Chapter 9

6.3K 159 0
                                    

***
🎆Happy Reading🎆

***

Azka Pov.

Aku tidak bisa membohongi diriku sendiri, aku egois...

Egois...

Begitulah...

Aku menginginkan anak di rahim Alice tapi di lain hal, aku juga tak ingin kehilangannya.

Pilihan yang begitu rumit, seakan otakku tak henti-hentinya meronta ingin ditenangkan karena rasa sakit yang setiap mengingat perkataan Dokter Febry jika Alice harus menggugurkan janinnya karena membahayakan nyawa istriku sedangkan Alice yang keras kepala ingin mempertahankan anak dalam rahimnya.

Dan aku harus segera mengambil keputusan. Entah itu membuat Alice bahagia ataupun kecewa.

Kau harus menerima keputusanku, Al...
Walau itu menyakitkan untukmu.


***

"Al..." panggil Azka ketika Alice sedang membuat sarapan.

"Hm..." Alice tidak menoleh tetap berkutat pada spatula dan wajan.

"Kau masih marah padaku, Al?" Tanya Azka mulai mendekat dan memeluk Alice dari belakang, mengelus perut Alice yang belum menonjol.

Alice menghela nafasnya, ia pun tidak tahu mesti menjawab apa pertanyaan dari suaminya. Alice mematikan kompor lalu berbalik, menatap mata Azka. Azka mengurai pelukannya.

"Tidak... aku tidak marah. Tapi jika kau masih ingin aku menggugurkan janin ini, jawabannya tetap sama." Jawab Alice datar.

Azka mengusap pipi Alice, "Baiklah.. nanti aku akan mengantarmu ke Dokter Febry setelah pekerjaanku di kantor selesai."

Alice hanya mengangguk pelan, lantas mengajak Azka sarapan.

***

Alice Pov.

Aku berdiri di depan cermin, melihat pantulanku sendiri. Apa aku selemah ini? Bahkan aku harus membunuh darah dagingku sendiri.. Aku juga ingin layaknya wanita hamil di luar sana, merasakan kebahagiaan sebagai seoarang ibu...

Ya Tuhan...

Jika Kau mengizinkan, biarkan janinku ini terus hidup di rahimku dan apabila Kau anggap aku ini tak sanggup, biarlah dia luluh sendirinya.
Aku ikhlas...
Jangan sampai mereka mengambilnya secara paksa...

Tanpa aku sadari, air mataku mulai mengalir dan segera aku usap kasar.

"Maafkan mamamu yang cengeng ini, Nak... Mama janji akan menjagamu, Mama tidak akan bersedih lagi.." batinku sambil mengelus perut yang masih terlihat seperti biasa.

***

"Kau sepertinya banyak pikiran hari ini, dude?" Tanya Tristan menyesap kopinya.

"Alice hamil." Singkat Azka.

"Benarkah? Aku turut bahagia tapi kenapa wajahmu tidak menunjukkan bahwa kau senang? Bukankah sebentar lagi kau akan di panggil 'Ayah', 'Papa', 'Daddy' atau___"

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang