau yang mentraktirku ne?" Lagi lagi Jimin hanya dapat menghela nafasnya pasrah.

"Kalau aku bilang jika aku adalah bosmu dan seharusnya aku memiliki uang lebih banyak daripadamu kemudian karena itu aku lah yang harus mentraktirmu kan?" Tanya Jimin sembari menirukan bagaimana nada bicara Haneul jika sudah mengenai hal seperti ini.

"Tumben sekali kau pintar" Sahut Haneul dengan kekehannya dan Jimin pun mendengus kesal.

"Baru beberapa saat lalu kau berkata jika aku bodoh, kenapa labil sekali, sekarang sudah mengatakan aku pintar?" Sindir Jimin.

"Ya, setidaknya kau cukup pintar dalam hal mentraktirku" Ucap Haneul lagi lagi lengkap dengan kekehannya.

"Sudahlah, ayo, aku sedang ingin makan tteokpokki" sambungnya lagi.

"Kau ingin makan di mana?"

"Terserah dimanapun, yang jelas di tempat itu harus menyediakan tteokpokki"

"Ne, ne, terserah kau saja nyonya Jeon"

NEVER ENDING ●JjkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang