Chapter 46

2.5K 94 13
                                    

❇Happy Reading❇

***

"Tunggu..."

Samar Mattew mendengar suara itu, namun ia tak segera menoleh. Takut jika itu hanya halusinasi saja. Karena saat ini memang diotaknya sedang memikirkan sosok perempuan yang suaranya sangat mirip dengan suara yang barusan didengarnya.

"Kau akan tetap pergi tanpa aku, Matt?" Suara lantang itu semakin jelas menggema, menguar masuk ke indera pendengar Mattew. Sosok itu semakin mendekat. Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Mattew menoleh ke arah suara itu.

Bibirnya terbungkam, ia hampir tak percaya. Seseorang yang dinantinya, hadir dengan senyum manis yang lama tak dilihatnya.

Metta melangkahkan kakinya dengan menyeret sebuah koper. Koper? Apakah ia akan ikut bersamanya?

Metta menyeka air mata Mattew saat tepat berada di depannya. "Kenapa kau menangis?" Tanyanya lembut.

Mattew meraih tangan Metta, "Aku pikir, kau tak akan datang. Mengingat... ini adalah pertemuan kita terakhir kalinya, Metta." Ucapnya serak.

Metta menautkan alisnya, "Dan aku pikir, ini bukan akhir dari segalanya. Aku bersamamu, Matt."

Mattew membulatkan matanya, "Maksudmu?"

"Metta akan ikut bersamamu, Matt. Kami juga sudah mengurus keberangkatan kalian. Jadi, kau tak sendiri di sana." Andrew dan Renata menghampiri Mattew. Begitupun Azka dan Alice.

Sehari sebelum keberangkatan Mattew, Renata menghubungi Metta dan menyuruhnya datang ke rumah. Alice pun juga, tentunya setelah mendapat ijin dari suaminya. Ia menyetir sendiri dan menempatkan Axel dalam car seat karena suaminya sangat sibuk di Perusahaannya.

Awalnya Metta menolak ketika Renata dan Alice menyatakan hal yang sama dengan Mattew. Dengan alasan, Metta tidak ingin meninggalkan kenangannya bersama Tristan, bagaimanapun juga, dia adalah sosok lelaki yang selalu membuatnya nyaman dan membuat hatinya damai. Dia juga yang selalu hadir ketika hatinya diluluh lantakan oleh seseorang yang sangat dicintainya. Hingga saat ini, Metta masih merasa bersalah padanya, ia benar-benar berhutang nyawa pada Tristan.

Alice yang hampir putus asa pada sahabatnya yang tetap bersikukuh pada pendiriannya, ia pun memilih diam dan berhenti memaksa kehendak Metta. Namun, Alice tahu dari sorot matanya, Metta membohongi dirinya sendiri. Dia masih terlihat ragu-ragu akan ucapannya.

Namun, Renata dengan sabar dan terus meyakinkan Metta. Akhirnya, hati Metta luluh dan lantas menyetujuinya.

Binar bahagia terpeta jelas di wajah Mattew. Ia tak menyangka, penolakan Metta kemarin nyaris membuat hatinya luluh lantah. Ia nyaris pasrah dan sekarang tiba-tiba Metta datang dengan menyeret koper di tangannya. Ikut bersama dirinya.

"Ayo tunggu apalagi? Kalian berangkatlah. Nanti telat, berceritanya nanti saja." Ucap Azka terkekeh.

Mattew tersenyum bahagia kemudian berhambur memeluk Andrew, "Terimakasih, Pa."

Andrew mengangguk dengan senyum yang jarang sekali diperlihatkan. "Ucapkan terimakasih itu pada Mama dan Kakakmu, Alice. Merekalah yang membujuk Metta dan meyakinkan bahwa kau sangat mencintainya."

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang