Chapter 1

15.3K 346 1
                                    

Happy Reading...

"Ayo Alice, kau sudah berjam-jam di depan cermin. Pengantin pria sebentar lagi akan tiba, kau sudah sangat cantik sayang." ajak Renata seraya membelai rambut anaknya yang sudah ditutupi hiasan bunga.

Sosok cantik dengan balutan gaun berwarna putih panjang hingga kaki putih mulusnya tertutup sempurna. Alice akan menikah dengan pria yang sudah tiga tahun menjalin hubungan dengannya. Azka Archelous Carl sebagai CEO di perusahaan PT. Metropolitan Land. Tbk di kategori properti yang ia dapatkan setelah menjadi mahasiswa di Jerman dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Tak heran jika ia dengan mudah menjadi CEO di perusahaan tersebut.

Alis tebal, tatapan mata yang seksi, hidung mancung, bibir tipis kemerah-merahan yang tersemat di wajah tampan Azka. Memiliki darah Jerman dari sang ayah, membuat ketampanan Azka semakin lengkap.

"Hari ini kau sangat cantik Alice," ujar Metta sahabat dekat Alice yang selalu menjadi pendengar setia setiap keluh kesalnya.
"Ohh jadi kemarin-kemarin aku ini jelek, hah?" bibir manyun Alice terlihat menggemaskan hingga Metta terus menjahilinya.
"Mungkin itu dinamakan power of make up, merubah yang buruk menjadi cantik." Tawa Metta pecah dan wajah Alice semakin cemberut.
"Terima kasih atas pujianmu Metta Angela!" ketus Alice sambil melipatkan kedua tangannya di dada seperti anak kecil yang permintaannya tidak dikabulkan.
"Just kidding, Babe. Kau tetap cantik tanpa polesan make up di wajahmu. Ayolah pasti Azka sudah menunggumu sekarang. Aku tak sabar melihatmu di altar nanti." ucap Metta sambil mengandeng lengan Alice.

Pernikahan yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Mempelai pria yang sedang menunggu wanitanya saat ini harap-harap cemas. Gugup bercampur bahagia tak luput dari wajah tampannya.
Dan yang ditunggu akhirnya datang juga. Tatapan para tamu undangan kali ini fokus ke arah Alice. Langkah demi langkah menuju ke altar, membuat jantung Alice berdebar-debar. Hari ini Alice melepas masa remajanya dan mengikat janji suci dengan Azka yang disaksikan oleh masing-masing kedua orang tua mereka dan para tamu yang menghadiri menyambut dengan suka cita.

***

"Apa kau berjanji dan bersedia menerima segala kelebihan dan kekurangan saudari Alice Fredella Diaz sebagai pendamping hidupmu?" tanya pendeta menatap penuh bola mata Azka.
"Iya saya berjanji dan bersedia menerima saudari Alice Fredella Diaz sebagai pendamping hidup saya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya sampai maut memisahkan kita." jawaban tegas dan mantap Azka membuat Alice tersenyum.

Janji suci yang telah diucapkan diakhiri dengan Azka menyematkan cincin ke jari manis Alice. Dan sebuah ciuman mesra mendarat di bibir Alice, melumat penuh bibir mungil merah yang di nanti-nanti sejak dari tadi oleh Azka.

"Alice lempar bucket bunganya ke arahku ya?" teriak Metta yang tak sabar sedari tadi.

"Iya Metta semoga kau yang mendapatkannya," jawab Alice sambil membelakangi para tamu yang siap melemparkan bucket bunganya.

"Satu... Dua... Tiga..."

"Horee aku dapat Alice," sorak senang Metta seraya memeluk Alice.

"Kau memang pantas mendapatkannya Metta, agar kau cepat menikah nantinya," Alice meregangkan pelukan Metta dan beralih meraih tangan Azka.

"Aku tak sabar menunggu itu," bisik Azka ditelinga Alice, hingga mereka tak sadar kalau Metta sedikit mendengar perbincangan mereka.

"Wah liat Azkamu itu Alice, dia tak sabar." ledek Metta sambil menyenggol lengan Alice.

"Kau menguping, huh? Kau hanya mendengarkannya saja, apa kau ingin melihat kita di ranjang nanti?" pertanyaan jahil Azka membuat Metta menggeleng-geleng.

"Oh no way, baiklah semoga kalian berbahagia. Selamat ya and have fun." Metta tertawa dan mencium pipi kanan dan kiri sabahatnya sebelum balik meninggalkan mereka.

"Thank's Metta, you are always my best friend." ucap Alice seraya melambaikan tangan ke arah Metta.

***

"Kau gugup Alice?" tanya Azka memecah lamunan Alice.
Alice memandangi dekorasi sebuah ruangan yang sekarang menjadi saksi bisu cinta mereka saat ini. Tempat tidur yang berukuran king size dengan taburan kelopak mawar merah. Lampu temaram dan lilin-lilin kecil menghiasi ruangannya.

"Hm.. Aku malu, Ka." pipi Alice memerah saat Azka membelainya.

"Sekarang kita sudah sah menjadi suami istri, kenapa kau mesti malu? Kita akan tetap melakukannya," Azka tersenyum melihat gerak-gerik Alice tampak malu-malu, mungkin menurut Azka, ini adalah pertama kali baginya.

"Tapi Az.. hmp..ah.." Alice terbata-bata saat Azka segera melumat bibir Alice tanpa mendengar penjelasannya. Ciuman nafsu dan menggebu-gebu, perlahan Azka mendorong tubuh mungil Alice ke ranjang.

"Aku menginginkanmu sayang," Azka melepas ciumannya. Dan merebahkan Alice ke ranjang king size-nya.

Azka melucuti gaun Alice dan menikmati aroma rose ditubuh Alice yang membuat ia semakin bernafsu untuk segera memilikinya. Mencium setiap inci leher Alice dan membuat Alice mendesah.

"Azh..ka.. ahh.." desahan dari bibir Alice akhirnya lolos keluar.

"Kau akan menikmatinya sayang, kau sangat cantik istriku," tangan Azka meraba dada Alice yang masih tertutup dan mencoba membukanya secara perlahan. Dada yang ranum dan padat, ujungnya nampak warna merah muda seperti bibir Alice.

"Achh.. sa..kit.." Azka mengulum dan menggigit ujung merah muda itu. Dan memberikan tanda kepemilikannya.

Azka yang sudah tidak tahan, segera berdiri dan membuka pakaiannya sendiri. Dan menindih Alice yang masih memakai celana dalam saja.

"Mungkin agak sedikit sakit, tapi kau pasti suka sayang," tangan Azka bermain di perut rata Alice dan melorotkan celana dalam Alice perlahan.

Azka bermain sebentar di area milik Alice dan membuka lebar kedua pahanya. Desahan Alice semakin berhasil membuat miliknya ingin segera menerobos masuk ke dalam milik Alice.

Azka mencium sekilas bibir Alice. Dan kembali ke posisi dimana Azka saat ini mengarahkan miliknya yang sudah tegang sedari tadi ke milik Alice.

"Sayang aku akan..." Azka tidak melanjutkan kalimatnya, ia terkejut. Dipikirannya saat ini sedang bertanya-tanya, mengapa milik Alice sangat mudah untuk diterobosnya.

Dia tetap melanjutkan permainannya meski ia sangat kecewa. Alice menyadarinya dari raut wajah suaminya yang terlihat gusar.

Azka mempercepat gerakan memompa tubuh Alice, hingga Alice bergetar hebat dan merasakan miliknya berdenyut. Mereka telah mencapai puncaknya.

Azka memungut dan segera memakai pakaianya dengan asal-asalan.

"Apa kau tidak berniat mengatakannya sebelum kita menikah, Alice?" Azka bertanya dengan nada datar sambil duduk di tepi ranjang.

"Aku bisa menjelaskannya, aku takut membicarakan masalah ini, karena aku takut kau akan menolakku Azka. Aku mencintaimu," mata Alice berkaca-kaca. Azka tetap memunggungi Alice yang saat ini tak terasa bulir-bulir bening itu menetes di pipinya.

"Jujur aku sangat kecewa Alice," tanpa menoleh ke arahnya, Azka berdiri dan meninggalkan Alice yang masih di tempat tidur hanya terbalut selimut dengan tangis penyesalan.

Tbc.

Masih tahap belajar, kalau ada typo, maklumin yah..hehe

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang