"Chagia? Gwaenchana" Tanya Jungkook sat mendapati Haneul tengah melamun dihadapan jendela yang berada di kamar mereka. Tidak ada sahutan dari wanita itu. Nampaknya ia masih asik dalam dunianya sendiri.
"Haneul-ah" Panggilnya lagi dan masih tidak ada sahutan dari gadis itu.
"Jeon Haneul" Panggilnya hingga akhirnya gadis itu menoleh.
"Eoh, Jungkook-ah, sejak kapan kau berada disana?" Tanya Haneul.
"Hm mungkin sekitar sepuluh menit yang lalu?" Sahut Jungkook yang membuat Haneul sedikit tersentak kaget. Rupanya pria itu telah memperhatikan dirinya yang sedari tadi tengah melamun. Dan rupanya orang yang menjadi bahan lamunannya itu sedari tadi juga sibuk memandangi dirinya.
"Apa yang kau pikirkan chagi?" Tanya Jungkook sembari mengelus surai halus milik istrinya itu.
"Aniya, aku tidak memikirkan apapun Kookie-ya" sahut Haneul sembari diam diam memikmati sentuhan lembut yang berasal dari tangan suaminya itu.
"Chagiya, jangan berbohong padaku" ucap Jungkook yang terdengar seperti tengah memohon itu.
"Kook-"
"Kau tau kan, dasar sebuah hubungan adalah keterbukaan dan kejujuran?" Tanya Jungkook sembari memandang lurus tepat pada manik Haneul.
"Kook" ucapnya melemah.
Jika ditanya, apa Haneul ingin mengatakan segalanya pada Jungkook, maka jawabannya adalah iya. Bahkan sangat. Namun nyatanya lidahnya terlalu keluh untuk mengatakan segalanya. Ia hanya ingin semuanya baik-baik saja dengan ia memendamnya sendiri. Bahkan mengatakan apa yang sebenarnya mengganggu pikirannya belakangan ini kepada Jungkook bukanlah hal yang baik menurutnya.
Mungkin jika mengatakan hal tersebut akan mengubah segalanya menjadi lebih baik, termasuk perasaan resah yang tengah bersinggah di hati kecil Haneul. Tapi itu semua akan terjadi jika Jungkook dapat menerima apa yang selama ini selalu mengganggu ketenangan hati Haneul. Namun jika tidak? Semua yang nyatanya sudah sungguh rumit ini akan semakin menjadi rumit.
Jungkook pun menangkup kedua pipi Haneul dan menempelkan bibirnya dengan bibir wanita di hadapannya itu.
"Jika kau tengah takut akan suatu hal, katakan padaku Haneul-ah. Just tell me, I'll be there for you"
Dan detik itu juga sebutir air mata meluncur dengan bebasnya dari mata Haneul di iringi dengan isakan yang perlahan menyusulnya. Hatinya hancur, dan orang yang berhasil mengahncurkannya adalah orang yang paling ia sayangi.
Jika sudah seperti ini caranya, Haneul tidak tau apa lagi yang harus ia lakukan. Rasa sesak yang selalu menghantui dirinya itu terlalu mengganggu. Bahkan ucapan Jungkook yang baru saja masuk ke dalam indra pendengarannya itu seharusnya mampu membuatnya merasa lebih tenang. Namun nyatanya, kini ucapan itu bagaikan angin lalu yang tidak dapat lagi dicerna oleh otak wanita itu. Entah bagaimana perubahan yang terjadi pada pola berpikirnya, tapi yang jelas Haneul lebih menyukai pemikirannya yang dulu, yang mudah luluh dan merasa tenang hanya karena ucapan-ucapan manis yang muncul dari bibir suaminya itu.
Namun nyatanya Jungkook telah membuat kesalahan yang terlalu besar hingga Haneul tak dapat merasakan apapun lagi. Rasanya semua perasaan yang ia miliki selama ini telah berbeda. Haneul tetap mencintai Jungkook, tapi kini wanita itu merasa jika Jungkook bukanlah lagi sandaranya. Ia hanya dapat berdiri sendiri untuk memperjuangkan hidupnya yang terasa semakin rumit itu.
Ya, hanya itu yang ia pelajari selama ia berusaha untuk menghadapi segala perubahan sikap Jungkook.
Jangan pernah katakan jika 'aku tidak bisa hidup tanpamu' tidak pernah benar. Karena nyatanya, hal tersebut benar terjadi jika kau telah menyayangi seseorang, dan bersandar penuh terhadap orang tersebut.
Saat kau merasa orang itu tak lagi sama, bahkan menghilang, kau akan merasakan hidup ini terlalu datar tanpa dirinya.
Bukankah itu juga termasuk kau tidak bisa hidup tanpa dirinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
NEVER ENDING ●Jjk
Fanfiction[SEQUEL GOOD KISSER●JJK] COMPLETE 15+ Bukankah tidak ada akhir selain sebuah kematian?