Chapter 8

6.1K 164 0
                                    

***
Happy Reading

***

"Aku ingin kau menggugurkan kandungan itu, Alice!"

Alice menoleh ke arah suara yang membuat bulir-bulir bening yang tidak dapat dibendung lagi akhirnya menetes juga.

Perlahan Alice melangkahkan kakinya ke arah Azka. "Keputusanku sudah bulat, aku tidak akan menggugurkannya. Aku akan mempertahankan janin ini, Azka!" Ucapnya terisak sambil mengelus perutnya. "Walau nyawaku sendiri taruhannya." Tambah Alice, ia menunduk dan Azka segera memeluknya.

"Kau tahu, aku juga sangat mengingikankannya. Aku bahagia kau hamil dan nantinya melahirkan anak kita. Tapi aku juga tak ingin kehilanganmu, sayang." Azka memeluk erat Alice, mencium puncak kepala Alice berkali-kali sambil mengelus lembut rambutnya.

***

Flashback

"Silahkan masuk, Tuan, Nona... ini ruangan Dokter Febry.. " ucap Ryana sopan sambil membungkukkan badannya.

"Terima kasih, Ryana.." balas Alice tersenyum.

Azka mengetuk pintu ruangan tersebut dan tak menunggu lama suara lembut dari dalam ruangan segera menyapanya.

"Iya.. silahkan masuk.." ucap Dokter Febry lembut.

Azka dan Alice masuk lalu menduduki tempat duduk yang sudah disediakan setelah Dokter Febry mempersilahkan mereka duduk.

Azka menjelaskan pembicaraannya yang tadi dijelaskan dengan Dokter Shane secara detail.

"Baiklah.. tidak ada salahnya jika istri Anda mencoba dengan ini.." Dokter Febry menyodorkan test pack pada Alice. "Ibu bisa langsung mencobanya di belakang." lanjutnya sambil menunjuk arah kamar kecil yang berada di pojok ruangannya tersebut.

"Iya, Dok.." Alice menerima test pack tersebut dan segera ke kamar kecil yang sudah ditunjukkan oleh Dokter Febry.

Azka sudah tak sabar, jantungnya berdebar menunggu Alice tak kunjung keluar.

Kriiet...

Setelah lima belas menit, akhirnya pintu itu terbuka. Alice melangkahkan kakinya keluar dengan wajah yang terkesan biasa saja sambil memegang benda kecil panjang tersebut.

Azka yang melihat ekspresi wajah Alice seketika menegang. Kemudian Alice menyerahkan hasil test pack tersebut pada Dokter Febry. Dokter Febry tersenyum membuat Azka penasaran.

"Sepertinya sebentar lagi Anda akan menjadi seorang Ayah.." ucap Dokter Febry mengulurkan tangannya pada Azka dan Azka pun meraih tangan Dokter Febry dengan antusias. Azka sangat senang, ia melirik istrinya yang ikut tersenyum juga.

"Untuk lebih jelasnya, kita akan cek USG.." ajak Dokter Febry sambil membuka tirai penyekat, Alice segera berbaring pada ranjang. Dokter Febry membuka baju Alice sampai sebatas dada lalu mengusapkan gel ke perut Alice. Alat tersebut sudah menempel di perutnya, nampak segumpal darah pada monitor. Melihat itu, tak terasa bulir bening dari sudut mata Alice menetes. Azka turut melihat juga dan mengenggam erat tangan istrinya lalu mencium kening Alice.

"Usia kehamilan Ibu sudah menginjak tujuh minggu.." kata Dokter Febry.

Usai melakukan cek USG, perlahan Alice segera bangun dari ranjang tersebut. Tiba-tiba ia terhuyung dan hampir terjatuh saat kakinya menginjak lantai lantas dengan sigap Azka menahan tubuh Alice. Azka kembali membaringkan tubuh istrinya.

"Wajahmu sangat pucat, Al.. kau nampak lelah.." Azka sangat khawatir. "Ada apa dengan istri saya, Dok?" Lanjutnya.

"Saya akan mengecek tekanan darah dan kadar hemoglobinnya, kondisi istri Anda nampak kurang sehat.." ucap Dokter Febry membuka kelopak mata Alice.

Setelah dilakukannya pemeriksaan, Dokter Febry menghela nafasnya. Ia mengajak Azka ke meja prakteknya. Alice masih memejamkan matanya.

"Setelah melakukan pemeriksaan, tekanan darah istri Anda begitu rendah, ia mengalami hipotensi. Dan saya juga mengecek  hemoglobinnya, kadarnya dibawah normal. Biasanya ibu hamil memiliki nilai kadar hemoglobin normal berkisar kurang lebih 11 gram/dl." Papar Dokter Febry.

"Lantas?" Ucap Azka cemas.

"Dampak buruk dan gejala yang mungkin dapat terjadi selanjutnya ketika kadar hemoglobin terlalu rendah adalah sesak nafas, sakit kepala, menurunnya sistem imunitas dan menyebabkan anemia. Kondisi istri Anda memiliki gejala tersebut dan mungkin istri Anda tidak dapat melanjutkan kehamilannya." Tambahnya.

"Maksud Anda apa, Dok?!" Azka meninggikan suaranya, ia tahu pasti apa maksud penjelasan Dokter Febry.

"Istri Anda harus segera menjalani kuretase, sebab gejala-gejala yang saya jelaskan tadi akan membahayakan nyawa istri Anda setelah melahirkan. Ini mungkin berat buat Anda tapi ini demi keselamatan istri Anda." Jelas Dokter Febry meyakinkan Azka yang terlihat kacau.

"Tidak!!! Aku tidak akan menggugurkan janin ini!" Azka menoleh ke arah suara lemah, ia melihat istrinya sudah berdiri sambil memegangi kepalanya.

"Alice..." Azka terkejut dan segera menghampiri Alice.

"Aku... aku akan mempertahankan janin ini, Ka. Aku tidak ingin kehilangan anakku.." ucap Alice terisak.

"Aku tahu ini berat buatmu, tapi ini juga demi kebaikanmu. Kondisimu saat ini tidak baik untuk melanjutkan kehamilan ini." Tangan Azka menangkup pipi Alice mencoba meyakinkannya. Tapi Alice menepis tangan Azka dan segera pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa menghiraukan pernyataan suaminya.

"Saya permisi, Dok.." kata Alice sambil terus menangis.

Azka menghembuskan nafasnya dengan kasar sambil mengacak rambutnya.

"Lebih baik beri istrimu waktu, dia sangat terpukul.." ucap Dokter Febry prihatin.

"Baik, Dok.. saya harus segera menyusulnya. Dan terima kasih, Dok.." ucap Azka tergesa-gesa.

Flashback End

Tbc.

No edit.. Cek typo ya..

Part terpendek...

Cuma itu yang ada di otakku.. ini nulisnya pas cuaca lagi panas-panasnya. Bikin gerah hati dan body.

Jangan lupa vote dan comment ya, semangatin aku-nya dengan tinggalkan jejak kalian.

Thank's:)









Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang