Chapter 30

3.4K 121 12
                                    

❇Happy Reading❇

***

Metta segera keluar dari mobil dan menuju apartemen Mattew. Ia berjalan di lobi dan berhenti depan lift kemudian Metta menekan tombol menuju kamar Mattew.

Pintu lift terbuka, Metta berjalan dengan hati yang sangat gundah. Wajahnya sudah memanas, ia ingin menangis. Tapi masih bisa Metta menahan bulir-bulir bening itu agar tak menetes.

Padahal Metta hafal password kamar Mattew tapi ia sengaja tak membukanya sendiri. Ia menunggu selama lima menit sehingga samar-samar terdengar suara derap langkah kaki menuju pintu tersebut.

Seseorang yang ingin ditemuinya akhirnya membukakan pintu. Mattew tampak terkejut melihat Metta yang datang ke apartemennya.

Metta juga merasa gugup, Mattew bertelanjang dada. Ia hanya memakai celana pendek selutut.

Mattew menatap Metta dengan tatapan dingin, "Ada urusan apa kau kemari?"

Metta tak menyangka Mattew bersikap dingin seperti itu terhadapnya.

Metta menghela nafasnya, tanganya yang dingin meremas secarik kertas yang digenggamnya sedari tadi. "A..aku ingin memberikan ini, Matt." Ia berucap terbata-bata sambil menyerahkan kertas tersebut.

Mattew segera mengambilnya, ia menatap Metta sebentar lalu mulai membuka kertas itu. Wajahnya tampak serius saat membaca tapi kemudian Mattew tersenyum sinis. "Kau hamil? Apa hubungannya denganku?"

"Iya, aku hamil, Matt. Dan janin yang ada di dalam kandunganku adalah anakmu." Metta ingin meraih tangan Mattew tapi segera ditepisnya.

"Bagaimana bisa kau sangat yakin jika janin itu adalah anakku, hah?" Mattew menunjuk perut Metta dengan suara yang agak meninggi.

"Aku yakin karena aku melakukan itu hanya denganmu saja, Matt." Suara Metta mulai bergetar. Ia takut Mattew tidak percaya.

"Bullshit.. kau telah mengakhiri hubungan kita dan sekarang kau ingin aku mengakui janin itu?"

"Aku mohon kau percaya padaku, Matt. Aku telah mengandung darah dagingmu," Metta terus memohon sambil terus menangis. Tangannya terangkat mengusap kasar pipinya yang basah. Tanpa sengaja rambutnya ikut terkibas ke belakang.

Kedua mata Mattew menangkap sesuatu yang membuatnya geram. Ia menatap tajam ke arah Metta lalu tiba-tiba sikapnya berubah lembut. Ia mendekati Metta dan mengelus rambutnya. "Aku percaya denganmu, sayang."

"Benarkah? Kau benar-benar percaya padaku?" Tanya Metta penuh harap.

"Iya, aku benar-benar percaya dengan semua kebohonganmu, jalang! Kau mengatakan bahwa hanya denganku saja kau bercinta. Tapi, aku tidak pernah memberi kissmark di lehermu saat bercinta karena kau selalu menolak dengan alasan pekerjaanmu itu. Menjijikkan!" Amarah Mattew memuncak, sedangkan Metta tak sanggup mengucapkan sepatah kata apapun. Ia baru ingat jika semalam Tristan memberi tanda kepemilikan di lehernya. Lantas Mattew mendorong tubuh Metta hingga terhuyung tapi sebelum menyentuh lantai, tangan seseorang terlebih dahulu menangkapnya.


Flashback


"Kau yakin akan menemuinya sendiri?" Tanya Tristan cemas.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang