Wen Junhui

14 1 0
                                    


"Tadi bilangnya jogging kan, bukan marathon?"

"Norak dah. Belom pernah ke GOR lo ya?"

"Makan dulu yuk, aku laper,"

"Ciloknya enak, Ren,"


Dan kalimat-kalimat lain yang masih terekam jelas di ingatan gue. Sekuat mungkin gue menahan air mata yang udah menumpuk.

Tangan gue masih asyik menggali tanah kering menggunakan kerikil yang gue temuin.

GOR Ragunan hari ini sepi. Salah gue juga sih, dateng ke GOR hari Senin pas jam 6 tepat.

Tempat ini, tempat penuh kenangan ini. Gue gak nyangka bakalan balik lagi kesini setelah semua yang udah terjadi. Gue gak nyangka setelah kejadian 'itu', gue masih punya nyali untuk dateng ke tempat ini.

Jun, atau yang (dulu) lebih sering gue panggil Juned atau Junaedi, dia satu-satunya alasan kenapa gue kembali mengenang masa lalu.

Kata Vernon, gue itu bego. Disaat kebanyakan orang memilih meninggalkan masa lalunya yang menyakitkan, gue lebih memilih memeluk semua rasa sakit itu dan membiarkannya selalu bersama gue. Kurang bego apa coba gue?

Pertahanan yang gue bangun sekuat tenaga, akhirnya roboh juga. Dan tanpa direncanakan pula, air mata gue jatuh tepat di atas galian tanah yang gue buat.

Gue menangis di tempat gue bahagia. Kelebatan memori yang melekat di tempat ini pun kembali terputar, membuat tangisan gue semakin menjadi.

Tiba-tiba sepasang tangan merengkuh kepala gue. Tangan itu membawa kepala gue ke hadapan dadanya yang bidang. Gue kenal betul dengan dada dan parfum musky yang gue hirup.

Jun...

DrabbleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang